Fabian dipaksa untuk menggantikan anaknya yang lari di hari pernikahannya, menikahi seorang gadis muda belia yang bernama Febi.
Bagaimana kehidupan pernikahan mereka selanjutnya?
Bagaimana reaksi Edwin saat mengetahui pacarnya, menikah dengan ayah kandungnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myatra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Dalam mimpinya, Fabian mendengar ada seseorang memukul-mukul sebuah papan. Mencoba abai, namun suara itu semakin terdengar kencang. Fabian bangun dari tidurnya dan sadar jika suara yang dia dengar dalam mimpi adalah mah Ipah yang mengetuk pintu kamarnya.
Segera Fabian beranjak bangun lalu memakai kaos dan celana pendek yang berserakan di atas lantai. Fabian membuka pintu dengan perlahan takut mengganggu istrinya yang masih tertidur.
"Maaf ganggu den, di bawah ada teman den Bian, mau ketemu, penting katanya," ucap mak Ipah dengan nada merasa tak enak, karena sudah membangunkan majikannya.
"Iya, nggak apa-apa, mak."
Fabian langsung menutup pintu dan melangkah menuju lantai bawah rumahnya, ingin tahu siapa tamu yang berkunjung pagi-pagi.
Meski berdiri membelakanginya, Fabian tahu tamu yang datang adalah Ardi.
"Ar, tumben pagi-pagi mampir ke sini?"
Ardi yang mendengar suara Fabian, langsung membalikan badannya. Fabian dapat melihat dengan jelas, raut wajah berbeda dari Ardi.
"Lo tuh nggak punya perasaan, enak-enakan berduaan mentang-mentang pengantin baru," ucap Ardi dengan sengit, menyambut Fabian.
"Lo apaan, pagi-pagi datang ke rumah orang, langsung marah-marah." Fabian merasa tak terima menjadi sasaran kemarahan Ardi.
"Kenapa dari semalam nggak bisa dihubungi? Oh gue tau, pasti lu asik bercinta kan dengan istri belia lu!"
Fabian yang tak terima privasinya terusik, mulai tersulut emosi.
"Urusan sama lu apa? mau gue ngapain aja bukan urusan lu."
Ardi dapat melihat tatapan Fabian padanya menjadi dingin, kata-kata yang diucapkannya bernada sinis.
"Mutia semalam kritis," akhirnya Ardi mencoba memelankan nada suaranya.
Fabian sedikit tersentak, tapi segera dia dapat menguasai keadaan.
"Hubungannya sama gue apa?" tanya Fabian dengan sinis, dia kesal dihubungkan dengan kesakitan Mutia.
"Karena Mutia sakit gara-gara elo," jawan Ardi dengan berteriak.
"Pelankan suara kamu, saya nggak mau istri saya mendengar keributan ini?" Fabian masih mencoba menahan emosinya.
Fabian mengganti panggilan akrab mereka elo-gue menjadi kamu-saya. Sejak dulu Fabian tak suka orang lain mengusik privasinya tanpa ijin.
¤¤FH¤¤
Febi merasa kedinginan, selimut yang menutupi tubuh polosnya tersingkap, sehingga hawa dingin menerpa langsung pada kulit mulusnya. Matanya yang terpejam perlahan terbuka, dia tidur seorang diri, suaminya sudah tak ada di tempat tidur.
Diraba tempat tidur Fabian, masih terasa hangat, mungkin Fabian juga baru bangun. Tapi tak terdengar suara gemericik air dari kamar mandi,
"Om kemana?" Febi berguman pelan.
Febi mendudukan dirinya sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Sudah pagi, cahaya matahari masuk melalui celah-celah gordain.
Febi masih mengumpulkan nyawa, saat terdengar suara ribut-ribut di bawah. Penasaran, Febi segera bangun, masuk ke kamar mandi untuk memakai baju, secepat kilat langsung melesat ke bawah, penasaran dengan apa yang terjadi.
Febi menajamkan pendengarannga, suara berasal dari arah ruang tamu, pelan dia berjalan menuju ruang tamu.
"Kenapa? Sekarang sudah jadi suami takut istri?" Ardi mencemooh Fabian.
"Bukan takut, tapi aku menghormati dan menyayanginya," sentak Fabian.
"Lu harus bertanggung jawab, Mutia sakit gara-gara lu!"
Febi tersentak kaget mendengar nama Mutia disebut. Berpikir, apa kira-kira yang sudah suaminya lakukan pada Mutia?
"Kenapa gara-gara saya? saya nggak melakukan apapun pada Mutia!"
"Mutia mencintai lu!"
Febi tersentak lagi, jadi itu alasan Mutia menatapnya dengan pandangan mengerikan.
"Terus saya harus apa? membalas cinta Mutia? nggak mungkin, saya sudah menikah dan saya sangat mencintai istri saya!" tegas Fabian.
"Setidaknya lu menjaga perasaannya!"
"Dengan mengorbankan perasaan istri saya? nggak mungkin!"
Febi merasa terharu mendengar pembelaan Fabian terhadapnya.
"Lihatlah keadaan Mutia, lu akan menyesal!" sentak Ardi, kemudian berlalu pergi dari rumah Fabian.
Fabian mengusap wajahnya kasar
"Aaarrrggghhh...."
Fabian merasa kesal dengan keadaan ini, kenapa saat dia mulai menemukan kebahagiaan dengan istrinya, ada sesuatu yang mengacaukan hatinya.
Beberapa kali, Fabian menghela nafas lalu mengeluarkannya secara perlahan, ingin sedikit membuang sesak di dadanya. Dia tak ingin emosi dalam dadanya terbawa saat menemui istrinya.
Saat Fabian membalikan badannya, dia tersentak kaget, beberapa langkah dihadapannya berdiri Febi,
"Om..."
Pikiran buruk langsung menghampiri Fabian.
BERSAMBUNG
Maaf pendek dulu, semoga bisa update tiap hari
Terima kasih tak terhingga untuk yang sudah baca cerita ini, dukung author dengan like, vote, komen dan jangan lupa tambahkan ke rak buku favorit kalian.
Mon maaf nggak balas komen satu-satu, tapi saya baca dan like.
Jangan lupa baca juga cerita saya lainnya
♡HARUS MENIKAH LAGI♡
SELAMAT MEMBACA.
penasaran terus
gak enak banget dibaca
semoga bian dan Febi bahagia selalu
kan katanya sejak kecil Fabian kurang kasih sayang mama