Setelah kecelakaan misterius, Jung Ha Young terbangun dalam tubuh orang lain Lee Ji Soo, seorang wanita yang dikenal dingin dan penuh rahasia. Identitasnya yang tertukar bukan hanya teka-teki medis, tapi juga awal dari pengungkapan masa lalu kelam yang melibatkan keluarga, pengkhianatan, dan jejak kriminal yang tak terduga.
Di sisi lain, Detektif Han Jae Wan menyelidiki kasus pembakaran kios ikan milik Ibu Shin. Tersangka utama, Nam Gi Taek, menyebut Ji Soo sebagai dalang pembakaran, bahkan mengisyaratkan keterlibatannya dalam kecelakaan Ha Young. Ketika Ji Soo dikabarkan sadar dari koma, penyelidikan memasuki babak baru antara kebenaran dan manipulasi, antara korban dan pelaku.
Ha Young, yang hidup sebagai Ji Soo, harus menghadapi dunia yang tak mengenal dirinya, ibu yang terasa asing, dan teman-teman yang tak bisa ia dekati. Di tengah tubuh yang bukan miliknya, ia mencari makna, kebenaran, dan jalan pulang menuju dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulfa Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
제29장
Ha Young merapikan berkas terakhir di mejanya, matanya sesekali melirik jam dinding. Sudah hampir dua puluh menit sejak Eunjung turun lebih dulu, mengemas barang-barang ke dalam mobil. Yeo Jin juga sudah duduk di kursi kemudi, menunggu dengan tenang di basement. Mereka bertiga berencana merayakan tahun baru bersama, jauh dari hiruk-pikuk Songhwa.
Ha Young menatap layar ponselnya sambil berjalan mondar-mandir di ruangannya. Di luar, langit mulai meredup, pertanda malam tahun baru akan segera tiba. Ia membuka kontak Hee Jae terlebih dahulu, lalu mulai mengetik pesan dengan hati-hati.
Untuk Hee Jae:
Eoppa, kalau malam ini kau tidak ada jadwal, aku ingin mengundangmu ke apartemenku. Aku, Eunjung, dan Yeo Jin akan masak dan merayakan tahun baru bersama. Aku tahu ini mendadak, tapi... aku ingin kau ada di sana. Rasanya akan lebih lengkap kalau kau datang.
Ia menatap layar sejenak, lalu menekan kirim. Ada jeda kecil sebelum ia membuka kontak Jae Wan. Kali ini, senyumnya sedikit lebih santai.
Untuk Jae Wan:
Detektif Han, malam ini kami akan kumpul di apartemenku buat tahun baruan. Aku, Eunjung, Yeo Jin... dan semoga Hee Jae juga bisa datang. Kalau kau sempat, kamu bisa datang. Aku seneng banget kalo detektif Han bisa bergabung.
Kedua pesannya terlihat belum dibaca oleh Hee Jae dan juga Jae Wan. Ia berdiri, mengambil tasnya, dan bersiap turun. Tapi sebelum sempat menyentuh gagang pintu, suara ketukan pelan menghentikannya.
Pintu terbuka, dan seorang pria muda berdiri di ambang. Wajahnya bersih, rahangnya tegas, dan senyumnya ramah namun menyimpan ketenangan yang tak biasa. Jasnya rapi, tapi tidak kaku ia tampak seperti seseorang yang tahu cara memimpin tanpa harus terlihat tua. Pria itu adalah CEO baru Songhwa entertaiment, Kang ilsan.
Senyum ramah itu mungkin bisa menggetarkan hati wanita manapun senyum yang disertai lesung pipi dan sorot mata hangat. Tapi tidak bagi Ha Young. Hatinya sudah lama tertambat pada satu nama: Hee Jae. Setampan apa pun pria di hadapannya, belum ada yang mampu menggantikan tempat itu.
Lesung pipi Kang Ilsan mengembang seperti bunga yang sedang mekar saat ia menyapa.
“Jung Ha Young-ssi,” ucapnya lembut, suaranya tenang dan penuh sopan santun. “Kamu sudah mau pergi, ya? Apa aku mengganggumu?”
Ha Young membalas dengan senyum tipis, menjaga nada suaranya tetap profesional. “Tidak juga. Hanya saja aku sudah ada janji dengan teman-temanku, jadi aku harus segera pergi. Maaf, CEO Kang... saya tidak bisa ikut acara penyambutanmu malam ini.”
Kang Ilsan mengangguk pelan. “Tidak masalah, Ha Young-ssi. Aku tahu kau tidak bisa datang. Manajermu tadi sudah memberitahuku. Karena itu aku datang langsung untuk menyapamu lebih dulu.”
Ha Young sedikit terkejut. Ia tak menyangka pria itu akan repot-repot datang sendiri hanya untuk menyapa. Terlalu sopan, pikirnya. Atau mungkin... ia memang belum bisa membaca seperti apa sebenarnya Kang Ilsan.
Yang jelas, ia belum siap untuk terlalu dekat. Belum ingin membuka ruang untuk siapa pun yang datang membawa senyum baru. Ia hanya ingin menjaga batas. Menjadi profesional. Menjadi artis yang tahu tempatnya di hadapan CEO baru yang, kebetulan, adalah pilihan ayahnya sendiri.
Ha Young melangkah cepat keluar dari ruangannya, suara hak sepatunya bergema di koridor lantai eksekutif. Ia menekan tombol lift, berharap bisa segera turun ke basement tempat Yeo Jin dan Eunjung sudah menunggu. Malam ini bukan untuk urusan kantor ia ingin merayakan tahun baru dengan orang-orang yang membuatnya merasa hidup.
Namun saat pintu lift mulai terbuka, suara langkah cepat menyusul dari belakang.
“Ha Young-ssi!” panggil Kang Ilsan.
Ha Young menoleh, sedikit terkejut melihat pria itu mengejarnya. Lesung pipi Kang Ilsan masih mengembang, senyumnya tetap ramah, tapi ada sorot antusias di matanya yang berbeda dari sebelumnya.
“Aku tahu kau sudah mau pergi,” ujarnya sambil menahan napas, “tapi... kalau tidak keberatan, aku ingin tahu... apakah aku juga bisa diundang ke acara tahun baruan di apartemenmu?”
Ha Young tertegun. “Bagaimana kau tahu soal itu?”
Kang Ilsan tersenyum kecil, mengangkat bahu. “Manager Seo yang bilang. Katanya kalian bertiga punya acara sendiri malam ini. Aku tidak ingin mengganggu, hanya... ingin mengenal kalian lebih dekat, kalau memang diizinkan.”
Ha Young menatapnya sejenak. Ia belum tahu harus menjawab apa. Kang Ilsan terlalu cepat masuk ke ruang pribadinya, meski dengan cara yang sopan. Tapi ia juga tahu, menolak secara terang-terangan bisa menimbulkan kesan buruk terutama pada CEO baru yang dipilih langsung oleh ayahnya.
“Baiklah,” ucap Ha Young akhirnya, suaranya tetap tenang. “Aku akan tanyakan dulu pada teman-temanku. Kalau mereka setuju, aku akan kirim alamatnya.”
Kang Ilsan mengangguk, senyumnya tak berkurang. “Terima kasih, Ha Young-ssi. Selamat tahun baru, kalau aku tak sempat bertemu lagi malam ini.”
Ha Young masuk ke dalam lift, pintu tertutup perlahan. Di dalam, ia menarik napas panjang. Malam ini seharusnya sederhana. Tapi sepertinya... akan ada satu tamu tambahan yang tak terduga.
Ha Young melangkah cepat menuju basement, langkahnya sedikit tergesa. Setelah pertemuan singkat dengan Kang Ilsan, pikirannya masih dipenuhi tanda tanya. Tapi malam ini bukan untuk memikirkan CEO baru malam ini untuk sahabat, untuk tahun baru, untuk jeda dari semua kekacauan.
Mobil hitam miliknya terparkir di sudut basement, lampu kabin menyala lembut. Eunjung sudah duduk di kursi belakang, sibuk merapikan kantong belanja dan kotak makanan yang mereka siapkan sejak siang. Yeo Jin duduk di kursi kemudi, satu tangan memegang botol air, satu lagi menggulir playlist lagu tahun baru.
Begitu pintu terbuka, Eunjung menoleh cepat. “Akhirnya! Kamu datang juga. Aku baru akan menyusulmu keatas. Kenapa lama sekali?”
Ha Young masuk dan duduk di kursi penumpang depan. “CEO Kang baru saja menemuiku, jadi kami bicara sebentar, Dia juga sempat mengejarku di depan lift.”
Yeo Jin menoleh, alisnya terangkat. “Mengejarmu?”
“Tenang, bukan dalam arti buruk,” sahut Ha Young sambil mengenakan sabuk pengaman. “Dia Cuma ingin tahu apakah dia bisa ikut tahun baruan di apartemenku.”
Eunjung dan Yeo Jin saling pandang, lalu tertawa pelan.
“CEO baru yang tampan dan langsung ingin gabung ke lingkaran kita?” gumam Eunjung. “Menarik.”
Ha Young hanya menggeleng, menatap ke luar jendela. “Aku sudah kirim pesan ke Hee Jae dan Jae Wan. Semoga mereka datang.”
Yeo Jin menyalakan mesin, musik mulai mengalun pelan. “Kalau mereka semua datang, aku gak kebayang acaranya bakal serame apa.”
“jadi kalian setuju kalo kita undang CEO Kang juga ke acara nanti malam?” tanya Ha Young memastikan
“tentu saja!” jawab Eunjung dan Yeojin hampir berbarengan.
Mobil pun melaju keluar dari basement, membawa mereka menuju malam yang belum tentu tenang tapi setidaknya, mereka akan menjalaninya bersama.
“Aku lihat semua berita hari ini isinya tentang CEO Kang,” gumam Eunjung sambil membuka ponselnya. “Kalau dia artis, mungkin sekarang dia udah jadi top star. Semua orang memuji ketampanannya. Dan... ya ampun, lesung pipinya itu, menggoda banget.”
Yeo Jin mengangkat alis, menyetir santai sambil melirik ke kaca spion. “Kau benar. Banyak artis wanita yang datang ke Songhwa hari ini cuma buat ngucapin selamat. Beberapa bahkan terang-terangan genit ke dia.”
Ia menghela napas. “Tapi jujur aja, aku nggak suka cowok yang terlalu tampan. Biasanya yang kayak gitu... nyimpen banyak rahasia.”
Eunjung tertawa. “Kamu bilang begitu karena kamu iri, kan? Kamu pengen setampan CEO Kang.”
Yeo Jin mendengus. “Kenapa aku harus iri? Pertama kali kamu bilang kamu suka Detektif Han, kamu bilang dia tampan dan baik hati. Aku nggak pernah bilang hal buruk tentangnya tapi Kang ilsan berbeda?”
Eunjung hanya tersipu malu bahwa memang benar, menurutnya detektif Han tetap lebih baik jika dibandingkan Kang ilsan. Ha Young hanya tersenyum kecil, memperhatikan perdebatan ringan dua sahabatnya. Tapi saat nama Detektif Han disebut, ponselnya tiba-tiba bergetar. Sebuah pesan masuk.
Detektif Han:
Aku usahakan bisa datang. Mudah-mudahan aku nggak sibuk.
Senyum Ha Young langsung mengembang, lembut dan tak bisa disembunyikan. Ada kehangatan yang tiba-tiba mengisi dadanya.
Eunjung yang duduk di belakang langsung menangkap perubahan itu. “Eh, itu dari Detektif Han, ya?” tanyanya cepat, setengah menggoda.
Ha Young menoleh, sedikit terkejut. “Iya,” jawabnya singkat, lalu menambahkan, “Dia bilang akan datang kalau nggak sibuk.”
Eunjung bersandar ke jok, lalu bertanya lagi, “Terus... gimana dengan Hee Jae? Dia udah balas belum?”
Ha Young terdiam sejenak. Ia menggeleng pelan.
“Kalau menurutku... dia nggak bakal datang,” kata Eunjung, nadanya datar, seolah sudah yakin.
Kata-kata itu seperti menusuk pelan. Ha Young menunduk, menyembunyikan ekspresi yang berubah. Senyum di wajahnya perlahan memudar, digantikan oleh bayangan yang tak bisa ia usir bayangan seseorang yang mungkin tak akan datang malam ini.