Season kedua dari "Two Promises"
Musim panas telah berlalu, dan Minamoto Haruki akhirnya berhasil menjalin hubungan dengan Yoshimoto Sakura. Namun, perjalanan waktu Haruki untuk menyelamatkan kekasihnya baru saja dimulai.
Seiring berjalannya waktu, bayang-bayang masa lalu mulai mengancam kebahagiaan mereka. Haruki harus menghadapi konflik internal keluarga Yoshimoto yang gelap, dan yang lebih mengerikan, rahasia besar yang selama ini disembunyikan Sakura mulai terungkap perlahan.
Akankah Haruki mampu mengungkap kebenaran dan mengubah takdir yang menanti? Atau, akankah usahanya sia-sia, membawa mereka pada akhir yang tragis seperti di masa lalu?
Saksikanlah perjuangan mereka dalam 'Two Promises 2"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penulis Anonim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(Part 2) Ch. 28 - Mimpi
Hari itu, aku melihat sebuah mimpi. Mimpi yang sangat indah... di mana sosok yang aku cintai, mencintaiku juga.
Kami bergandengan tangan, berciuman, dan berpelukan sepuasnya.
Sungguh mimpi yang indah sampai rasanya ingin menangis karena bahagia.
Namun... itu semua hanyalah mimpi, bukan kenyataan yang saat ini aku hadapi.
Biarpun itu hanyalah sebuah mimpi, setidaknya... biarkanlah aku menyimpannya jauh di dalam hatiku.
[21 Maret — 2016]
*POV Megumi
Angin hangat mulai berembus kencang dari arah pantai, menandakan musim semi yang sudah dimulai.
Langit cerah, suhu hangat, dan pohon sakura pinggir jalan yang mulai bermekaran—membuat hari-hariku menjadi lebih berwarna.
Satu minggu lagi sebelum upacara kelulusan tiba—ini adalah minggu terakhir kami di sekolah dan saat ini aku sedang berjalan ke sekolah.
Ada banyak sekali hal yang terjadi selama setahun belakangan ini, tetapi itu semua-lah yang membawa kami semua hingga ke titik ini.
Serta sejak malam natal hari itu... aku mulai melihat banyak sekali mimpi yang aneh.
Dan semua mimpi itu selalu memiliki akhir yang sama.
Apakah... itu benar-benar hanya mimpi? atau mungkin masa depan yang telah menanti kami?
Musim semi telah tiba lagi, hanya ada sedikit waktu bagiku dan Haruki untuk sampai ke hari itu.
Karena tak sampai satu bulan lagi... Sakura-chan akan meninggal.
Selain itu... sejak White Day minggu lalu. Tingkah laku Sakura-chan mulai berubah.
Dia seperti... sedang menunggu datangnya sesuatu yang sudah pasti.
"Apa yang sebenarnya Sakura-chan sedang alami?"
Aku tidak bisa memastikannya untuk saat ini. Tetapi... aku dan Haruki tidak boleh terlalu memikirkan hal itu.
Apa ya? perkataan Haruki pada hari itu....
"Ah, kalau tidak salah... Sakura-chan memiliki 'Rahasia' kan, Haruki?"
Setelah itu, aku tetap melanjutkan langkahku sampai ke sekolah sambil menikmati pemandangan bunga sakura yang mekar ini.
Sampai saat itu, aku tidak perlu memikirkan hal yang tidak penting.
Hanya saja... aku ingin menikmati musim semi yang hangat ini.
* * *
BEBERAPA MENIT KEMUDIAN....
[•] SMA Hoshizora
Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya aku menginjakkan kakiku di wilayah Hoshizora Kōkō, sekolahku.
Saat melangkah masuk ke dalam, seseorang menepuk pundakku dari belakang sambil berkata.
"Selamat pagi, Megumi-chan!"
Aku langsung menoleh dan melihat Mai-chan dengan senyum lebar di wajahnya. Sepertinya Mai-chan telah kembali seperti biasanya.
"Selamat pagi juga, Mai-chan!"
Aku membalas salam pagi Mai-chan dan datang dua orang lagi di belakangnya, mereka adalah Sakura-chan dan Hana.
"Pagi, Megumi-chan!" ucap Sakura-chan dengan senyum lebar sambil mengangkat tangan kanannya.
"Pagi juga, Sakura-chan! kamu bersemangat seperti biasanya ya."
"Sakura memang selalu seperti itu, " sahut Hana. "Oh ya, selamat pagi, Megumi!"
"Selamat pagi juga, Hana!" balasku.
Sekarang kami berempat telah berkumpul, namun di mana Haruki ya?
Setelah itu, kami berempat berjalan bersama sampai ke ruang kelas.
•Ruang kelas 3-C
Saat kami sampai di depan kelas, Hana langsung membuka pintu kelas dan kami mendapati kelas yang masih kosong.
Tidak, ada satu orang yang sudah datang dan dia adalah Haruki.
Haruki duduk sendirian di kursinya di dalam kelas yang kosong itu—Haruki menoleh menatap kami beberapa saat setelah pintu terbuka.
"......."
Kami sempat saling bertatapan selama beberapa saat dengan Haruki sebelum duduk di kursi kami masing-masing.
Setelah menaruh tas di mejaku, aku berjalan menghampiri meja Haruki sambil berkata.
"Selamat pagi, Haruki! sejak kapan kamu datang?"
"Pagi juga, Megumi. Aku baru saja sampai kok," jawabnya.
Wajah Haruki saat menjawab pertanyaanku, terlihat sangat tidak meyakinkan.
Pasti dia sudah datang bahkan saat gerbang sekolah baru dibuka!
"Selamat pagi, Haruki-kun! cepat sekali kamu datang ya!" sahut Sakura dari mejanya di sebelah meja Haruki.
JAM ISTIRAHAT....
Kantin. Saat jam istirahat, kami pergi ke kantin untuk makan bersama di sana. Di sana, kami sering kali membicarakan banyak hal.
Sakura-chan membuka obrolan dengan pertanyaan yang menarik.
"Nee, apa kalian semua lulus ujian masuk di kampus incaran kalian? kalau aku dan Haruki-kun lulus loh!"
Mai-chan adalah orang pertama yang menanggapi pertanyaan Sakura-chan.
"Wah, selamat atas diterimanya, Sakura-san, Haruki-kun! aku dan Megumi-chan juga diterima kok!" ucap Mai-chan dengan nada ramah dan suara yang lembut.
Setelah Mai-chan menjawab, Hana pun ikut menjawab pertanyaan Sakura-chan.
"Aku juga lulus ujian masuknya, Sakura."
Singkat dan langsung ke intinya. Ciri khas Hana saat menjawab.
"Eh... itu artinya, kita berlima lulus semua dong!" seru Sakura-chan.
Setelah seruan Sakura-chan, kami melanjutkan pembicaraan dengan topik tersebut.
Sesekali Haruki sengaja ingin mengubah alur pembicaraan, namun Sakura-chan membawa topik ini kembali.
Seperti itulah interaksi yang kami berlima lakukan saat di sekolah setelah libur musim dingin.
Sangat damai dan bahagia... hingga aku dan Haruki tak dapat menyadari kalau Sakura sedang menyembunyikan 'sesuatu' dari kami semua.
* * *
[•] Perjalanan pulang
Setelah seluruh kegiatan di sekolah selesai, aku pulang bersama dengan Haruki seperti biasanya.
Di bawah langit oranye itu, jarum jam yang telah lama berhenti, kini berdetak kembali.
"Nee, Haruki!"
"Ada apa, Megumi?"
"Apa kamu menyadarinya?—sikap Sakura-chan yang berubah belakangan ini."
"......."
Pertanyaanku membuat Haruki terdiam dan menghentikan langkahnya saat itu juga.
Di saat yang bersamaan, angin kencang berembus membawa kelopak bunga sakura bersamanya.
Saat Haruki menghentikan langkahnya, rambut cokelatnya terembus oleh angin itu.
Dengan kepala yang tetap menghadap ke depan, Haruki bertanya padaku.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu, Megumi?" tanyanya.
Haruki bertanya seperti biasanya, namun kali ini seperti ada sesuatu yang berbeda, dan perbedaan itu tak aku ketahui.
"......."
Aku hanya diam termenung, tak menjawab pertanyaan Haruki sama sekali.
"Aku menyadarinya, Megumi. Namun tak ada hal yang bisa aku lakukan untuk mengetahuinya."
Setelah mengatakan itu, Haruki menundukkan kepalanya—memandangi tanah yang kosong itu.
Pada saat itu, Haruki hanya berdiam diri di sana dengan kepala menghadap ke bawah selama beberapa saat.
Pada hari itu, aku tak menyadarinya... kalau Haruki sedang memikirkan sesuatu yang rumit di dalam kepalanya.
Dan sejak hari itu... Haruki dan Sakura, mulai terlihat seperti orang yang berbeda.
* * *
*POV Haruki
Beberapa bulan yang lalu, aku melihat sebuah mimpi yang sangat menyeramkan.
Pada hari itu, sedang ada hujan deras sehingga aku memutuskan untuk tidur lebih cepat.
Aku masih mengingat jelas mimpi itu...
Pada malam hari, di atas jalan yang basah, yang menjadi penerang jalan hanyalah cahaya dari lampu lalu lintas dan bulan.
Di sana, aku memeluk erat tubuh Sakura yang dingin, sangat dingin dan menakutkan.
Aku diam membisu di atas jalan yang basah itu, hanya bisa menangis tanpa henti memeluk tubuh sosok yang sangat aku cintai kini tak bernyawa.
Apakah itu hanyalah sebuah mimpi?—atau mungkin masa depan yang telah menantiku dan Sakura.
Keesokan harinya setelah aku melihat mimpi itu... sikap Sakura mulai terlihat berbeda.
Sejak melihat mimpi hari itu, aku mulai berpikir: "Kira-kira takdir seperti apa yang sedang menanti kami semua?"
Rahasia Sakura, Dewa Waktu, dan mimpi itu mungkin saling terhubung satu sama lain.
Namun... aku hanyalah manusia biasa yang tidak bisa melakukan apa-apa, apalagi mengubah takdir. Manusia, bukanlah sosok yang bisa melakukannya.
Bersambung....