Syahira Nazira gadis berusia 21 tahun dijodohkan dengan anak pemilik pondok tempat dia menuntut ilmu agama tanpa sepengetahuan darinya.
Namun, dia tetap menjalankan perjodohan tersebut karena tidak mau durhaka dengan orang tuanya. Syahira yang berniat menikah dengan orang yang dia cintai harus menguburkan harapan itu dan mencoba menerima apa yang orang tuanya pilihkan untuknya.
Zaidan pria berusia 28 tahun, juga ikut berkorban untuk bisa melihat orang tuanya bahagia. Zaidan yang baru kembali dari Mesir harus mengorbankan perasaannya sendiri dan menerima permintaan kedua orangtuanya.
Menikah tanpa ada rasa cinta sama sekali bahkan tidak saling kenal satu sama lain. Bagaimana sikap keduanya setelah menikah?.
Ikuti terus!!!
Dukung terus karya remahan author.
berupa! Like, komen, vote, gift, and start. sebagai motivasi dan juga dukungan dari kalian semua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umul khaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Setelah shalat Maghrib, semua santri dan santriwati sudah berkumpul di dalam mesjid, begitu juga dengan seluruh ustadz dan ustadzah juga dilibatkan serta agar tidak ada kesalahpahaman lagi nantinya.
Zaidan sudah mempersiapkan semua bukti pernikahannya dan Syahira, ia tidak mau melewatkan satu bukti pun, ia juga meminta kepada mertuanya untuk datang menjelaskan apa yang terjadi, semua ia libatkan tidak ada yang tertinggal.
Syahira duduk di barisan para santriwati bersama Alana, banyak omongan menyakitkan dari teman-temannya yang dituju untuknya. Mereka yang belum tau apa yang terjadi masih saja menyinggung Syahira dan menyudutkan dirinya.
" Dasar perempuan sok suci," ucap mereka.
"Assalamualaikum wr.wb" ucapan salam dari pemimpin pondok mengalihkan perhatian semua orang, termasuk yang mengatai Syahira tadi.
"Waalaikumsalam wr.wb" balas mereka semua.
Kiyai Ahmad tidak lupa memberikan kata sambutan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam acara, memuji dan memuja sang pencipta alam semesta. Namun, karena tidak mau terlalu lama kiyai Ahmad langsung ke dalam pokok permasalahan, alasan kenapa malam ini mereka semua berkumpul semua tidak seperti biasa, yang hanya ada santri dan santriwati beserta para ustadz saja, tidak seperti malam ini mereka kedatangan orang tua dari Syahira dan juga penghulu yang menikahkan Syahira dan Zaidan tempo hari.
" Baik! Di sini saya tidak akan bicara banyak tapi bukti yang akan membuktikannya tentang masalah yang terjadi hari ini, di mana ada orang iseng yang langsung mengambil kesimpulan dari apa yang dia lihat tanpa bertanya terlebih dulu, itulah fungsinya tabayun dalam agama kita Islam bertanya terlebih dulu bukan langsung mengambil kesimpulan sendiri yang menyebabkan fitnah,,
Saya selaku pemimpin pondok merasa tidak berhasil mendidik kalian, saya sendiri tidak pernah mengajari kalian seperti ini. Terutama ustadz dan ustadzah yang ikut terpengaruh dalam masalah ini. Malam ini bukan saya yang berbicara tapi anak saya yang kalian bicarakan, bahkan tidak jarang ada juga yang menyalahkannya dan juga mengatai dirinya,,
Nak, sekarang giliran kamu yang menjelaskan apa yang terjadi, Abah dan yang lain sudah siap menjadi saksi di sini" ucap kiyai Ahmad.
Giliran Zaidan yang menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, tidak ada yang ia lewatkan sedikit pun. Banyak yang merasa bersalah dengan apa yang terjadi, mereka menyesal sudah langsung menghujat Syahira maupun Zaidan.
Tidak lupa mereka meminta maaf kepada keluarga Zaidan dan keluarga Syahira yang sudah ikut hadir malam itu. Usman yang juga ikut, merasa lega karena Zaidan begitu baik dan juga perhatian kepada adiknya.
Alana, ini bukan pertama kalinya ia melihat Usman datang, namun ini pertama kalinya ia bertatapan dengan Usman dengan jarak yang begitu dekat.
Setelah memberikan bukti dan juga menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya kepada semua orang, mereka melanjutkan dengan shalat insya.
...----------------...
Kini, di sinilah keluarga Syahira berada, di dalam rumah ummi Aminah dan kiyai Ahmad. Malam ini mereka akan menginap di sana, termasuk Usman juga. Tidak mungkin mereka langsung pulang ke rumah malam-malam begini.
Dari sejak pulang dari mushalla Syahira tidak berbicara sedikitpun, ia masih merasa bersalah kepada semua orang. Meskipun mereka tidak menyalahkan dirinya, rasa bersalah dalam diri Syahira masih tetap ada.
Di saat para orang tua sedang membahas masalah mereka juga menjelaskan apa yang terjadi hari ini, yang menyebabkan mereka mengundang mereka datang dadakan. Syahira dan Zaidan sibuk dengan dunia mereka sendiri, bukan tidak memperhatikan apa yang orang tua mereka bicarakan, namun Syahira masih tidak enak dengan apa yang terjadi.
" Udah, sayang. Semua sudah berlalu kamu tidak perlu khawatir lagi, semua pasti akan baik-baik aja" bisik Zaidan mengelus pundak Syahira yang berada di sampingnya.
" Makasih, Abi udah baik banget sama aku dan tidak menyalakan aku" balas Syahira.
"Udah kewajiban Abi melindungi istri Abi, tapi ini nggak gratis ya!" bisik Zaidan lagi.
" Abi mau dibayar? Sama istri Abi kok perhitungan sih!" balas Syahira cemberut.
"Abi nggak mau dibayar pakek uang" ucap Zaidan.
" Kalau bukan uang apa lagi?" Tanya Syahira menoleh ke arah Zaidan.
" Malam ini Abi mau kita mengulang seperti malam kemaren, Abi sangat menyukainya syukur-syukur bisa langsung jadi" balas Zaidan tersenyum nakal.
" Dasar mesum" ucap Syahira mencubit paha Zaidan, ia tidak sadar saat mengatakan itu suaranya sedikit keras hingga semua bisa mendengarnya. Zaidan tersenyum senang melihat sang istri kembali tersenyum tidak murung saja.
"Sepertinya kita akan segera punya cucu" ucap ummi Aminah tersenyum senang, begitu juga dengan yang lain tidak terkecuali Usman yang ikut bahagia.
" Kalau mau mesra-mesraan jangan di sini, masih ada jomblo" ucap Usman menggoda Syahira, ia sudah merindukan momen-momen menjahili adiknya.
" Makanya cepat cari pasangan, atau mau Abah bantu cari di sini" balas kiyai Ahmad.
" Boleh, saya juga sudah lelah mencarikan pasangan untuknya. Dulu Syahira yang menjadi alasannya sekarang adiknya sudah menikah jadi dia tidak punya alasan lagi" bukan Usman yang menjawab melainkan kiyai Mansur yang tak lain adalah ayah dari Syahira dan Usman.
" Abang itu suka sama teman Syahira tapi dia nggak mau kasih tau Abah" timpal Syahira ingin menjodohkan abahnya dengan sang sahabat.
" Benar Usman?" Tanya kiyai Ahmad.
" Syahira hanya bercanda kiyai, sejauh ini saya belum menyukai siapapun, saya ingin fokus pada kerjaan saya dulu" balas Usman.
" Syahira, jangan gitu!" Tegur ummi Fatimah, ibunya Syahira.
" Maaf ummi, Abang aja yang sok jual mahal. Sahabat Syahira itu sangat baik ummi, dia juga pintar, kalau ummi nggak percaya tanya aja sama ummi Aminah!" Balas Syahira.
" Sudah, tidak baik memaksa abang kamu. Sebaiknya ummi, kiyai, dan ustadz Usman istirahat dulu. Kalian pasti sangat lelah setelah perjalanan jauh" ucap ummi Aminah.
Syahira mengantar orang tuanya ke dalam kamar tamu yang akan mereka tempati untuk malam ini. Sedangkan, Zaidan menunjukkan kamar yang akan Usman tempati malam ini.
Sebelum meninggal kamar, Syahira memeluk orang tuanya. Kiyai Mansyur tidak lupa memberikan nasehat kepada Syahira atas apa yang terjadi hari ini. Syahira paham dan mengerti, ia juga ikut menyesali hal itu, kemudian Syahira meninggalkan kamar menuju kamarnya sendiri.
Tidak berbeda dengan Syahira, Zaidan juga ikut meninggalkan Usman sendirian di kamar setelah berbicara dengan kakak iparnya. Mereka berbicara banyak hal, mengenai dunia bisnis maupun dunia pesantren. Sama-sama terlahir sebagai anak laki-laki dari pemimpin pesantren membuat keduanya nyambung satu sama lain, dan mereka juga sama-sama terjun ke dunia bisnis.
Setelah berbicara sedikit banyak, Zaidan meninggalkan kamar Usman menuju kamarnya sendiri.
Zaidan membuka pintu kamar, yang ada dalam benaknya pasti Syahira masih ada di kamar tamu bersama orang tuanya, namun ia salah besar ternyata sang istri sudah siap di posisinya.
Syahira sudah seperti gadis nakal malam ini, menggunakan baju karang bahan entah dari mana ia mendapatnya tapi Zaidan menyukai hal itu.
Zaidan mengunci pintu kamar, dengan tidak sabaran menghampiri sang istri yang sangat menggoda di matanya. Tubuhnya juga sudah mulai panas dingin, Zaidan tersenyum nakal ke arah Syahira.
" Kamu sengaja mau menggoda Abi, baiklah karena kamu maksa dengan senang hati Abi akan melakukannya" ucap Zaidan berjalan ke arah Syahira.
Syahira sendiri sangat malu melakukan hal konyol ini, tapi demi menyenangkan hati sang suami seperti yang umminya katakan ia terpaksa melakukan hal itu. Ini juga tanda terima kasihnya pada Zaidan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Para pembaca setia aku yang selalu menanti karya receh author remahan ini, terima kasih banyak!
Jangan lupa tetap beri dukungan kalian, berupa LIKE, KOMEN, GIFT, AND VOTE.