Kiara dan Axel berteman sejak kecil, tinggal bersebelahan dan tak terpisahkan hingga masa SMP. Diam-diam, Kiara menyimpan rasa pada Axel, sampai suatu hari Axel tiba-tiba pindah sekolah ke luar negeri. Tanpa memberitahu Kiara, keduanya tak saling berhubungan sejak itu. Beberapa tahun berlalu, dan Axel kembali. Tapi anak laki-laki yang dulu ceria kini berubah menjadi sosok dingin dan misterius. Bisakah Kiara mengembalikan kehangatan yang pernah mereka miliki, ataukah cinta pertama hanya tinggal kenangan?
*
*
*
Yuk, ikuti kisah mereka berdua. Selain kisah cinta pertama yang manis dan menarik, disini kita juga akan mengikuti cerita Axel yang penuh misteri. Apa yang membuatnya pindah dan kembali secara tiba-tiba. Kenapa ia memutus hubungan dengan Kiara?.
MOHON DUKUNGANNYA TEMAN-TEMAN, JANGAN LUPA LIKE, DAN KOMEN.
Untuk menyemangati Author menulis.❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Story Yuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Kiara duduk cemberut di bangkunya, menatap lembaran kertas hasil ujian percobaan.
“huhh…” desahnya berat, nilai yang didapatnya sangat tidak memuaskan.
Via menghampiri setelah melihat sahabatnya yang tampak kesal, ia meraih lembaran kertas yang Kiara hempaskan di atas mejanya.
“Sembilan belas terbaik dari dua puluh siswa, bagus. Ra! Setidaknya kamu unggul satu poin dari Nandan,” cetus Via, memberi semangat tapi setengah mengejek.
Kiara menoleh pelan, raut wajahnya seolah tak memiliki gairah hidup. “Kamu ngejek?”
Via lalu merangkul bahu gadis yang tengah frustasi itu. “Tenang, masih ada Nandan yang jauh lebih buruk nilainya.”
“Vi, yang bener aja deh, aku lagi males bercanda.”
Via menggaruk tengkuknya, memikirkan cara untuk menghibur sahabatnya. “Ra, kenapa kamu nggak minta tolong Axel aja buat jadi tutor?”
Kiara reflek menggeser tatapan ke arah Via. “Tutor? Axel?”
Via mengangguk cepat. “Kalian kan makin deket sekarang, menurutku dia nggak akan nolak.”
Kiara hanya menghela napas berat. “Aku nggak yakin dia mau.”
“Coba aja, kalau nggak… pakai cara paksa,” ucap Via memberi saran, tapi terdengar seperti menjerumuskan temannya.
“Caranya?”
“Ya itu, coba kita pikirkan dulu.”
Kiara mengernyit, matanya setengah menyipit. Lalu sebuah ide terlintas di benaknya, matanya langsung berbinar, entah ide gila apa yang ia rencanakan.
****
Sepulang sekolah. Di kamarnya, Axel tengah duduk mengulas ulang pelajarannya hari ini, matanya fokus menatap angka-angka yang tertulis di tiap lembaran bukunya. Sesekali mulutnya menguap, namun segera ia tepis dan kembali fokus belajar.
Tok,tok.
Suara ketukan pintu dari luar, pelan, tapi cukup terdengar jelas oleh Axel.
“Masuk,” ucapnya mempersilakan seseorang yang mengetuk.
Ceklek!
Pintu terbuka, seorang gadis dengan tatapan polos muncul dari balik pintu. “Hai, sibuk ya?”
Axel melirik sekilas. “Heem,” jawabnya singkat.
Kiara mengerucutkan bibirnya. “Dingin amat jawabnya.”
Axel menghela napasnya, lalu menutup buku-buku yang ada di depannya, ia berbalik menatap Kiara. “Ada apa?” tanyanya datar, namun sorot matanya jelas penasaran.
Kiara segera masuk dan duduk di sudut ranjang Axel. “Aku mau minta tolong,” ujarnya tanpa basa-basi, matanya membulat penuh harap.
Axel mengangkat wajahnya, menatap heran gadis yang tiba-tiba menerobos masuk ke kamarnya. “Apa itu?”
Kiara mengangkat setumpuk buku yang ada di pangkuannya. “Tolong ajari aku, banyak yang aku nggak paham soal ini,” ujarnya, sambil mengedipkan bulu matanya pelan, bibirnya mengatup memberi kesan rayuan.
“Malas,” balas Axel dengan cepat, pria itu langsung berbalik mengalihkan pandangannya.
Kiara melotot seolah tak percaya, Axel menolaknya secepat itu. “Axel…” rengeknya lagi, mencoba meyakinkan pria dingin di depannya itu.
Axel terus menggelengkan kepala, enggan menatap Kiara.
“Kamu yakin nggak mau bantu?” tanya Kiara sekali lagi.
“Kamu tuli? Aku sibuk,” jawab Axel dengan ketus, tubuhnya tak bergerak sedikitpun, ia tetap fokus menatap buku-bukunya.
Kiara cemberut, ia menghentakkan kakinya dengan keras, sebelum keluar dari kamar pria tampan itu.
Brak! Gadis itu membanting pintu.
Axel tersentak, matanya menatap heran ke arah pintu yang kini sudah tertutup rapat. “Ada apa dengannya?”
Axel menggeleng pelan, tangannya memijat erat pelipisnya, kedatangan Kiara membuyarkan fokusnya.
Tak lama, pintu kamarnya kembali terbuka, Kiara muncul dengan membawa ponselnya. Gadis itu memamerkan sebuah foto saat Axel tengah menyedot rokoknya tempo hari.
Axel sontak melotot. “Ara!” serunya segera melangkah maju mendekati gadis itu.
Kiara dengan cepat menyembunyikan ponselnya di punggung, membuat Axel sulit merebutnya.
“Apa maumu?” tanya Axel.
“Ajari aku,” balas Kiara masih ngotot meminta Axel jadi tutor belajarnya.
Axel mendengus malas. “Aku sibuk.”
Kiara berdiri di sudut dinding, matanya menyipit tajam ke arah Axel. “Kamu masih nolak? Oke… gimana ya kalau aku share foto ini di grup sekolah, oh aku juga punya nomor pak Bani, apa aku chat pribadi aja ke dia?”
“Ara…” suara Axel menajam, namun Kiara tak menggubris.
“Pilih salah satu, mau jadi tutorku atau… mau jadi seleb dadakan di sekolah?” ucap Kiara, matanya berkilat nakal mengancam seorang pria.
Axel tertegun, ia diam sebentar, kemudian maju selangkah. Kedua tangannya mengapit Kiara di sudut dinding kamarnya. “Kamu mengancam?” suara beratnya membuat Kiara tercekat.
Kiara menahan napas, pria itu terlalu dekat, jantungnya berdegup cepat. “Mau apa kamu?”
“Menurutmu?” bisik Axel, wajahnya kian mendekat.
Kiara langsung berjongkok, setelah ada celah, ia buru-buru melarikan diri. “Axel mesum!” teriaknya sambil berlari masuk ke kamarnya.
Axel terkekeh melihat tingkah gadis itu, senyum tipis muncul di wajah yang sejak tadi terlihat kaku. Kemudian tersadar, ia segera menepis senyuman di wajahnya.
Wajahnya kembali datar, tapi sudut bibirnya masih terus mengembang. Ia melangkah menuju pintu kamar Kiara.
Tok, tok.
“Ara…” panggilnya pelan.
Kiara membuka sedikit pintunya, ia mengintip dari dalam kamar. “Apa?!” sentaknya dengan lantang.
Axel sedikit kaget, alisnya terangkat heran. “Keluarlah.”
“Why?!”
“Ayo buat kesepakatan, aku akan jadi tutormu.”
Kiara langsung membuka pintu, matanya berbinar menatap Axel. “Benarkah? Kamu serius?”
Axel mengangguk yakin. “Ayo.”
Kiara segera mengambil buku-buku yang sempat ia hempaskan di atas kasur. “Ayo,” ucapnya sambil mengekor di belakang Axel.
Keduanya duduk di depan meja belajar. “Sebelum itu, ayo buat kesepakatan,” ujar Axel.
Kiara memiringkan kepala, menatap heran pada pria di sampingnya. “Kesepakatan?”
“Berapa target nilai yang kamu kejar?”
“Nilai?… setidaknya aku harus naik sepuluh poin pada ujian semester depan.”
Axel menatap tajam Kiara. “No, kamu harus jadi nomor satu, peringkat satu di kelasmu.”
Kiara melotot. “Itu… terlalu berlebihan.”
“Pokoknya harus peringkat satu, kamu meremehkan kemampuan tutormu?”
“Bukan… aku hanya tidak yakin otakku mampu.”
Axel mengetuk pelan kening Kiara dengan sebuah pensil. “Jangan pikirkan apapun, fokus pada target nilaimu.”
“Tapi…”
“Nggak ada tapi-tapi. Sebelum itu… hapus dulu fotoku.”
Kiara sontak menoleh. “Tidak! Sebelum aku mencapai target, fotomu nggak akan ku hapus.”
Axel memutar bola matanya malas. “Ara...”
Kiara menyodorkan tangannya ke arah Axel, matanya tak berhenti mengedip, senyum mencurigakan muncul di wajahnya. “Ayo, deal dulu bro.”
Axel mengerutkan dahinya, lalu menyeringai sinis. “Bro?” ucapnya tak percaya, namun tetap mengulurkan tangannya menjabat tangan Kiara.
Hari pertama itu berakhir dengan buku yang berserakan di meja, catatan Kiara penuh coretan tak beraturan, dan suara Axel yang nyaris habis karena mengulang penjelasan. Kiara tersenyum lebar, meski kepalanya pening, sementara Axel hanya bisa menghela napas panjang, setengah jengkel, setengah takjub pada keuletan gadis itu.
“Pelajari ulang, hafal semua yang sudah kujelaskan hari ini,” gumam Axel datar.
Kiara malah nyengir lebar, “Siap. Pak tutor.”
Axel melirik sebal, tapi sudut bibirnya nyaris terangkat. Hari pertama ini melelahkan, tapi ia tahu besok akan lebih ribut lagi.
Entah mereka sadar atau tidak, hari itu menjadi awal dari sesuatu yang jauh lebih rumit daripada sekadar pelajaran.
...****************...
Bersambung...
Mohon Dukungannya Teman-teman Sekalian...
Jangan Lupa Like, Vote dan Coment! Untuk Menyemangati Penulis.
Salam Hangat Dari Author, 🥰🥰
yg tadinya seneng ketemu cinta pertama yg udah lama ga ketemu
pas ketemu sikapnya beda banget
hhh
🤣
ak pasti menunggunya thor
otakku baru bangun nih