Ratih Tidak Percaya Kalau Pernikahannya Dan Akmal Akan Berakhir Hancur, Lima Tahun Bukanlah Waktu Yang Singkat, Namun Saat Ratih Telah Melahirkan Putri Pertama Mereka Yang Sudah Lama Mereka Dambakan, Namun kenyataan Pahit Menimpa Ratih, Akmal Berselingkuh Dengan Teman Dekat Ratih Seorang Janda Beranak Dua.
"Lihat Saja Mas, Akan Ku Balas Pengkhianatanmu." Ratih Gelapa Mata, Ia Bersekutu Dengan Seorang Dukun, Dan Merencanakan Pembalasan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SANTET 28
Setelah pintu kamar Ratih tertutup sendiri, dikamar Ratih sedang mengalami ganguan dari Mahluk yang di kirimkan Ki'Jambu Arsa.
Kedua Tangan Ratih seolah terikat kuat, ia meronta sekuat tenaga Namum tidak bisa.
Diluar kamar Ratih, terdengar Suara Ketukan Pintu Berkali-kali. "Ratih ... Ratih Sadar Nak' ayo buka." Kedua Tangan Bu Mirah, menggedor kuat pintu kamar Ratih.
didalam kamar, tubuh Ratih terangkat kuat ke plafon Kamar, Ratih Menjerit kesakitan, Badanya yang sakit. jadi tambah sakit karena tubuhnya terlempar ke udara.
Jendela kamar Ratih Tiba-Tiba Terbuka sendiri, Ratih berusaha menahan tubuhnya agar tidak bergerak sendiri, namun tidak bisa.
Tubuh Ratih Terseret angin besar, keluar melewati jendela kamar, terbawa oleh Gulungan angin hinga Sampai kedalam hutan.
tangan dan kaki nya tergores ranting Pepohonan, suara burung hantu turut meraminkan suasana hutan, desa Rawa Asem semakin mencekam, karena listrik juga tiba-tiba padam sendiri.
"Arggg ... Sakit, sudah cukup!" Tubuh Ratih terhempas diatas bebatuan besar, di dekat pohon pakis, tempat yang sangat Tidak asing. "Sendang Seroja." Gumam Ratih, sambil menarik nafas Dalam.
ia baru bisa bergerak sendiri, setelah tubuhnya terjatuh pasti di dekat Sendang Seroja.
matanya menemui kegelapan, tidak bisa menangkap cahaya Apa-pun, Benar-Benar hanya kegelapan yang ada disini, karena lampu para warga desa Rawa Asem juga mendadak padam.
"Sudah Aku pastikan kau akan datang lagi Ratih ... " Ki'Jambu Arsa beranjak dari atas batu, Terseyum Puas saat melihat Ratih tiba dihadapan nya.
"Ki'Jambu Arsa ... tolong." Ujar Ratih, bersamaan dengan pandangan Nya yang hilang, dan saat itu juga Ratih pingsan Kehilangan kesadaran.
ki Jamu Arsa, kembali Memangil angin untuk Menggangkat tubuh Ratih ke atas batu, di dekatnya.
.
.
Sementara Di Rumah, Narsih baru tersadar saat Sati menangis dan lampu mati. "ibu kenapa menjerit." Narsih segera beranjak dari ranjang tidurnya menggendong Sati, beruntung didalam laci ia sudah menyediakan sentra.
"ibu ... Ya Allah, ibu kenapa?" Narsih langsung menghampiri sang majikan yang sedang duduk Tersendu di depan pintu kamar Ratih.
"Narsih, didalam Ratih sedang Kerasukan, tolong bantu Narsih, saya takut Ratih kenapa napa." ujar Bu Mirah.
Narsih Langsung mencari linggis untuk menjebol pintu kamar Ratih, karena jika meminta bantuan pada tetangga Nyalinya tidak cukup berani untuk keluar Rumah pada Malam hari, di tambah sedang mati listik.
Pintu kamar Ratih terbuka, bu Mirah dan juga Narsih masuk kedalam kamar Ratih penuh waspada, keringat dingin mulai menetes di pelipis. "ibu, saya takut bu." Narsih Berbisik ngeri. seternya menyoroti Rungan kamar Ratih yang nampak mencekam.
Angin besar kembali datang, membuat jendela kamar Ratih tertutup dan terbuka kembali, Narsih dan Bu Mirah kaget, seketika itu juga Sati ikut menangis.
"Ya Allah Lindungi kami Ya Allah... " Narsih membaca Doa apa saja yang ia bisa.
hinga tiba-tiba sebuah Tangan dingin menyentuh pundak Narsih, bulu kuduk Narsih langsung merinding. "ibu jangan Pegangin pundak Narsih Dong bu."
"Siapa yang Pegangin pundak kamu Sih, tangan saya aja lagi gendong Sati." Bu Mirah kembali menimang sang cucu yang baru saja menangis.
"Kalau buka ibu, terus siapa yang Pegangin..." Narsih menelan ludah, ia Menengok ke belakang, betapa terkejutnya saat ia melihat hantu, wajahnya melepuh seperti bekas luka bakar Narsih sampai tergagap, hinga ia jatuh pingsan, dan senter yang ia pegang terjatuh di lantai.
"Narsih... " Bu Mirah kaget saat melihat Narsih tiba-tiba saja pingsan, dan tidak Berselang Lama, lampu menyalah.
Kini mata Bu Mirah bisa melihat dengan jelas, namun beliau tidak melihat Ratih ada didalam kamarnya. kamar Ratih Nampak sudah sangat berantakan. Barang-Barang berceceran dimana mana. bahkan seprei tercopot dari kasurnya.
Bu Mirah Menaruh Sati Di Kasur, ia Langsung menolong Narsih yang Jatuh pingsan.
"Kemana perginya Ratih." Bu Mirah Menatap Ke Arah Jendela kamar Ratih yang sudah terbuka, padahal ia Ingat Betul jendela kamar di kunci Rapat-Rapat.
.
.
Ratih mulai membuka matanya perlahan, saat cahaya matahari Pagi mulai menyoroti wajahnya yang terbaring Lemah di atas batu besar
"minumlah, agar tenaga mu bisa pulih kembali." ujar Ki'Jambu Arsa, sambil menyodorkan gelas bambu, bersis air putih.
Ki Jambu Arsa membantu Ratih duduk, perlahan Ratih mulai meneguk air yang diberikan ki Jamu Arsa. 'Akhirnya kau kembali masuk lagi ke dalam perangkap ku Ratih.' Batin ki Jambu Arsa.
Saat meminum air yang diberikan ki Jambu Arsa, Ratih sama Sekali Tidak Mengingat kejadian malam tadi, bahkan dirinya sama sekali tidak benci dengan Ki'Jambu Arsa meskipun ia Tahu makam adiknya dibongkar ki Jamu Arsa sendiri.
"Ki' tolong saya ki ... " ujar Ratih tampa diminta bicara.
Ki Jambu Arsa Tersenyum Simpul, pandangan matanya penuh dengan kelicikan. "Katakan Ratih, kau butuh bantuan ku Apa? aku siap membantu mu." ki'Jambu Arsa Tersenyum Simpul.
"Sudah berhari hari, saat saya sudah tidak Lagi mendatangi aki, saya terus di hantui oleh Mas Akmal dan Arimbi." Ratih mengingat dengan jelas kejadian semalam, namun ia lupa kalau pernah di kecewakan ki Jambu Arsa, dan hanya di manfaatkan saja.
"itu tandanya arwah penasaran mereka ingin menuntut balas." ki Jambu Arsa kembali mengarang cerita. dengan Sorot Mata yang di Buat-Buat ikut panik.
"Tolong bantu ki' Apa-pun akan saya lakukan asalkan mereka tidak lagi menggangu." Ratih menarik nafas berat.
Udara pagi di dalam hutan begitu dingin, meskipun sudah ada Cahaya menembus celah pepohonan didalam hutan, tapi tetap saja Ratih merasakan kedinginan.
"Syaratnya mudah saja Ratih." Ki'Jambu Arsa, kembali Terseyum simpul dibalik wajah keriputnya ia menyimpan sebuah rencana besar dan juga dendam, sedangkan kehadiran Ratih memang sangat ia butuhkan untuk melengkapi bagian dari rencana nya.
"Kau Harus kembali memakan Ari-Ari Bayi lagi Ratih." Ki'Jambu Arsa kembali berbisik lirih.
"Untuk apa ki?... bukankah Syarat itu hanya akan saya lakukan saat tangal lima belas bulan jawa?"
Ki'Jambu Arsa terdiam sejenak, memilih kalimat yang tepat untuk ia sampaikan pada Ratih. "Kau ingat kan Ratih apa yang kukatakan pada mu sebelumnya?"
Mata Ratih Nampak Menerawang wajah Ki Jambu Arsa. "Soal apa Ki?... Kepala ku sakit, aku tidak bisa banyak Mengingat ki." Ratih Memijat Pelipisnya yang berdenyut nyeri.
"Soal setiap yang kau lakukan Adalah Gadai nyawa ... jadi dengan Adanya Kau memakan Ari-Ari bayi, dan kau mau kembali bersekutu dengan ku, itu tandanya kau bisa menambah umur Ratih, Sang kuasa Akan mengikat perjanjian umur Mu lebih lama, dan keuntungan nya bukan saja di wajah mu Ratih, namun kau nantinya akan jadi Tambah kaya." Ki'Jambu Arsa kembali membujuk Ratih, tentu saja Batin nya Sambil membaca Mantra agar Ratih mau kembali bersekutu dengan nya. dan melupakan kejadian itu.