Laras Sagita, gadis kampung yang polos, lucu, dan blak-blakan, merantau ke kota untuk mengubah nasib. Di hari pertamanya melamar kerja sebagai sekretaris, ia tanpa sengaja menabrak mobil mewah milik seorang pria tampan yang ternyata adalah calon bosnya sendiri, Revan Dirgantara, CEO muda yang perfeksionis, dingin, dan sangat anti pada hal-hal "tidak teratur"—alias semua yang ada pada diri Laras.
Tak disangka, Revan justru menerima Laras bekerja—entah karena penasaran, gemas, atau stres akibat energi gadis itu. Seiring waktu, kekacauan demi kekacauan yang dibawa Laras membuat hari-hari Revan jungkir balik, dari kisah klien penting yang batal karena ulah Laras, hingga makan siang kantor yang berubah jadi ajang arisan gosip.
Namun di balik tawa, perlahan ada ketertarikan yang tumbuh. Laras yang sederhana dan jujur mulai membuka sisi lembut Revan yang selama ini terkunci rapat karena masa lalu kelamnya. Tapi tentu saja, cinta mereka tak mudah—dari mantan yang posesif,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Laras baru selesai menyuapi Alethea bubur buah ketika pintu rumah mereka diketuk cukup heboh.
"Tok.... Tok ... Tok....
"Siapa sih kok kentuk pintu heboh bener pagi pagi, emangnya gak lihat apa ada bel rumah?" ujar Laras heran sembari berjalan membuka pintu.
"Ceklekkk" pintu terbuka
“Assalamu’alaikum, Naaaak!”
“Ibu ! Ayah, Lala!” Laras membelalak senang.
Di belakang mereka ada mobil penuh muatan: kardus makanan, koper, dan… rice cooker?
Revan muncul dari ruang kerja, belum sempat ganti baju.
“Eh, ibu… ayah… Ini… kejutan ya?” tanya Revan kaget
Ayah Laras menepuk bahu Revan dengan gaya sok serius.
“Kami mau inspeksi. Apa Revan sudah cukup menjaga putri kami dan cucu kami.” ujar Ayah Arman
Ibu Laras sudah mencium pipi Laras, lalu menggoda cucunya. “Mana cucu Nenek? Ini pasti Alethea yang suka ngambek kalau dot-nya miring, ya?”
---
Dalam dua jam, rumah Revan-Laras yang tadinya adem dan rapi berubah jadi pasar mini.
ibu Laras mulai buka dapur.
“Rev, di mana ulekan? ini mau bikin sambal terasi!”
“Eh… yang mana ya, Bu? Saya takut salah…” jawab Revan
Sementara ayah Laras duduk di sofa bareng Alethea yang lagi main mainan, sambil mengomentari desain rumah:
“Ini catnya bagus, Rev. Tapi agak terlalu ‘city boy’. Perlu sentuhan Jawa.”
Revan hanya bisa tersenyum kaku.
“Noted, Yah…”
---
Sore harinya, Laras baru sadar sesuatu yang mencurigakan.
“Buuu, kok banyak banget makanan ini? Emangnya siapa yang mau makan?” tanya Laras
Ibu Yuli, ibu dari Laras tersenyum sambil mengaduk sayur asem.
“Oiya, hari ini giliran ibu jadi tuan rumah arisan.” jawab Ibu Yuli
“Arisan?? Di sini??” tanya Laras terbelalak
“Iya. Tadi ibu udah broadcast lokasi baru. Rumahmu enak, luas.” Jawa Ibu Yuli santai
Laras melirik Revan yang wajahnya langsung panik.
Dan benar saja...
Tepat pukul 16.00 WIB, rumah Revan penuh emak-emak arisan beragam gaya. Ada yang pakai daster bling-bling, ada yang hobi ngegosip sampai detail skincare mantan menantu tetangga.
Revan yang sedang menggendong Alethea, jadi objek “perhatian”.
“Wah, ini pasti Mas Revan ya… Suami si Laras. Katanya tajir banget, terus bangkit dari kebangkrutan? Hebat, hebat!”
“Ganteng juga ya… cocok main sinetron.”
“Punya adik cowok, Mas? Tanya aja, siapa tahu jodoh cucu saya.”
Laras sampai harus menyelamatkan suaminya.
“Ibu, bawa ayah dan kawan-kawan ke taman belakang aja deh, sambil barbeque gitu.” ujar Laras
"Dan kamu Lala jangan pacaran aja atau mau kakak kirim tu si Arga ke Antartika" ujar Laras kesal
Malam harinya
Setelah rumah kembali tenang dan emak-emak pulang sambil membawa goodie bag, Laras bersandar ke bahu Revan.
“Maaf ya, suamiku tercinta. Rumah kita dijadiin markas emak-emak dadakan.” ujar Laras tidak enak pada Revan
Revan terkekeh.
“Gak apa-apa. Anggap saja pelatihan mental buat jadi kepala keluarga.” jawab Revan pengertian walau iya juga kaget dengan keadaan tadi
Mereka tertawa kecil. Alethea di antara mereka, menggenggam tangan Revan dengan tangan mungilnya.
“Eh,” Revan menatap Laras. “Tapi harus janji, jangan undang arisan lagi minggu depan.”
“Deal,” Laras menjawab.
“…tapi bulan depan kayaknya Mama kamu mau arisan ulang tahun.”
Revan langsung terdiam.
“...Kita bisa pura-pura liburan nggak, ya?”
"Emang bisa... kamu tau kan mas, mama kamu dan ibu aku itu sama hebohnya jika urusan cucunya" jawab Laras
Dan Revan hanya bisa menghela nafas
Bersambung
🌹🌹🌹🌹🌹