NovelToon NovelToon
Uang Kaget Bergetar

Uang Kaget Bergetar

Status: tamat
Genre:Matabatin / Sistem / Tamat
Popularitas:16.2k
Nilai: 5
Nama Author: samsuryati

bagaimana rasanya ketika kamu mendapatkan sebuah penawaran uang kaget?

Rara di hina dan di maki selama hidupnya.

Ini semua karena kemiskinan.

Tapi ketika dia merasa sudah menyerah, Dia mendapatkan aplikasi rahasia.

Namanya uang kaget.

Singkatnya habis kan uang, semakin banyak uang yang kau habiskan maka uang yang akan kamu kantongi juga akan semakin banyak.

Tapi hanya ada satu kesempatan dan 5 jam saja.

Saksikan bagaimana Rara menghasilkan uang pertama kali di dalam hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28

Sebelum meninggalkan vila yang selama beberapa minggu menjadi tempat singgahnya, Rara menatap sekali lagi halaman yang kini tertata rapi. Di teras, Pak Wijaya berdiri tegap dengan senyum ramah yang selalu ia kenakan meski usia telah menekuk tubuhnya.

“Pak Wijaya,” ucap Rara singkat namun tulus. “Saya titip vila ini. Saya tahu Bapak dan Ibu pasti bisa merawatnya dengan baik.”

“Terima kasih, Nona Rara. Kami akan menjaganya seperti rumah sendiri,” jawab Pak Wijaya dengan nada rendah hati.

Rara mengangguk. “Semua barang dari Tanah Abang yang saya simpan di gudang belakang, mohon didistribusikan ke panti asuhan dan panti jompo, ya. Daftar tempatnya sudah ada di laci meja ruang tamu.”

Pak Wijaya terlihat terkejut sejenak namun segera menunduk sopan. “Akan kami laksanakan. Terima kasih atas kepercayaannya.”

Tanpa banyak basa-basi, Rara melangkah ke mobil yang telah menunggu. Hari ini dia tidak akan kembali ke vila. Tujuannya berikutnya adalah apartemen miliknya yang berada di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Letaknya strategis dan hanya butuh waktu sekitar tiga puluh menit menuju bandara Soekarno-Hatta,cukup nyaman untuk keberangkatannya esok pagi.

Namun, sebelum hari benar-benar berakhir, ada satu tempat yang harus ia datangi,Kantor Pusat Mahesa Group, yang berlokasi di kawasan ,Mega Kuningan, Jakarta.

Perusahaan ini sudah sangat dikenal Rara. Bukan perusahaan raksasa, tapi cukup mapan dan stabil, dengan lebih dari dua ratus karyawan yang bekerja di bawah naungannya.

Mahesa Group bergerak di bidang logistik dan distribusi barang konsumsi, salah satu jaringan pendukung utama untuk pasar-pasar retail modern di Jabodetabek.

Begitu Rara memasuki lobi utama, seorang resepsionis muda menyapanya dengan senyum cerah.Dia cukup kenal dengan Rara sebagai putri dari pemilik perusahaan.

“Selamat siang, Nona Rara. Silakan langsung ke lantai empat, Ibu Ratna sudah menunggu di ruangannya.”

“Terima kasih, kak” jawab Rara singkat dan melangkah ke lift dengan langkah percaya diri.

Di lantai empat, suasana jauh lebih tenang. Di ruang kantor utama, Ibu Ratna—manajer keuangan Rara,telah duduk menunggu. Rambutnya yang disanggul rapi dengan senyumnya yang selalu hangat bagi Rara.

“Slamat siang Nona Rara, ini orang yang saya ceritakan tempo hari.” Ibu Ratna berdiri dan memberi isyarat pada seorang pria berusia sekitar awal 40-an yang duduk di sampingnya. “Namanya Bapak Adrian Wicaksono. Profesional di bidang manajemen operasional. Beliau sebelumnya pernah mengelola dua perusahaan distribusi skala nasional. Track record-nya bersih dan luar biasa.”

Ibu Ratna juga seorang manajer profesional tapi tugasnya dan melayani semua saham dan properti milik pribadi Rara.

Tapi manajer profesional kali ini ditugaskan untuk menangani masalah perusahaan Mahesa grup.

Rara menatap pria itu sejenak, lalu mengulurkan tangan. “Selamat bergabung, Pak Adrian. Saya harap Bapak bisa membantu menjaga stabilitas Mahesa selama saya dan keluarga tidak berada di Jakarta.”

“Dengan senang hati, Nona Rara. Saya merasa terhormat mendapat kepercayaan ini,” jawab Adrian dengan suara mantap.

Acara serah terima pun dimulai. Beberapa dokumen disodorkan ke hadapan Rara oleh staf legal yang telah menunggu. Satu per satu ia tandatangani, mewakili Mahesa Group sebagai pemilik utama. Tidak ada yang terlalu rumit. Semuanya sudah diatur rapi oleh Ibu Ratna seperti biasa.

Setelah semuanya selesai, Rara berdiri. Ia menatap jendela kantor yang menampakkan panorama gedung-gedung tinggi Jakarta.

Belum lama setelah semua dokumen ditandatangani dan pembicaraan resmi selesai, suara telepon di meja resepsionis lantai bawah kembali berdering. Gadis penyambut tamu di lantai bawah,menekan sambungan internal ke ruang Ibu Ratna.

“Maaf mengganggu, Bu Ratna. Ada seorang tamu yang ingin bertemu dengan Nona Rara,” ucapnya ragu. “Namanya Adrian… Adrian Mahendra.”

Ibu Ratna menoleh pada Rara dengan alis sedikit terangkat. “Mau saya tolak saja?”

Rara sempat terdiam.

Nama itu tidak asing, tapi dia tidak menyangka pria itu bisa mengetahui keberadaannya di kantor Mahesa hari ini. Seharusnya hanya orang-orang dalam yang tahu soal kedatangannya.

“Tidak usah. Izinkan dia naik,” jawab Rara pelan, meski dalam hatinya ada sedikit keraguan. Tapi rasa ingin tahunya lebih kuat.

Beberapa menit kemudian, terdengar ketukan halus di pintu kantor utama. Dengan sopan namun tegas, pintu terbuka dan masuklah seorang pria muda berpenampilan rapi kemeja putih gading dengan celana abu gelap, wajah tenang tapi matanya tajam. Dia membawa aura percaya diri dengan kesan sombong.

“Maaf mengganggu Ra ,” ucapnya sambil sedikit menunduk. “Boleh bicara sebentar ?”

Rara tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap pria itu sebentar, sebelum menoleh pada Ibu Ratna dan Pak Adrian Wicaksono yang masih berdiri tak jauh darinya.

Menangkap isyarat halus dari tatapan Rara, Ibu Ratna segera melangkah mundur. “Kalau begitu, kami permisi dulu. Ada beberapa laporan di bawah yang perlu saya cek.”

“Kalau ada apa-apa, panggil saja saya, Nona,” tambah Pak Adrian Wicaksono sebelum ikut meninggalkan ruangan bersama Ibu Ratna.

Pintu pun tertutup dengan tenang, meninggalkan Rara dan Adrian Mahendra berdua di dalam ruang kantor yang kini terasa sedikit lebih hening daripada sebelumnya.

"Rara bagaimana kabarmu?"

Rara melipat tangannya di dada. “Aku baik.ehem Jadi… bagaimana kamu tahu aku ada di sini?”

Adrian hanya tersenyum samar, seperti sudah memperkirakan pertanyaan itu akan muncul. Tapi ia belum langsung menjawab.

 Senyumnya tampak ramah, tapi bagi Rara, tatapan itu menyimpan sesuatu yang terasa… menyebalkan.

Terlalu percaya diri.

Ck

"Aneh… dulu dia jarang bicara padaku. Tak pernah menatapku lebih dari lima detik."

"Sekarang, setelah orang-orang tahu Mahesa Group masih berdiri, dia datang membawa senyum sok manis ini? Menyebalkan sekali "

Rara baru sadar Jika setiap orang memandangnya dengan kacamata berbeda. Dulu dia dianggap remeh tapi sekarang semuanya datang mendekat.

Pria ini contohnya.

Adrian Mahendra menghela napas panjang, jelas dia mencoba menciptakan suasana sentimental.Mungkin aktingnya terlalu buruk dan dia tidak bisa menyembunyikan hal itu sama sekali.

“Aku… aku ingin minta maaf soal perpisahan kemarin,” kata adrian Mahendra dengan lembut. “Aku tahu aku seharusnya bisa membelamu waktu semua orang mulai bicara seenaknya. Tapi saat itu aku sendiri salah paham kepadamu jadi aku diam. Dan itu salah.”

Rara hanya diam.

Jemarinya menggenggam pinggiran meja, menahan dorongan untuk memutar bola matanya.

Adrian Mahendra, jujur, rara sendiri pernah memiliki sedikit perasaan kepadanya.Tapi kemudian Rara mendengar bahkan melihat sendiri Jika Adrian Mahendra hanya seorang playboy.

Dia memacari tiga gadis sekaligus di sekolah yang sama.

Gadis gadis itu sangat bodoh dan mereka berlomba-lomba untuk menyenangkan nya .Dia mendapatkan berbagai hadiah mahal dari gadis-gadis itu.

Semua gadis memujanya karena ketampanannya.Tapi mereka tidak tahu apa yang tersembunyi di dalam hati pria ini.

Adrian Mahendra memanfaatkan ini sebagai aji mumpung.

Hanya saja Rara bukanlah gadis yang berada di dalam daftar korban nya. Karena itu sikapnya terhadap Rara terkesan biasa-biasa saja.

Tapi sekarang, ckckck.

Rara berkata"Kau diam karena kau memang tidak peduli. Kau hanya pria yang menyukai uang,bukan keadilan"

"Ra, kok kamu bicara seperti itu sih sama aku?" kata Adrian

“Aku datang hari ini bukan untuk itu,” lanjut Adrian lagi, suaranya lebih pelan namun lebih dalam. “Aku suka kamu, Ra. Sudah lama. Saat itu aku sendiri gugup dan tidak percaya diri tapi aku tahu kamu menyukai aku Ra.Cara kamu memandangku… aku tahu itu bukan pandangan biasa.”

Pandangan Rara mengeras seketika.

???

Aku di tembak.

"Aku memandangmu dengan rasa kasihan, Adrian. Aku tahu dari guru bimbingan konseling… tentang asal usulmu. Bahwa kamu adalah anak luar nikah yang disembunyikan oleh keluarga Mahendra. Kau ditolak, dan karena itu, kau cari pengakuan di tempat lain… termasuk dengan bermain-main dengan hati para gadis."kata Rara di dalam hati.

Pada saat ini Rara hanya terdiam dan memikirkan latar belakang Mahendra ini. Tapi pada saat itu Adrian Mahendra merasa semakin yakin karena diam nya Rara.

"Wih pesona adrian Mahendra tidak bisa ditolak hehehe"pikir Adrian Mahendra dalam hati.

Tapi di permukaan dia berkata dengan pandangan yang penuh kasih dan sayang."kejadian di acara perpisahan kemarin membuat aku semakin yakin dengan apa yang aku rasakan sama kamu. Rara kamu adalah seseorang yang spesial di hati aku"

“Aku yakin kamu juga punya perasaan yang sama,” lanjutnya. “Kita cocok, Ra.”

“Adrian…” suara Rara akhirnya terdengar.

 Tenang tapi dingin dan ada rasa ingin muntah.

“Maaf ya tapi sebenarnya ada sedikit salah paham.Waktu itu aku hanya ingin belajar. Aku tidak pernah berpikir tentang cinta, apalagi denganmu.”

Hiuk ..ih jijiknya.

Sementara itu Adrian terlihat terkejut sejenak, tapi senyum di wajahnya tidak luntur.

Justru terlihat seperti menantang.

Dalam pemikirannya seorang gadis tidak akan pernah mengaku dengan mudah jika tidak didorong.

“Ayolah, Rara. Jangan menolak dirimu sendiri. Kamu juga perempuan. Kamu juga pasti punya rasa ingin dimengerti, disayangi. Apalagi… ”

Dia melangkah mendekat.

 Terlalu dekat.

Tanpa aba-aba, tangan Adrian menyentuh pundak Rara dan menarik tubuhnya ke pelukannya.

Sret

“Tenang aja,” bisiknya di telinga Rara, suaranya mendalam, terlalu berani. “Kamu bukan cewek sembarangan. kamu lebih baik dari semua mantanku. Kamu kelas atas. Kamu… sepadan denganku.”

Dan di situlah letak masalahnya," gumam Rara dalam hati.

"Dulu aku bukan siapa-siapa, kau bahkan tidak menoleh. Sekarang aku punya kekuasaan, kau berubah menjadi pria romantis dadakan? Jijik.

Dengan gerakan tegas namun tetap tenang, Rara melepaskan diri dari pelukannya.

Ia menatapnya lurus-lurus, kali ini tak ada basa-basi.

“Adrian Keluar dari kantor ini,” katanya datar. “Sebelum aku benar-benar kehilangan sopan santun.”

Adrian tampak bingung.

Tidak percaya.

Dia masih mencoba membaca ekspresi Rara, mencari celah bahwa ini hanyalah permainan tarik-ulur.

Tapi Rara tak memberinya peluang sedikit pun. Ia hanya mengarahkan pandangan ke pintu.

Isyarat untuk pergi.

Adrian tidak percaya apa soalnya tidak berlaku untuk Rara.Dia segera menarik Rara ke dalam pelukannya lagi.

"Lepas....ukhh..

Rara marah dan mencoba memberontak bahkan menjerit. Tapi sayang , pelukan adrian begitu keras dan dia malah mencium bibir Rara. Gerakan ini sukses membungkam mulut Rara.

hmpt...hmpt..

Adrian Mahendra merasa menang karena Rara berangsur melonggarkan penjagaannya. Dia pikir gadis seperti Rara terkadang harus didorong dengan cara ini.

Kasar tapi ngangenin.

Adrian tanpa sadar juga mulai melonggarkan ciumannya dan pada saat itulah Rara langsung menghentakkan sepatu tumit tingginya di kaki Adrian .

Bayangkan saja ujung sepatu tumit tinggi itu langsung menancap ke kaki Adrian dengan keras.

"Ahh sakit, sial...!!"

Secara refleks Adrian melepaskan kungkungannya dan menarik kakinya sambil berjinjit .

Saat itu tanpa sadar bibirnya juga mengutuk dengan bahasa kotor.

"Sialan kau pelacur, beraninya kau melakukan ini?"

Plak...

Selagi dia marah Rara menamparnya dengan keras.Adrian langsung terdiam dan memegang pipinya yang memerah

Sejauh ini tidak pernah ada gadis yang menolaknya sedemikian rupa dan bahkan berani menampar dirinya.

Ra...kau ..

Rara mundur beberapa langkah dan berjalan di balik meja. Sementara dia langsung menghubungi Ibu Ratna yang sebenarnya sudah turun di lantai bawah.

"Bu, hubungi keluarga Mahendra, katakan jika mereka tidak mau membuang ada yang Mahendra dari kartu keluarga, kita akan mengeksekusi Mahendra group"

Kepemilikan saham Rara terhadap mahendra grup bisa membuat dia mengambil alih Mahendra group Hanya dalam satu klik.

Setelah itu Rara menutup teleponnya dan menatap tajam ke arah Adrian.

"Rara Apa yang kau lakukan, siapa yang kau ancam?"kata Adrian dengan pandangan kejam .

Mahesa group memang belum bangkrut tapi tidak akan pernah bisa menyaingi Mahendra group sama sekali.

Itu tidak mungkin.

 Tapi Adrian Mahendra tidak tahu, Mahesa grup memang tidak melakukan bisa melakukan itu tapi Rara berbeda.

Dia punya uang, kemampuan dan kekuasaan.

Adrian Mahendra yang cabul, berani melecehkannya di dalam kantornya sendiri.

Hah sampah hanya bisa dibuang pada tempat sampah.

Rara tidak menjawab apapun tapi kurang dari dua menit telepon genggam dari Adrian mulai berbunyi.

Pada saat itu Rara mengangkat matanya dan membiarkan Adrian mengangkat telepon.

Adrian tidak ingin menjawab tapi melihat nomor yang tertera sebenarnya adalah ayahnya, dia langsung gugup dan menjawab.

Tapi kata-kata yang dilontarkan orang di seberang sangat membuat dia terkejut.

"Adrian apa yang sudah kau lakukan, siapa yang sudah kamu singgung? pulang sekarang kakek marah besar dan ingin mengeluarkanmu dari kartu keluarga"

Ahh apa...

Andrian yang masih gugup dan tidak menjawab apapun sampai telepon Itu dimatikan.

Tapi matanya menangkap senyum Rara yang provokatif.

Hanya setelah itu dia sadar jika, Rara bukan lagi gadis yang bisa diraih.

"Keluar....

"Rara.. kau...

"Keluar....

Dengan enggan, Adrian melangkah mundur.

Kali ini, wajah tampannya tidak lagi percaya diri,melainkan kikuk dan kecewa. Ia membuka pintu dan pergi tanpa kata, meninggalkan ruangan itu dengan sunyi yang menggantung.

Begitu pintu tertutup, Rara menghela napas panjang, kemudian duduk kembali.

"Kau pikir semua wanita bisa kau perdaya dengan wajah tampan dan sejarah kelammu? Maaf, Adrian. Aku tidak tertarik menjadi pelampiasan mu."

Dasar sampah.

1
Heni Setianingsih
Luar biasa
Ainii 2809
apa ini aka dilanjutkan tor ceritanya
Ainii 2809: ok tor tapi jiand kalu dilanjutin bagus endinya gantung sih
Disty Aulya Syamlan: lho udah, gini aja ceritanya
total 3 replies
Rani Muthiawadi
hooot thort pasti seruu soalnya beda sama kiamat yg lainnya
Lala Kusumah
ceritanya bagus seruuuu juga menarik tidak berbelit-belit, teruslah berkarya dengan karya-karyanya yang bagus lagi, semangat sehat ya 💪💪😍
Lala Kusumah
wah giliran Adrian ya yang dapat sistem uang kaget, aku mau juga Thor 😂😂🙏🙏
Disty Aulya Syamlan
semangat athor. luar biasa kejutanmu 🎉🎉🎉🎉🎉🎉
Disty Aulya Syamlan
mulai kembali.......
Endah Herawati
good... going better.. semangat Thor
Lala Kusumah
wadaw...
Wanita Aries
Wuaduh harus berkencan dgn byk pria 🫣
Wanita Aries
Bagus ra udh bener apa yg km lakuin wlw kejam tp mmng apa yg mereka lakukan harus dbayar.
Vivo Y93
semangat
🌻nof🌻
kira2 ada kesempatan kedua buat korban gak?🤔
yanthi
petani tp punya sistem thor
senyaman mu nulis aja thor manut AQ
Endah Herawati
Akan lbh baik kalau Rara akhirnya memberi maaf kpd orang2 yg nyakitin dia, dgn syarat ketat spy mrk jd orang baik.... tdk mengulangi kesalahan mrk. jd kan Rara tokoh yg kuat, tegas tapi baik hati... usul aja Thor... 🤗
Aryanti endah
Luar biasa
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut...ish si Doni yang tak tau diri pengen dihajar itu mah
🌻nof🌻
Jack pikirannya masih bener
Wanita Aries
Doni gilak 😡 seharusnya rara pny bodyguard biar gk di sentuh dgn musuh2nya.

Byk typo ehh author
Kurniawan Khang
wah terima kasih atas novelnya sangat bagus,saya suka sistem pertanian,perikanan,kuliner.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!