Terlahir Kembali Untuk Balas Dendam

Hanya dalam sekali lihat saja Ale bisa tau bahwa gadis berkacamata yang tadi menabraknya adalah Leana Putri, sosok yang sedang ia cari.

"Ma_maaf." Gadis itu segera bangkit saat menyadari bahwa posisi mereka terlihat sedikit intim.

Maksudnya, untuk ukuran orang asing, posisi mereka itu terasa sedikit aneh.

"Oh, tidak masalah," jawab Ale seadanya.

Suasana terasa sedikit canggung, mungkin karena kejadian yang terjadi beberapa saat lalu.

"Emm,,,itu, aku permisi dulu ya, maaf sekali lagi."

"Eh, tunggu!"

Lea hendak beranjak pergi, namun Ale menahan tangannya dengan cepat hingga akhirnya Lea tak mampu untuk melanjutkan langkahnya.

"E_Em,,,ada yang bisa aku bantu?" tanya Lea dengan gugup. Kepalanya sejak tadi hanya bisa menunduk lantaran tak sanggup untuk bertatap mata dengan Ale.

Ale mengusap tengkuknya pelan, entah kenapa ia jadi kikuk sendiri.

"Kamu Leana Putri kan? Teman kuliahnya Nyonya Aellyn."

Lea tampak terkejut mendengar pertanyaan yang Ale lontarkan. "Kamu tau darimana?"

Senyuman merekah di bibir tipis laki-laki itu. "Saya Jhovian Alexander, sekretaris tuan Re yang diutus untuk mencari anda. Apakah anda bersedia untuk ikut dengan saya?"

Kening Lea berkerut. Re? Oh, apakah laki-laki itu adalah suami Aellyn yang waktu itu ia anggap sebagai rentenir?

"Ada apa memangnya?"

Lea tidak boleh percaya dengan orang asing begitu saja. Bagaimana jika Jhovian Alexander ini ternyata adalah seorang penjual organ, dan ia ingin menculik Lea untuk mengambil organnya?

Oh, tidak! Lea tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia masih harus menyelamatkan adiknya, ia tidak boleh mati konyol di tangan seorang penjual organ.

"Saya tidak tau lebih jelasnya, tapi yang pasti nyonya Aellyn ingin bertemu dengan anda."

Lea menatap curiga pada laki-laki tampan dihadapannya. "Apa buktinya kalau kamu memang di utus oleh Aellyn dan suaminya?"

Ale terdiam sejenak, sekarang apa yang harus ia lakukan. Haruskah Ale menelpon bosnya?

Oh, itu ide yang bagus andaikan saja handphone Ale tidak lowbat.

Pada akhirnya, Ale lebih memilih untuk merogoh jasnya untuk mengambil dompet hitam tipis miliknya.

Kening Lea berkerut dalam saat melihat Ale yang mulai mengeluarkan satu persatu kartu ATM dari dompetnya.

Orang ini ingin menyogokku ya?

"Ini, ambilah."

Lea dibuat terdiam saat Ale menyodorkan KTP milik laki-laki itu kepadanya.

Merasa tak mendapat respon dari gadis berkacamata itu, Ale pun berinisiatif untuk menarik tangan Lea dan menaruh KTP-nya digenggaman gadis itu.

"Jika anda ragu pada saya, anda bisa menaik taxi dan mengikuti mobil saya di belakang, dan KTP ini boleh anda simpan sebagai jaminan."

"Baiklah." Lea akhirnya setuju setelah melihat kesungguhan yang luar biasa dimata Ale.

...***...

Chup,,,Chup,,,Chup,,,

Aellyn melenguh pelan, merasa geli di seluruh bagian wajahnya lantaran Re yang sejak tadi tak ada henti mengecupi wajah lelap sang istri.

"Jangan ganggu, aku masih ngantuk," ucap Aellyn dengan suara parau.

Bukannya berhenti, Re malah semakin menjadi-jadi. Laki-laki itu menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher sang istri lalu menjilat dan mengigit kecil dibagian itu hingga menimbulkan bekas merah yang tampak sangat jelas.

"AKH!" Aellyn memukul punggung Re dengan kuat.

Re tertawa puas, lalu menjauhkan wajahnya setelah mengecup bibir Aellyn sekilas.

Aellyn yang marah, langsung melayangkan tatapan tajam pada sosok tampan di atasnya.

Usapan pelan Re bumbuhkan pada dahi Aellyn. "Ayo bangun, katanya kamu mau ketemu Lea."

"Lea ada disini?!" Seketika tatapan tajam Aellyn menghilang, berganti dengan tatapan polos yang menggemaskan.

Chup,,,

Oh, ini gila. Re selalu tidak bisa menahan diri jika harus dihadapkan oleh tatapan polos Aellyn yang menggemaskan.

"Iya, sekarang lebih baik kita mandi dan temui dia dibawah!"

Aellyn menjerit kencang saat Re tiba-tiba menggendong tubuh telan-jang nya menuju kamar mandi.

Aellyn memeluk leher Re lalu menenggelamkan wajahnya yang memerah ke celuk leher sang suami.

Tawa Re mengudara, ia merasa sangat gemas melihat tingkah malu-malu kucing Aellyn.

"Kamu sangat menggemaskan, aku jadi merasa lapar," bisik Re ditelinga Aellyn lalu menjilatnya dengan gerakan pelan.

"YAK, JANGAN COBA-COBA!!"

"Hahaha."

•

Aellyn dan Re segera turun kebawah setelah selesai dengan acara mandi mereka yang melelahkan. Yeah, setidaknya bagi Aellyn seperti itu.

Rahang perempuan cantik itu terasa sangat pegal lantaran dipaksa terbuka selama beberapa menit untuk mengulum kejantanan sang suami yang ukurannya tidak bisa dikatakan kecil.

"Sudah lama menunggu?" tanya Aellyn.

"Enggak kok, aku baru beberapa menit disini," jawab Lea dengan kikuk.

Bohong, Lea tentu berbohong karena nyatanya ia dan Ale sudah duduk disana selama hampir empat jam hanya untuk menunggu sang pemilik rumah terbangun dari tidur lelapnya.

Aellyn melepaskan pelukan Re di pinggangnya lalu mendudukkan diri disamping Lea.

Re merenggut tak terima, namun pada akhirnya ia memilih untuk duduk di satu-satunya sofa single yang ada disana.

"Kamu, ada apa mencariku?" tanya Lea berhati-hati.

Aellyn menggenggam tangan Lea, lalu menatap mata gadis itu dalam-dalam.

Lea yang diperlakukan seperti itu jelas terkejut. "Ke_kenapa?"

"Kamu kalau ada masalah langsung cerita ke aku saja. Aku pasti akan membantumu."

Lea jelas tertegun mendengar pernyataan itu. Ia tidak mengerti, apakah Aellyn ini seorang peramal? Bagaimana mungkin Aellyn bisa tau jika saat ini Lea sedang dalam masalah?

Gadis berkacamata itu terlihat bingung, haruskah ia menceritakannya pada Aellyn, mengingat apa yang menimpanya ini juga berhubungan dengan perempuan cantik itu.

Tapi Lea ragu, ia sudah menerima uang dari Aellyn, jadi tidak sepatutnya ia melibatkan nyonya muda Cayle itu dalam urusannya.

"Lea, katakan saja, jangan ragu," ucap Aellyn meyakinkan.

Helaan nafas terdengar dari celah bibir gadis itu sebelum akhirnya ia menceritakan semua yang terjadi padanya.

"APA?!" Aellyn mengepalkan tangannya, merasa geram dengan apa yang pria tua itu lakukan.

"Brengsek! Berani-beraninya pria tua bangka itu memintamu untuk melakukan hal yang rendahan seperti itu! Aku tidak akan memaafkannya!" ucap Aellyn berapi-api.

Lea hanya mampu menunduk. "Aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak mau mengorbankanmu, aku juga tidak bisa kehilangan adikku."

Aellyn menatap galak ke arah Lea. "Apa yang kamu pikirkan?! Aku ini temanmu, aku akan membantu semua masalahmu. Apalagi ini juga ada sangkut pautnya denganku. Aku yang memintamu untuk melakukannya!" ucap Aellyn dengan nada kesal, merasa tak dianggap oleh Lea.

"Tapi_"

Aellyn meletakkan jari telunjuknya didepan bibir Lea supaya gadis itu tak melanjutkan kalimatnya. "Tidak ada tapi-tapian!"

"Aku mau kalian menyelesaikan masalah ini secepatnya! Bawa adik Lea kesini dan panggilkan juga dokter profesional untuk merawatnya!" perintah mutlak dari sang nyonya muda.

"Ayo kita makan, aku sudah merasa sangat lapar!" Aellyn menarik tangan Lea dan mengajak gadis itu pergi ke ruang makan.

Re melirik sekretarisnya yang hanya diam ditempat tanpa melakukan apapun.

"Kamu tau apa yang harus kamu lakukan kan?"

Ale mengangguk lalu segera berpamitan pergi untuk melakukan tugasnya. Sedangkan Re memilih untuk menyusul sang istri ke ruang makan.

...•Bersambung•...

Maaf kalau amburadul, ini juga agak dipaksain soalnya aku lagi demam, tapi notif NT selalu bikin gak tenang 🤧