Update: 12:00 WIB
Chen Sisi, seorang koki terkenal di zaman modern, tiba-tiba saja meninggal karena kelelahan dan jiwanya pindah ke tubuh seorang gadis di zaman Tiongkok kuno. Melalui gelang giok putih warisan keluarga neneknya, Chen Sisi membuka ruang ajaib dan memelihara seekor kucing putih spiritual.
Jago memasak, pandai pengobatan serta memiliki kakek eksentrik, Chen Sisi membuat sang raja perang, Tianlong Heyu yang membenci wanita, langsung memikirnya. Dengan resep-resep andalan zaman modern, Chen Sisi mengguncang dunia kuliner Tiongkok kuno.
Awalnya Tianlong Heyu hanya menyukai masakan Chen Sisi. Tapi semakin lama, dia ingin membiarkan gadis itu memasak untuknya seumur hidup.
Akankah sang raja berhasil mengikat koki cantik itu di sisinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tianlong Heyu Fell Sick
Di barak militer saat ini, Tianlong Heyu baru saja kembali memimpin tim setelah memastikan jika benteng perbatasan tetap aman dan kokoh.
Salju turun lebat dan membuat pria itu setengah kedinginan.
Tianlong Heyu tidak tidur nyenyak selama beberapa hari hanya untuk memastikan jika benteng tidak dirusak oleh musuh atau sesuatu yang mengerikan di luar sana.
"Raja, jika masalah ini berlanjut, aku khawatir tidak bisa menyembunyikannya lagi dari mata kaisar. Kenapa tidak langsung melaporkannya saja ke sana?"
Chen Yelang merasa kesal ketika memikirkan orang-orang di istana yang sangat acuh tak acuh tentang masalah ini.
Sementara kaisar sendiri merasa rumit. Dia tidak bisa menyinggung semua orang di bawah kekuasaan. Sebagian dari orang-orang itu mendukung istana hingga hari ini.
Tapi dihadapkan dengan krisis persediaan makanan dan musim dingin ekstrem, istana kekaisaran jelas tidak bisa berbuat banyak.
Banyak rakyat yang saat ini tidak bisa makan kenyang serta kericuhan antara petugas dengan rakyat juga meningkat.
"Tidak ada gunanya."
Tianlong Heyu menjawab dengan nada datar. Ia benar-benar kelelahan dan tidak berniat untuk membicarakan ini sekarang.
Chen Yelang tahu dia lelah dan membiarkannya tidur lebih dulu. Ia akan meminta juru masak tentara untuk membuatkan sesuatu untuknya.
Tianlong Heyu melepas rompi perangnya dan berbaring untuk mengistirahatkan diri. Dia juga menolak Chen Yelang yang hendak memanggil dokter.
"Raja, racunmu tidak pecah lagi kan?" tanya Chen Yelang setengah berbisik.
"Tidak."
Racunnya hanya akan beraksi ketika dia berhubungan atau mendekati lawan jenis.
Pada hari biasanya, ia hanya akan sakit biasa. Kali ini dia hanya lelah dan sama sekali tidak menyentuh lawan jenis.
Wanita dilarang menjadi seorang prajurit atau memasuki ketentaraan. Jadi, kasus wanita yang menjadi tentara sangat jarang terjadi kecuali karena ada alasan khusus.
Chen Yelang menghela napas lega.
Selama hampir satu jam koki militer memasak untuk Tianlong Heyu.
Saat makanannya sudah siap, Chen Yelang membangunkannya untuk mengisi perut. Namun pria di tempat tidur itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi normal layaknya orang tidur. Tapi sesekali akan mengerutkan kening.
"Raja, bangun. Makanlah dulu sebelum kembali istirahat. Raja?"
Chen Yelang memberanikan diri untuk memeriksa kondisinya dan dia terkejut ketika mengetahui pria itu demam tinggi.
Chen Yelang panik dan segera memanggil dokter militer untuk memeriksanya. Seorang lelaki tua akhirnya datang untuk memeriksanya.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Chen Yelang.
"Yang Mulia demam karena terlalu lama berada di cuaca dingin. Ketika bangun, Yang Mulia harus memakan sesuatu yang menghangatkan tubuh, mengurangi makanan pedas dan hindari terkena angin dingin."
Penjelasan dokter militer sangat santai dan sabar. Demam bukan sesuatu yang terlalu mengancam nyawa, dia sudah berurusan dengan hal tersebut selama bertahun-tahun lamanya.
"Baiklah, baiklah." Chen Yelang akhirnya sedikit tenang.
Untungnya terakhir kali pasukan musuh yang menyerang telah dipukul mundur dan serangan berkelompok binatang buas yang terinfeksi wabah mayat hidup juga telah dibunuh semua.
Setidaknya masih bisa tenang selama beberapa hari ke depan, setidaknya sampai Tianlong Heyu sembuh dari demam.
Tianlong Heyu baru membaik di keesokan harinya setelah meminum obat. Dia hanya makan sedikit dan tidak memiliki selera makan. Chen Yelang bingung saat melihatnya.
"Raja, kamu tidak pernah pilih-pilih makanan saat di barak militer. ada apa denganmu hari ini?"
Chen Yelang curiga jika Tianlong Heyu telah membakar otaknya dan menjadi bodoh.
Tianlong Heyu sepertinya menangkap arti dari ekspresi Chen Yelang, mau tidak mau wajahnya langsung menggelap. Dia menatapnya dengan wajah dingin seperti es batu yang sulit mencair.
Melihat ini, Chen Yelang akhirnya sadar jika raja perang tidak berubah.
"Itu ... apakah makanan yang dibuat koki tidak sesuai dengan seleramu?"
Mungkin karena Tianlong Heyu baru saja meredakan demamnya, permintaan makanan yang ingin dimakan sedikit tidak biasa.
Tianlong Heyu tidak tahu harus berkata apa. Ia benar-benar tidak memiliki nafsu makan yang baik saat ini. Justru malah memikirkan masakan Chen Sisi.
Mengingat bayangan tentang gadis itu, Tianlong Heyu terkejut. Dia belum pernah memikirkan lawan jenis manapun selama ini dan menjauhi semua hal yang berbau wanita.
Alasan utamanya karena dia tidak tertarik memulai hubungan begitu awal. Alasan lain karena racun di tubuhnya.
Tapi Tianlong Heyu tidak lupa jika Chen Sisi adalah satu-satunya wanita yang tidak membuat racun di tubuhnya pecah saat saling dekat. Ini penemuan baru.
Tianlong Heyu tidak menunjukkan ekspresinya saat memikirkan sesuatu yang agak mustahil saat ini.
"Panggil gadis itu ke sini. Aku ingin makan masakannya."
"Hah? Gadis yang mana?" Chen Yelang seketika bodoh di tempat.
Sudut mulut Tianlong Heyu berkedut sedikit. "Cucu angkat kakekku."
"Ah? Maksudmu Chen Sisi? Raja, apakah kamu yakin?"
"Apakah kamu menanyai apa maksudku?" Tianlong Heyu meliriknya, tidak suka diinterogasi.
"Tidak, tidak, tentu saja tidak. Baiklah, aku akan segera mengirim surat padanya. Tapi, kamu bisa makan sesuatu yang lain dulu, jangan biarkan perutmu kosong."
Chen Yelang segera pergi untuk menulis surat untuk Chen Sisi.
meskipun rada berat tapi ceritanya bagus bgt gk ngebosenin