Koki Cantik Sang Raja
“Sekian untuk acara memasak kali ini. Kita akan bertemu di lain waktu yang berbeda dengan menu lainnya. Bersama saya Chen Sisi, sampai jumpa …” Chen Sisi melambai pada kamera yang merekam dirinya sedang memasak dari awal hingga akhir.
Lalu sutradara mengatakan ‘cut’ dengan nada puas. Semua kru yang bertugas bisa menghela napas lega.
“Oke, bagus. Nona Sisi kerja keras.” Sutradara memuji.
Chen Sisi tersenyum dan menggelengkan kepala. “Tidak masalah,” katanya seraya melepaskan celemek.
Wanita yang baru saja menginjak usia kepala tiga itu merupakan seorang koki yang cukup populer di Indonesia. Dia sendiri memiliki darah Cina-Indo di tubuhnya sehingga mengambil nama marga keluarga besarnya yaitu Chen.
Keluarga kakeknya telah tinggal lama di Indonesia sehingga keturunannya juga menetap di negara yang sama dan mendapatkan pendidikan formal warga negara.
Chen Sisi memilih menjadi koki karena kecintaannya terhadap masakan Indonesia dan hobi memasaknya sejak kecil. Ibunya sudah tahu bakatnya menonjol dan akhirnya membiarkan dirinya mengikuti kursus memasak sebagai sampingan. Tapi meskipun begitu, Chen Sisi merupakan lulusan universitas kedokteran barat dan pengobatan tradisional.
Saat menuruni stage, Chen Sisi merasa kepalanya pusing. Asisten membantunya untuk beristirahat dan memberinya segelas air untuk diminum.
“Kak Sisi, mau makan sesuatu?” tanya Asistennya.
Chen Sisi menggelengkan kepala. “Tidak, aku hanya ingin istirahat. Masih ada adegan yang harus direkam malam ini.”
Mengingat waktu sudah larut malam, Chen Sisi tidak mood buat makan. Dia melepaskan gelang giok putih susu warisan leluhurnya dan simpan agar tidak sengaja jatuh dan pecah. Asistennya mengambil buku novel bertema time travel yang cukup terkenal di internet sebelumnya dan merupakan seri dari novel terjemahan.
“Bukankah aku sudah bilang untuk tidak membawa buku novel seperti ini?”
Bukannya apa-apa, Chen Sisi tidak suka membaca novel sebelumnya. Baginya, membaca novel itu buang-buang waktu dan semua isinya hanyalah angan-angan penulis semata.
Asistennya juga tidak berdaya. “Kak Sisi, ini diberikan oleh ibumu sebelumnya. Dia bilang Kak Sisi harus meluangkan lebih banyak waktu untuk istirahat.”
Masalah tentang ibunya, Chen Sisi tidak berdaya. Ibunya suka membaca berbagai novel hingga ayahnya sangat memanjakannya. Tapi Chen Sisi tidak dan lebih suka mengoleksi buku masak dari berbagai sumber terpercaya. Dari masakan khas daerah hingga ala restoran.
Akhirnya dia mengambil buku novel itu dan mulai membacanya. Asistennya pergi untuk mengambil beberapa camilan. Baru membuka beberapa halaman saja, Chen Sisi semakin pusing dan semua huruf di dalamnya menjadi kabur. Dia ingin berteriak untuk memanggil orang lain di luar ruangan tapi terlambat.
Saat Chen Sisi jatuh dari sofa ketika mencoba bangkit, dia sudah tak sadarkan diri ….
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Chen Sisi merasa tubuhnya kedinginan dan menggigil. Di bawah ketidaknyamanan tubuh, dia membuka matanya dan melihat bahwa sekitarnya gelap. Angin musim dingin berembus hingga Chen Sisi yang masih linglung mencoba untuk bangun. Tapi tubuhnya terlalu lemas.
“Di mana ini?” gumamnya.
Bukankah dia baru saja membaca buku novel di ruang istirahat dan tiba-tiba pingsan? Lalu bagaimana bisa berada di tempat yang dingin? Bahkan ada salju di mana-mana. Untuk sementara waktu, Chen Sisi tertegun. Otaknya masih belum menerima informasi yang cocok dengan keadaannya saat ini.
Hingga rasa sakit di kepalanya seperti ditusuk sesuatu membuat Chen Sisi mengerang kesakitan. Dia ingin pingsan jika bisa tapi saat rasa sakit itu mereda, tubuhnya berada di tempat lain. Tidak ada salju di sekitarnya, tapi rumput hijau yang subur.
“Di mana lagi ini?”
Chen Sisi yakin jika dirinya tengah bermimpi. Semuanya tampak tidak nyata.
“Halo, Tuan.” Suara kekanak-kanakan terdengar. Seekor kucing putih Persia dewasa berjalan menghampiri Chen Sisi seolah-olah mengerti sesuatu. “Selamat datang di ruang giok putih. Pemilik akhirnya berhasil membuka ruang ajaib.”
Ada suara ******* lega pada kucing Persia itu.
Chen Sisi sedikit tidak mengerti. Dia berpikir masih bermimpi saat ini. Bagaimana mungkin seekor kucing bisa bicara?
Lalu kucing Persia itu memperkenalkan dirinya. “Tuan bisa memanggilku Baiyue. Aku adalah penjaga ruang giok putih … dan ini bukan mimpi.”
“Bukan mimpi?” Chen Sisi terkejut.
“Lihatlah tubuh Tuan saat ini.”
Chen Sisi tidak memperhatikan dirinya saat tiba-tiba bangun di tempat yang dingin sebelumnya. Belum lagi tubuhnya lemas saat itu. Sekarang dia akhirnya menyadari jika tubuhnya tampak seperti remaja berusia 14 atau 15 tahun. Tak lama kemudian, dia menerima ingatan asing yang membuat kepalanya sakit lagi.
Adegan kehidupan seseorang dari kecil hingga dewasa tergambar jelas saat ini. Membuat Chen Sisi sadar jika dirinya berada di zaman Tiongkok kuno yang tidak ada dalam sejarah sama sekali.
“Astaga! Apakah aku benar-benar berpindah dunia? Aku sudah mati sebelumnya?”
Chen Sisi baru menyadari jika reaksinya sedikit berlebihan saat ini. Tapi sungguh, dia sama sekali tidak menyangka akan mengalami perjalanan waktu seperti para tokoh dalam novel dan film. Sangat tidak realistis sama sekali.
...****************...
NB: Karena Chen Sisi adalah koki blasteran Cina Indo, maka kalian tidak akan merasa aneh jika di masa depan, Chen Sisi memasak makanan Indonesia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Riva84
baru mampir thoorrr 👣
2024-09-18
0
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Mampir
2024-05-21
1
Sandisalbiah
ijin baca thor.. prolog nya bikin penasaran..
2024-02-22
0