Gisva dan Pandu adalah pasangan kekasih yang saling mencintai. Seiring berjalannya waktu, hubungan keduanya semakin merenggang setelah kehadiran seseorang dari masa lalu.
Hingga saatnya Pandu menyadari siapa yang benar-benar dia cintai, tapi semua itu telah terlambat, Gisva telah menikah dengan pria lain.
**
“Gisva maaf, aku harus ke rumah sakit sekarang juga, Kalila kecelakaan.”
Pandu hendak berbalik badan, tapi tangannya ditahan Gisva. “Tunggu mas.”
“Apalagi Gis, aku harus ke rumah sakit sekarang juga, Kalila kritis.”
“Hiks.. Hiks… Mas kamu tega, kamu mempermalukan aku mas di depan banyak orang.” Gisva menatap sekeliling yang tengah pada penasaran.
“GISVA! sudah aku bilang aku buru-buru. Hari pertunangan kita bisa diulang dihari lain.” Pandu melepaskan tangannya sekaligus membuat Gisva terhuyung dan terjatuh.
“Mass…” Panggil Gisva dengan suara bergetar.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka berdua? baca di bab selanjutnya! 😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athariz271, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Batal meeting
Semenjak kedatangannya ke kantor, Naresh tak berhenti tersenyum. Para karyawan yang melihatnya pun ikut merasa senang, karena biasanya Naresh selalu memasang wajah serius dan dingin.
"Wah, Pak Naresh lagi seneng nih. Apa ada hal yang aku lewatkan?." bisik salah seorang karyawan kepada temannya.
"Gak tau juga, apa abis menang tender ya?" balas temannya.
“Tapi reaksi saat menang tender gak kaya gini deh, biasanya hanya syukuran kecil bagi-bagi makanan. Gak sampe bagi-bagi senyuman juga.”
“Eh, iya juga ya.”
“Apa mungkin istrinya sedang hamil?”
“Masa sih, perasaan belum ada sebulan mereka nikah. Kecuali…”
“Kecuali apaan?”
“Kecuali pak Naresh tanam saham duluan.”
“Hush! Ayo balik kerja.” bisik salah seorang karyawan, mengingatkan temannya.
Sementara itu di dalam ruangannya, Naresh sedang duduk di kursinya sambil tersenyum-senyum sendiri. Ia terus teringat dengan kejadian semalam,
Hingga tak lama pintu diketuk dan masuk Niko, sekretaris Naresh. Niko adalah seorang pria muda yang cerdas dan cekatan. Ia telah lama ikut bekerja dengan keluarga Naresh.
"Selamat pagi, Pak." sapa Niko, dengan sopan.
Naresh tersenyum, lalu mengangguk. “Ya, ada apa?”
“Baru saja ada laporan pembatalan meeting pak, klien membatalkan dengan alasan masalah keluarga.” ucap Niko sedikit takut,
“Oh.”
Niko mengernyitkan kening dengan respon Naresh yang tampak biasa saja. Biasanya, Naresh akan marah besar jika ada klien yang membatalkan meeting secara mendadak.
"Apa ada masalah, Pak?" tanya Niko terheran-heran.
Naresh tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya. "Nggak ada.”
Dan satu lagi yang mencuri perhatian Niko, bosnya itu tak berhenti tersenyum semenjak kedatangannya tadi.
“Apa bapak baik-baik saja?” Tanya Niko lagi memastikan.
“Sangat baik Nik, aku baik sekali hari ini.” Jawab Naresh masih mengulas senyum, sesekali memejamkan mata sambil geleng-geleng kepala.
Niko semakin penasaran apa yang terjadi kepada bosnya. “Apa bapak habis dari suatu tempat, pak?”
Naresh mengerutkan dahi. “Nggak, saya gak habis dari mana pun.”
“Aneh, terus pak Naresh ketempelan demit dimana, ya?” Batin Niko bergidik ngeri.
“Ya sudah Nik, kalau gak ada yang mau dibahas lagi, saya mau pulang.” ucap Naresh.
“Hah? Pulang pak? Jam segini?” Niko melirik jam tangan yang baru menunjukan pukul sembilan pagi.
“Iya, saya ada urusan yang tak kalah penting.” Jawab Naresh dengan senyum yang semakin lebar.
“Apa itu pak?” Niko semakin bingung dengan jawaban Naresh. Ia tidak tahu, apa yang lebih penting dari bekerja.
Naresh tersenyum, lalu menunjuk ke arah foto Gisva yang ada di atas meja. "Ini."
“Bu Gisva? Ada apa dengan bu Gisva pak?”
Naresh menatap tajam sekretarisnya, membuat nyali Niko ciut dan sadar dengan apa yang dia katakan barusan.
“Eh, bukan gitu pak. Maksud saya..”
“Ya. Istri saya baik.” Jawab Naresh cepat.
Naresh kemudian berdiri dari kursinya dan berjalan menuju pintu. "Saya pulang dulu, Nik. Tolong urus kantor." ucap Naresh, sambil tersenyum.
Niko mengangguk, "Baik, Pak hati-hati." ucap Niko ikut bangkit dan berjalan dibelakangnya.
Naresh kemudian keluar dari ruangan dan berjalan menuju lift. Ia tidak sabar ingin segera bertemu dengan Gisva dan menghabiskan waktu bersamanya.
**
“Hufft.” Gisva meraup wajahnya yang memerah.
Gisva perlahan turun dari ranjang. Rasa perih dan sakit bercampur jadi satu di pusat intinya. Ia berjalan dengan hati-hati menuju kamar mandi, setiap langkah terasa seperti tubuhnya akan terbelah. Dengan susah payah Gisva menggulung tubuhnya dengan selimut, lalu menyeret langkahnya masuk kedalam kamar mandi.
Gisva mengisi bathtub dengan air hangat, rencananya dia akan berendam lebih dulu, mungkin dapat merilekskan tubuh nya yang terasa remuk itu.
"Awws perih…" rintih Gisva, begitu tubuhnya terendam. Ia memejamkan mata, mencoba menikmati sensasi hangat yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Tenang, Gisva. Ini akan segera membaik.” gumamnya.
Dirasa cukup, Gisva bangkit hendak memakai sabun dan membersihkannya dibawah shower. Tubuh polos dengan tanda merah dimana-mana adalah pemandangan yang sangat indah bagi Naresh pagi ini. Tiba-tiba...
Grepp…
Bersambung..
Happy reading, jangan lupa bintang 5 nya. 🥰🥰🥰