Di malam pertama pernikahannya, Siti mendengar hal yang sangat membuatnya sangat terluka. Bagaimana tidak, jika pernikahan yang baru saja berlangsung merupakan karena taruhan suaminya dan sahabat-sahabatnya.
Hanya gara-gara hal sepele, orang satu kantor belum ada yang pernah melihat wajah Siti. Maka mereka pun mau melihat wajah sebenarnya Siti dibalik cadar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Kesehatan Teo yang semakin memburuk sampai juga ke telinga Asih ketika Siti menerima telepon dari Leo. Pria itu meminta Siti segera ke rumah sakit lagi. Tapi kali ini Leo dan Jun tidak bisa menjemput, tapi digantikan supir perusahan.
Asih ikut bersama Siti, duduk gelisah dengan tangan yang saling bertaut. Sepanjang perjalanan Asih pun terlihat sangat khawatir dengan kesehatan Teo. Pergi dari pria itu tidak membuatnya melupakannya.
Tiba di rumah sakit Siti langsung memasuki ruangan Teo. Tapi tidak dengan Asih, wanita itu memilih menunggu di luar dengan alasan tiba-tiba saja merasa mual mencium bau rumah sakit.
Tapi saat Siti menawarkan diri untuk menemaninya ke Dokter, Asih menolak dan meminta Siti untuk segera menemui Teo dan yang lain.
"A-aku se-nang ka-mu di si-ni," meski terbata tapi dia menyampaikan kebahagiaannya. Bisa melihat perut Siti, itu yang ingin selalu dilihatnya. Anaknya ada di dalam rahim wanita bercadar itu.
"Kamu pasti sembuh," kedua ekor mata Teo basah. Pria itu untuk pertama kalinya menangis.
Seorang Dokter dan perawat datang tiga jam sekali untuk memastikan keadaan Teo. Mereka bertiga keluar dulu guna memberikan keleluasaan pada Dokter dan perawat untuk melakukan pekerjaannya.
"Kamu di sini?," tanya Jun pada Asih. "Sedang hamil juga" lanjut Leo sambil menunjuk perut Asih.
Asih hanya tersenyum sambil mengangguk, untung saja dia sudah menghapus air matanya saat mereka melihatnya.
Kemudian mereka berempat duduk di kursi tunggu. yang ada di sana.
"Bagaimana Teo bisa sakit separah ini?," tanya Siti pada Jun dan Teo. Karena dia pun belum pernah mendapat cerita detail kenapa bisa pria sesehat Teo masuk rumah sakit. Dikiranya hanya penyakit biasa.
Tak ada yang mengira kalau Teo akan mengalami sakit yang parah begini. Setahu Leo dan Jun semenjak mereka bersahabat, Teo tidak memiliki penyakit yang membahayakan nyawa. Tapi entahlah kalau sekarang, mungkin karena banyak faktor.
"Awal mulanya aku dan Jun kira karena dipukuli Gio sampai pingsan. Apa mungkin ada organ vital yang terluka parah akibat pemukulan itu. Tapi kata Dokter, memang ada yang disebabkan oleh kerasnya pukulan. Akan tetapi ada obat-obatan yang diminum Teo secara berlebihan. Bisa obat tidur, obat perangsang atau obat-obatan lainnya. Itu pemicu paling besar yang membuat kesehatannya semakin memburuk setiap harinya." Jelas Leo panjang lebar.
"Teo masih mengharapkan kedatangan Gio yang sampai saat ini belum ada kabar. Ke kamu ada kabar enggak?," sambil menatap Siti.
Siti menggeleng karena sampai saat ini komunikasi mereka sangat buruk.
Asih menangis cukup kencang sambil menutup wajahnya. Pasang mata mereka seketika tertuju pada Asih. Namun tidak ada yang berani bertanya. Mungkin saja Asih sedih karena hal yang lain, bukan karena Teo.
Asih sudah berada di ruangan Teo, duduk di sebelah pria itu setelah Dokter keluar. Dia meminta waktu pada Jun dan Leo untuk bicara berdua saja.
Mata Teo terbuka dan langsung tertuju pada Asih yang menangis terisak di hadapannya. Dia bangun karena suara tangis, dia mengira Siti yang menangisinya.
"Ka-mu meng-hilang ke mana?," suara gagapnya hilang timbul. Hanya gerakkan bibirnya saja yang terlihat Asih, makanya dia mengerti apa yang dikatakan Teo.
"Ada, aku hanya bersembunyi darimu." Sambil menghapus air matanya.
"Ke-na-pa?."
"Karena aku tak pernah terlihat olehmu, di matamu hanya ada wanita-wanita cantik dan seksi itu. Yang terakhir Siti. Hanya Siti saja yang kamu lihat."
Terlihat Teo tersenyum di tengah rasa sakitnya.
Asih menyeka sudut matanya. "Aku mau minta maaf."
Teo mengangguk pelan tapi tanpa bicara.
"Aku tidak mau menyesal seumur hidup," Asih kembali menangis. Kali ini suara tangisnya cukup kencang. Sangat sesak dadanya dengan penyesalan.
"A-pa?."
"Aku yang menyebabkanmu sakit parah dan terbaring tak berdaya di sini." Kemudian Asih memegangi tangan Teo.
Teo masih bisa tersenyum walau harus meringis juga. Sakitnya sungguh luar biasa.
"Malam itu, aku memberimu obat perangsang supaya kamu tidak terlalu fokus pada wanita yang ada di dalam kamar hotel." Kening Teo mengerut, sambil mengingat malamnya bersama Siti.
"Hanya bermodalkan dari cahaya malam kota yang terlihat dari kaca jendela yang memang sengaja dibuka lebar. Kamu masih samar bisa melihatnya tapi karena kamu sudah berpikir Siti jadi mengira wanita itu adalah Siti." Semakin mengerut kening Teo, dia mengingat kembali setiap detail rangkaian peristiwa malam itu.
"Setelah puas kamu berulang kali menikmati wanita yang ada di atas tempat tidur kemudian kamu meneguk minuman yang ada di atas meja. Minuman yang sudah aku campur dengan obat tidur supaya cepat terlelap dan aku bisa menyelesaikan pekerjaan terakhirku." Mata Teo mulai basah, dia bisa membedakan wanita baik yang menjaga kesuciannya dengan yang tidak.
Malam itu memang dia yang pertama untuk wanita itu. Rasanya sangat sempit, dia juga sebenarnya sangat kewalahan tapi karena dalam pengaruh obat makanya dia mendobrak paksa dinding selaput dara.
"A-pa ka-mu wa-ni-ta yang a-ku ti-dur-i?" di sini mata Teo semakin basah. Dan Asih menangis tersedu sambil membawa tangan Teo untuk diciumnya.
Untuk sesaat tidak ada yang bicara, hanya suara tangis yang keluar dari mulut keduanya.
"Maaf, aku tidak bisa menyerahkan Siti. Jadi aku yang ada di atas tempat tidur bersamamu." Sejenak Teo memejamkan mata lalu membukanya lagi menatap Asih lalu pada perutnya yang terlihat menonjol.
"Saat kamu tidak sadarkan diri, di situlah aku menaruh Siti di sampingmu. Seolah Siti yang sudah tidur bersamamu sesuai keinginanmu. Lalu aku mengambil gambarmu dan Siti menggunakan nomormu yang satunya lagi baru aku kirimkan pada Gio supaya dia bisa datang menyelamatkan Siti sebelum benar-benar kamu sentuh."
Sekarang perasaan Asih sudah lebih merasa lega, bebannya mulai berkurang karena sudah jujur pada Teo. Masalah pria itu mau membencinya tidak masalah, tidak memaafkannya pun dia terima.
"Men-de-kat," Asih menurutinya. Berdiri di dekat Teo.
"I-ni a-nakku?," tangannya terangkat menyentuh perut Asih.
Asih hanya mengangguk sambil kembali terisak. Tidak pernah bermimpi Teo akan mengidap lembut perutnya. Hal yang sangat ingin dirasakannya sekarang terwujud.
"Ka-mu te-lah ba-nyak ber-kor-ban." Sama, hal yang sangat diinginkannya adalah mengelus anaknya sendiri. Terpenuhi sudah harapan dari keinginannya.
"Ma-af, a-ku su-dah me-nyu-sah kan mu."
Asih menggeleng, matanya masih sangat basah tapi ini karena kebahagiaan. Yang dia tahu Teo tidak akan pernah mengucapkan maaf pada siapa pun tadi dia meminta maaf padanya.
Di luar ruangan, mereka bertiga mendengar semua pengakuan Asih. Leo dan Jun langsung meminta Siti untuk segera mengatakan semuanya pada Gio apa yang diakui Asih.
Siti hamil anak Gio
saat kejadian malam kelam yg lalu,AQ yakin bahwa yg tidur dgn Teo bukanlah Siti melainkan Asih
tetap semangat berkarya kak 💪💪🙏🙏
semoga asih n teo dpt karma yg lebih kejam dari perbuatan nya pada siti