Nadin sangat mencintai Andrian. Seorang Dokter tampan yang memiliki sejuta pesona. Namun, ia juga tahu. Bahwa Andrian adalah seorang duda beranak satu.
— Adult 18+
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon auzuzah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 27
Nadin menghembuskan nafasnya pasrah. Mungkin dirinya memang di takdirkan untuk melihat kebahagiaan orang lain, tanpa harus merasakannya juga.
Nadin menarik ponselnya untuk keluar dari tas selempang. Namun naas, baterai Nadin lowbat. Frustasi dengan kesengsaraan yang selalu saja menimpa nya, Nadin mengusap wajah nya naik turun dengan kasar. Hingga meninggalkan suara, yang membuat satu meja menatapnya.
“Mama Nadin kenapa? ” tanya Azka polos dengan tangan yang menunjuk wajahnya.
“Mama? dia mama kamu? ”- Azka mengangguk semangat. Sedangkan Nadin, meringis ngilu melihat wajah Andrian yang mengeras.
“Benar begitu tuan? ” tanya wanita itu memastikan. Andrian tampak terdiam beberapa lama, namun pada akhirnya ia mengangguk.
Nadin tersenyum kecil, rasa percaya dirinya kembali lagi walau hanya sesaat. Karena saat setelah ia melihat pergerakan Andrian yang membisikkan sesuatu di telinga perempuan di hadapan nya. Ia menjadi sedikit curiga, akan apa yang Andrian katakan.
Terlalu lama terdiam, hingga tanpa sadar. sudah ada pelayan yang mengantarkan makanan mereka. Banyak sekali yang di hidangkan, sangat-sangat memanjakan mata Nadin. Namun, lagi-lagi nafsu makan nya hilang. Melihat Andrian yang menyuapi wanita di hadapannya, mereka terlihat sangat akur, hingga tatapan Nadin mencelos tak suka.
“Azka, makan makanan nya dong. ” bujuk Nadin berinisiatif menyuapi Azka makan. Azka menggeleng masih tetap fokus pada gadget di kedua tangan mungilnya. “Azka engga mau makan? ” tanya Nadin lembut masih dengan menyodorkan suapan pada mulut Azka.
Nadin menghela nafas sabar, ia letakkan sendok dan garpu di piringnya. Lalu, Nadin dongakan wajahnya menatap kedua insan yang sedang sibuk bersenda gurau. Tanpa berniat meminta izin, Nadin bangkit dari kursinya. Untuk melenggang pergi ke dalam toilet. Dan benar saja, mereka sama sekali tak sadar dengan pergerakan yang Nadin ambil.
“Untung aja enggak izin! lagian kalo izin juga engga bakalan di dengerin. ” gerutu Nadin kesal sambil masuk kedalam bilik toilet. Seketika, bayangan dirinya dan Andrian yang pernah se bilik juga waktu itu. Menjadi berputar dalam otak Nadin.
Apalagi, saat Andrian menciumnya. “Ihhh Nadin gaboleh mikir jorok. ” Nadin langsung menggelengkan wajahnya keras. Setelah selesai dengan kegiatannya yang hanya berdiam diri dibalik bilik toilet. Segera Nadin keluar, untuk berkaca merapihkan dirinya.
Namun, jika tadi di dalam toilet hanya ada dirinya. Sekarang ada perempuan yang ia tak kenali namanya, namun bisa duduk ber hadapan dengannya tadi. Nadin langkah kan kakinya untuk berkaca. Ia tersenyum, saat perempuan itu tersenyum duluan padanya.
“Hai? Nadin kan? ” sapa perempuan itu secara anggun. Nadin menggigit bibir bawahnya sambil mengangguk.
“Kenalin, aku Asyilli.. ” lanjut wanita itu memperkenalkan dirinya. Awalnya Nadin sempat bingung, namun pada akhirnya, ia membalas jabatan Asyilli dengan ramah.
“Kenalin juga, Nadin ” Asyilli tersenyum senang, namun seperkian detik kemudian, suasana kembali menjadi sunyi.
Masing-masing sibuk dengan kegiatannya. hingga akhirnya, Asyilli kembali membuka obrolan, yang membuat nadin menyatukan alisnya bingung.
“Udah berapa lama kerja sama tuan Andrian? ” tanya Asyilli sambil memoleskan bedak di wajahnya.
“Kerja? ” Nadin mengulang pertanyaan Asyilli dengan kening mengkerut. Asyilli mengangguk meng iyakan,
“Iya. ” jawab Asyilli sambil tersenyum.Lalu ia kembali melanjutkan ucapannya lagi.
“Kata tuan Andrian kamu babysitternya Azka kan? ”
Lipstik merah, mencoreng lewat dari batas sudut bibir Nadin. Nafasnya seolah tercekat mendengar pertanyaan Asyilli yang sangat lembut. Nadin pejamkan kedua matanya kuat-kuat. Tangannya yang melayang menggenggam sebuah lipstik, kini sudah mencengkram erat kedua sisi wastafel.
“Bener kan Nadin? Apakah pertanyaan aku salah? Soalnya tadi, tuan Andrian bilang.. Azka manggil kamu mama, karena kamu babysitter nya dia. Udah kenal lama intinya. ” tekan Asyilli tak sadar dengan perubahan raut wajah Nadin.
Nadin masih belum menjawab ataupun berujar. Kedua belah bibirnya mengatup sangat rapat, matanya menatap pantulan kaca yang memeperlihatkan dirinya. Ia usap dalam coretan lipstik yang mengenai pipi nya dengan jempol.
“Nadin! kamu tuh emang cocok jadi babysitter. Enggak usah marah. ”
Batinnya seolah mengatakan hal itu, saat Nadin menatap intens dirinya dalam keterdiaman. Mengingat ada orang lain di sampingnya, Nadin langsung tersenyum lebar dengan sebuah cengiran.
“Bener hehehe, udah lama kenalnya. Makanya Azka panggil aku mama. ”
Jawab Nadin memaksakan senyumannya, Sungguh pikirannya sangat suntuk sekarang. Ingin Nadin lempar saja tubuhnya ini ke kasur. Melupakan segala kejadian yang terjadi hari ini.
Asyilli pun akhirnya keluar, diikuti Nadin dibelakang nya. Mereka kembali duduk lagi berhadap-hadap'an di meja yang sama. Nadin membuang pandangannya saat Andrian melemparkan tatapan introgerasi pada dirinya. Dengan keras, Nadin berucap sambil mengusap punggung azka yang sudah kembali duduk di kursi samping nya.
“Sayang makan dong..”
Seru Nadin sengaja meninggikan volumenya. Azka menoleh heran, namun ia tetap menuruti perintah Nadin. Segera Azka makan makanan nya dengan lahap.
“Aduh tuan gimana sih, masa Azka belum makan daritadi. Kalau Azka nolak bujuk dong. ” ujar Nadin dengan senyum lebar. Andrian mendesis tak suka, ia coba acuhkan Nadin yang terus berucap lembut, namun terkesan nyaring.
Hingga Nadin terus berceloteh yang mengundang tawa Asyilli dan Azka. Mereka nampak sangat menikmati obrolan, hingga melupakan Andrian yang menatap lurus, enggan bergabung dengan percakapan mereka.
Tangan Andrian terus mengetuk-ngetuk jam rolexnya. Hingga tanpa sadar, ia lepaskan di atas meja.