Terpaksa Menikahi Narapidana

"Tak perlu kaget seperti itu. Leo, seperti nya Airin memang harus tahu apa ya g terjadi dengan keluarga kita. Ia juga sudah menjadi target saat ini."

"Baiklah, Bu. Aku akan ceritakan pada nya. Kebetulan juga, Airin mengatakan jika ia mendengar pembicaraan keluarga ha-ram itu. Pasti karena itu, Airin menjadi incaran mereka."

Airin hanya mendengarkan pembicaraan suami dan Ibu mertua nya. Ia benar-benar tidak mengerti dengan masalah orang kaya ini.

Biasa nya masalah hidup nya hanya sebatas barang-barang nya yang sering di ambil Meta. Dan makanan yang ia sukai tak pernah ia dapatkan.

Tapi kali ini, ia menjadi kaya raya dalam sekejap dan menjadi target pembunuh. Hidup Airin memang benar-benar berubah dalam waktu sebentar saja.

"Airin."

Nyonya Lina memanggil Airin. Tapi pikiran Airin, entah berada di mana saat ini. Ia terus termenung dan tidak mendengar panggilan Ibu mertua nya itu.

"Airin. Ibu memanggil mu. Apa yang saat ini kamu pikirkan?"

Leo mencoba menyentuh pundak sang istri dan mengguncang nya sedikit. Airin pun akhirnya sadar dan menatap Leo.

"Eh, iya. Ada apa?"

"Airin. Maafkan Ibu. Karena Ibu nyawa mu terancam."

"Nggak apa, Bu. Airin nggak apa. Hanya saja, Airin takut jadi janda. Nanti pasti orang-orang akan mengira jika Airin adalah pembawa sial."

"Jadi, kamu takut jadi janda bukan karena takut kehilangan suami mu ini?"

"Bukan begitu maksud ku. Lagian, kamu ini suka sekali bercanda. Apa kamu nggak tahu, aku begitu takut. Aku belum mau mati muda. Aku masih pe-ra-wan."

"Ehem.. Ehem.. Lanjutkan pembicaraan kalian. Ibu tunggu di luar."

Nyonya Lina keluar sambil tersenyum. Saat Airin mengatakan hal itu, entah mengapa ia langsung ingin tertawa. Gadis itu memang sungguh lucu.

Setelah Ibu nya Leo keluar, Leo mendo-rong pelan tubuh Airin ke dinding yang ada di kamar mandi.

Leo menarik sang istri ke dalam kamar mandi supaya bisa berbicara dengan jelas di dalam sana.

"Lupakan dulu masalah itu. Jika kamu ingin kita melakukan hubungan suami istri, aku siap kapan saja. Tapi sebelum itu, aku mau kamu melakukan nya dengan suka rela."

Leo mengatakan hal itu sambil menatap wajah Airin. Yang di tatap malah tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh suami nya itu.

"Apa maksud mu?"

"Bukan kah kau membahas masalah kepe-rawanan?"

"Ya terus? Memang nya kenapa? Apa ada yang aneh?"

"Airin! Jangan mempermainkan aku."

"Aku tidak mempermainkan mu. Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan. Jadi, kenapa adik mu bisa jadi seperti itu?"

Leo melepas kedua tangan yang menceng-keram bahu Airin. Ia pun menghembuskan nafas nya dengan berat.

"Adik ku menjadi korban sekaligus tersangka. Dan yang seharusnya masuk penjara adalah dia. Namun, aku tak ingin nama nya han-cur, lalu aku pun menggantikan nya menjalani hidup ku di penjara."

"Kamu serius? Memang nya apa yang terjadi saat itu? Adik mu bahkan sedang koma. Di penjara pun tak kan bisa."

"Ia memang sedang koma dan tak bisa di penjara. Akan tetapi, jika orang-orang tahu ia adalah seorang pembu-nuh dan pemer-kosa, maka nama baik nya akan han-cur. Karena, ia adalah seorang polisi."

"Waduh! Kok serumit ini. Jadi, apa benar ia yang melakukan hal itu?"

"Aku sedang mencari tahu penyebab nya. Namun, satu hal yang pasti. Gadis yang menjadi korban nya adalah tunangan nya sendiri."

"Apa?"

Airin kini semakin bingung. Ternyata masalah yang di alami oleh Leo, begitu rumit. Ia rela menggantikan adik nya demi menjaga kehormatan nya sebagai polisi.

"Aku yakin, keliatan pengkhianat itu yang melakukan nya. Aku mendengar Arman membicarakan hal ini sebelum kita pulang."

"Apa Arman mengatakan jika ia dalang nya?"

"Tidak sih. Arman hanya mengatakan, harus nya kamu ma-ti saat itu."

Leo terdiam. Masalah yang ia hadapi saat ini begitu rumit. Ia sampai mengundurkan diri nya dari pasukan khusus, dan masuk penjara menggantikan adik nya.

Selama ini, ia bisa keluar masuk penjara asa yang menolong nya.

"Sudah lah, Airin. Tak perlu di pikirkan lagi. Seperti nya aku harus menyuruh beberapa teman-teman ku untuk berjaga di sini."

"Ya. Terserah kamu saja."

Mereka berdua keluar dari dalam kamar mandi setelah berbicara hal yang begitu rumit itu. Di luar kamar, Ibu nya sedang menunggu proses itu. Namun seperti nya, apa yang di tunggu tidak sesuai dengan keinginan Nyonya Lina.

"Bu. Ayo kita pulang. Aris biar mereka yang jaga. Leo sudah meminta tolong pada teman-teman untuk menjaga kamar Aris. Bukan itu saja. Leo juga menempatkan banyak kamera di kamar itu."

"Baiklah. Kita pulang sekarang. Pasti Airin begitu lelah."

"Iya, Bu. Airin memang lelah sekali. Lelah hati dan jiwa."

Nyonya Lina hanya tersenyum. Pikiran nya entah kemana. Padahal jelas sekali maksud pembicaraan Airin tidak sejauh itu. Entah mengapa, orang-orang yang mendengar nya bicara, selalu salah sangka.

Dan akhirnya, mereka pun pulang setelah teman-teman nya Leo datang dan menyamar. Mereka tak seperti bodoh pada umum nya.

Ada yang menyamar menjadi seorang penjual minuman. Ada yang menjadi tukang bersih-bersih dan ada juga yang menjadi keluarga pasien.

Hal seperti itu dilakukan supaya tidak ada yang curiga jika mereka sedang menjaga kamar nya Aris, adik nya Leo.

Leo juga sering melakukan penyamaran. Ia sengaja masuk ke pasukan khusus untuk melatih diri nya agar lebih kuat. Begitu pula dengan Aris.

Saat itu, adik nya baru saja lulus. Leo begitu senang. Namun, kejadian yang tiba-tiba itu membuat Leo tak bisa menyelamatkan adik nya tepat waktu.

Bukan itu saja. Semua bukti tak bisa ditemukan. Pihak kepolisian juga seperti menutup mata atas kasus tersebut. Apalagi yang menjadi korban adalah gadis yatim piatu yang di besarkan di panti asuhan.

Leo selama ini, sudah berusaha mencari titik terang. Kejadian itu terjadi di bangunan terbengkalai dan tak ada satu pun kamera cctv di sana.

Satu-satunya cara adalah, jika Leo menemukan saksi mata yang memang melihat langsung kejadian itu.

Akan tetapi, dimana dan kemana ia harus mencari bukti-bukti itu?