Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh
seorang Evanindhia Sashikirana..bahwa pengkhianatan yang di lakukan oleh kekasih nya bersama adiknya sendiri telah memaksa dirinya
untuk menjauh dari hingar bingar kehidupan
glamor kota metropolitan.
Dia memutuskan untuk mengisolasi dirinya ke
sebuah kota kecil yang ternyata keadaan di dalam
nya sangat lah di luar dugaan. Kehidupan liar dan
ekstrim harus dia lalui di sana yang bahkan tidak
pernah terlintas sedikitpun kalau dia akan masuk
dan mengalaminya sendiri.
Dia adalah seorang gadis kota dengan segala
pesona luar biasa yang di milikinya hingga di
setiap kemunculannya akan langsung menyihir
dan membius mata semua orang yang selama
hidupnya belum pernah melihat mahluk cantik
seperti dirinya.
Bagaimanakah Kiran akan dapat menjalani
kehidupan liar nya di kota kecil yang tidak di
kenal nya sama sekali.? Akankah dia menyesali
semua keputusan nya yang telah membawa
dirinya ke dalam kesulitan.??
** Ambilah hikmah yang terkandung di balik
setiap peristiwa **
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Terkejut
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Semua anggota keluarga Zein Mahesa saat ini
sudah berkumpul di ruang makan untuk makan malam. Kebetulan malam ini Samuel tidak ada
tugas. Dia ingin menghabiskan waktu bersama dengan Kiran untuk membalas rasa kangen
terhadap adik nya itu yang selama dua minggu
ini terpendam.
Waktu keberangkatan Kiran ke desa Samuel
tidak sempat bertemu dulu, saat itu kebetulan
dia sedang banyak sekali pasien yang harus di
tangani untuk menjalankan operasi.Samuel pun sempat menyalahkan Tuan Zein karena telah
mengijinkan adik kesayangan nya itu pergi ke
daerah terpencil yang cukup rawan.
Kiran duduk di samping Sam yang dari tadi terus
saja memanjakan dan menatap adiknya itu penuh kerinduan membuat Aryella mulai terbakar rasa cemburu. Dari kecil Samuel memang tampak lebih perhatian terhadap Kiran di banding pada Aryella.
Gadis itu hanya bisa menatap keduanya penuh
dengan kekesalan.
"Makanlah yang banyak..kau terlihat lebih kurus sekarang.!"
Samuel mengambilkan makanan kemudian di
taruh di piring Kiran yang menatap kakak tiri
nya itu dengan tersenyum lembut.
"Kak Sam..ini semua tidak akan muat di perutku.
Kau tahu bukan bagaimana cara makanku."
"Aku tahu, tapi saat ini kau membutuhkan asupan
gizi lebih untuk memulihkan kondisi tubuh mu."
"Kakak..di sana aku makan banyak setiap hari."
"Aku yakin kau makan seadanya di sana !"
Kiran hanya bisa menggeleng resah. Ingatan nya
kini kembali melayang pada sosok Agra. Hatinya
tiba-tiba saja terasa sakit, Kiran menghentikan makannya seraya memejamkan mata.
"Ada apa Kiran sayang.? apa makanannya tidak
enak.?"
Nyonya Amelia menatap Kiran dengan sorot mata penuh tanda tanya. Kiran melihat sekilas wajah
ibunya itu sambil menggeleng pelan, namun raut
wajahnya terlihat jelas kini kehilangan selera.
"Tidak Bu..Kiran hanya mengingat kenangan saat
di desa saja, Kiran ingat Mbak Rasmi."
Kiran berkilah sambil kembali menunduk gelisah.
Tuan Zein menatap Kiran penuh selidik, namun
dia berusaha untuk tidak terlalu peduli.
"Apa kamu mau kakak suapi ?"
Tawar Sam sambil menatap tenang wajah Kiran
yang langsung menggeleng kuat.
"Tidak usah Kak, Kiran bukan anak kecil lagi.!"
"Waktu kecil kamu sangat suka kalau kakak
menyuapimu.!"
Goda Sam membuat wajah Kiran bersemu merah
dan tersenyum malu.
"Itu kan dulu kak, sekarang Kiran sudah dewasa."
"Kau masih terlihat sama di mataku.! masih adik
kecilku yang manja.!"
"Kak Sam sudah..!"
Pipi Kiran semakin memerah, mereka berdua
saling menatap, Sam mengelus lembut rambut
Kiran yang tergerai indah.
"Cihh.! apa kalian sadar ini dimana.? pantaskah
di meja makan kalian mesra-mesraan seperti ini?"
Aryella tampak tidak tahan lagi melihat kedekatan
kedua kakaknya itu. Sam berpaling pada Aryella
kemudian menatap adik bungsunya itu sedikit
merasa bersalah namun ada juga rasa kesal.
"Kau tidak perlu iri padanya, dia baru saja kembali
dari tempat yang sangat jauh.!"
Desis Sam sambil kembali melanjutkan makan
nya. Aryella hanya bisa mendengus kesal.
"Alasan saja ! memangnya aku tidak tahu apa.."
"Sudah.! lanjutkan makan malam kalian.!"
Tuan Zein mengeluarkan suara nya membuat
semua anggota keluarga terdiam melanjutkan
makan malam mereka berusaha untuk tenang.
"Ayah sengaja mengumpulkan kalian semua di
sini untuk memberitahu satu hal."
Tuan Zein tampak berbicara serius setelah acara makan malam berakhir. Kiran mulai merasa tidak
nyaman, dia sudah bisa menebak apa yang akan
di sampaikan oleh ayah nya itu. Samuel terlihat
menatap Ayah sambung nya itu penuh rasa ingin
tahu, Aryella juga tidak kalah penasaran nya.
"Apa ada sesuatu yang penting ?"
Samuel tampak tidak sabar. Tuan Zein membagi
perhatian nya pada seluruh anggota keluarga.
"Sekarang ini usaha Ayah sedang dalam masalah
besar. 60 % saham perusahaan sudah di kuasai
oleh perusahaan Global Company milik keluarga
Wiranata.."
"Apa ? maksud ayah perusahaan milik keluarga
Nathan ?"
Aryella tampak terkejut dan mencoba meyakinkan
diri, dia menatap antusias wajah ayahnya. Samuel
juga tidak kalah terkejut nya. Hanya Kiran serta
nyonya Amelia yang terlihat terdiam, menunduk.
Ibu sambung Kiran tersebut sudah tahu apa yang terjadi pada Kiran, karena tadi siang setibanya di
rumah Kiran langsung mengatakan segalanya.
"Benar.. keluarganya Tuan Nathan..dan satu-satu
nya cara untuk menyelamatkan perusahaan agar
tidak di ambil alih oleh pihak global company
mereka mengajukan satu syarat pada Ayah.."
Tuan Zein menjeda ucapannya, wajahnya terlihat
berat, dia melihat kearah Kiran yang menunduk
dalam sambil meremas jemarinya.
"Apa yang mereka inginkan Yah ? "
Samuel menatap penasaran sekaligus muncul
kecemasan dalam hatinya.
"Tuan Nathan meminta adikmu Kiran untuk di
jadikan sebagai istrinya."
"Apa.??"
Sam dan Aryella berseru bersamaan. Wajah
mereka tampak terkejut bukan main.
"Itu tidak boleh terjadi.!"
Pekik Aryella tidak terima, wajahnya langsung
berubah memerah, tatapan nya kini mengarah
kepada Kiran yang menunduk
"Tapi itulah yang di inginkan Tuan Nathan..!"
Sergah Tuan Zein yang mulai terlihat keras. Dia
menatap tajam wajah putri bungsunya itu.
"Tidak bisa.! bukankah kak Kiran sudah tidak
punya hubungan apa-apa lagi dengan Nathan.?
lalu kenapa sekarang dia tiba-tiba meminta nya
untuk menjadi istrinya ? aku tidak terima.!"
Seru Aryella sambil berdiri menggebrak meja.
Semua orang tampak menatap terkejut melihat
sikap impulsif gadis cantik itu yang terlihat nyata
rasa tidak terimanya.
"Ada apa dengan mu Dhita.?"
Samuel menatap tidak suka kearah Aryella yang
biasa di panggil Dhita itu. Dia juga sebenarnya
sama tidak setuju nya dengan Aryella, namun
berusaha untuk bersikap tenang.
"Kenapa dia tidak memintaku saja untuk menjadi
istrinya, Aku yang lebih berhak untuk menjadi
pendamping Nathan, aku lebih sepadan dengan
nya, bukannya kak Kiran yang sudah jelas-jelas
pernah mencampakkan nya.!"
Semua orang terdiam mendengar penuturan
Aryella dengan segudang pertanyaan melihat
sikap ngotot gadis itu.
"Yang dia inginkan adalah Kiran..tapi kenapa
kamu sepertinya sangat keberatan.?"
Sam menatap Aryella penuh selidik, gadis itu
terlihat semakin memerah wajahnya dengan
tatapan tajam mengarah pada Kiran.
"Aku..aku hanya merasa kalau Nathan lebih
cocok berdampingan dengan ku..!"
"Aku sudah menolaknya.! kau jangan khawatir.
Lagipula aku tidak akan bisa menikah dengan
laki-laki lain selama statusku masih istri sah
dari suamiku.!"
Tegas Kiran mencoba untuk menguatnya dirinya.
Samuel dan Aryella tampak bengong dengan
keterkejutan luar biasa dan sorot mata tidak
percaya mendengar ucapan Kiran, suami.?
"Ayah memutuskan kita akan melakukan gugatan pembatalan pernikahanmu secepatnya.!"
Kiran tampak melebarkan matanya sambil menggeleng kuat.
"Kiran tidak akan melakukan nya Ayah, Kiran
tidak bisa menerima lamaran Nathan.!"
"Kiran..! hanya kau yang bisa menyelamatkan
kondisi perusahaan kita saat ini.!"
"Kita bisa membangun kembali perusahaan
Yah, hasil panen kemarin setidaknya bisa
menutup sebagian hutang perusahaan.!"
Tuan Zein tampak terhenyak, wajahnya kini
memucat, dia terlihat memegang dadanya.
"Itu tidak mungkin Nak.! Pokoknya kamu harus menuruti perintah Ayah.Tidak ada bantahan lagi.!"
Tegas Tuan Zein dengan wajah mengeras. Kiran
berdiri, menatap tajam wajah sang Ayah dengan
sorot mata penuh penolakan.
"Maaf Ayah..tapi Kiran tidak bisa.!"
Tolak Kiran sambil kemudian melangkah pergi.
"Kiran..ayah belum selesai bicara..kau..!"
Seru Tuan Zein, Kiran tidak menggubris nya dia
tetap melangkah keluar ruangan, namun tidak
lama kemudian dia menghentikan langkahnya
saat terdengar teriakan nyonya Amelia. Kiran membalikan badannya, matanya membulat
saat melihat Tuan Zein saat ini terkulai lemas
dalam rangkulan Sam yang terlihat sedikit panik.
"Panggilkan ambulance..!"
Teriak Sam pada pelayan yang ada di ruangan itu.
******* *******
Satu hari berlalu setelah insiden pingsan nya
Tuan Zein saat makan malam. Saat ini dia harus mendapatkan perawatan super intensif di ruang
ICU rumah sakit tempat Sam bekerja akibat
penyakit jantung yang sudah lama di deritanya
tiba-tiba kambuh kembali.
Kiran merasa sangat bersalah atas apa yang
terjadi. Dia tidak pernah beranjak dari rumah
sakit, bersikeras untuk menemani ayahnya itu.
Setelah mendapatkan perawatan sehari semalam, akhirnya Tuan Zein siuman dan bisa di pindahkan
ke ruang perawatan kelas VVIP dengan
pengawasan yang sangat ketat.
Walaupun masih sangat lemah tapi Tuan Zein
sudah bisa berkomunikasi.
"Pergilah ke kantor.. untuk sementara waktu kau
harus menggantikan ayah di sana.."
Pinta Tuan Zein pada Kiran yang sedang berdiri
di sampingnya dengan tiada henti menggenggam
erat tangan pucat ayahnya itu. Kiran menatap
wajah sang ayah yang terlihat penuh permohonan. Kemudian berpaling menatap Nyonya Amelia
juga Sam yang mengangguk setuju.
"Ayah benar..tidak ada lagi yang bisa di andalkan
selain kamu. Hanya kau yang berada di jalur ini."
Ujar Sam seraya merangkul bahu Kiran yang hanya
bisa menarik napas panjang.
"Baiklah..hari ini juga Kiran akan ke kantor."
Sahut Kiran dengan suara yang sangat berat. Dia
sebenarnya tidak ingin meninggalkan ayahnya itu.
"Pergilah..ada ibu di sini yang menjaga ayah."
Nyonya Amelia meyakinkan Kiran yang akhirnya
mengangguk. Dia kembali menatap Tuan Zein
kemudian mencium punggung tangan nya. Tuan
Zein menatap wajah cantik putrinya itu dengan
sorot mata lemah.
"Pikirkanlah semuanya baik-baik nak. Saat ini
semuanya ada di tanganmu."
Ucap Tuan Zein, Kiran mengangguk pelan.
"Baiklah..Kiran akan siap-siap sekarang.!"
Dia merangkul Nyonya Amelia sebentar, setelah
itu berlalu keluar kamar bersama dengan Sam.
"Kakak..aku serahkan kesehatan ayah padamu.
Jangan sampai terjadi apapun padanya."
Ucap Kiran setelah mereka berada di luar ruangan.
Sam merangkul Kiran, mendekapnya erat seraya
memejamkan mata. Masih ada ganjalan dalam
hatinya saat ini tentang penyataan Kiran tempo
hari soal pernikahannya.
"Kau hutang penjelasan padaku soal statusmu.!"
Kiran melepaskan rangkulan kakak tirinya itu.
Keduanya saling pandang sebentar.
"Aku akan mengatakan nya nanti. Sekarang waktu
nya sangat darurat, jagalah ayah baik-baik."
"Baiklah.. pergilah.!"
Kiran melangkah pergi di ikuti pandangan Sam
yang terlihat menarik napas berat. Sesungguh
nya sampai saat ini hatinya masih saja belum
bisa melepaskan rasa itu, rasa sayang yang tidak
pada tempatnya. Bukan lagi perasaan sayang
seorang kakak terhadap adiknya, namun rasa
berbeda yang tiba-tiba tumbuh saat Kiran mulai
menginjak remaja. Tapi Sam tahu pasti bahwa
Kiran tidak akan bisa menerima perasaannya ini .
------- -------
Kiran masuk ke dalam ruang meeting di dampingi
oleh Lia sekretaris ayah nya. Semua staf direksi
serta para pegawai yang punya jabatan cukup strategis di perusahaan ZM Company serempak
berdiri lalu menundukan kepala sedikit kearah
Kiran seraya menatap ragu-ragu dengan sorot
mata penuh kekaguman dan terpesona melihat
kecantikan serta keanggunan putri Bos mereka
itu yang terlihat begitu memukau.
Kiran memberi isyarat tangan agar semua
peserta meeting kembali duduk di tempatnya masing-masing.
"Selamat siang semuanya.. terimakasih sudah
hadir di sini. Mohon maaf sebelumnya karena
meeting ini harus di adakan secara mendadak.
Saya hanya ingin mengumumkan satu hal penting
pada kalian semua bahwa mulai hari ini sampai dengan beberapa waktu ke depan saya akan menggantikan posisi ayah saya sebagai direktur utama di perusahaan ini.!"
Ucap Kiran dengan suara yang sangat tegas dan
lugas, pembawaan yang tenang serta profesional. Sangat terlihat jelas bahwa dia memiliki aura yang sangat kuat sebagai seorang pemimpin. Para
peserta meeting terlihat saling pandang satu
sama lain.
"Baiklah..mari kita lanjutkan meeting hari ini pada
materi pokok yang ingin saya bahas kali ini.!"
Kiran langsung to the point pada inti pertemuan
hari ini. Dia tidak ingin membuang waktu hanya
untuk berbasa-basi tidak jelas. Semua peserta
meeting pun terlihat semangat dan antusias
karena meeting kali ini di pimpin oleh seorang
direktur utama yang sangat mempesona baik
dari tampilan fisik, pembawaan maupun gaya
bicaranya yang begitu memikat dan memukau.
Dua jam kemudian...
Kiran baru saja selesai mengadakan meeting
dadakan dengan para staf direksi perusahaan
ZM Company menyangkut keberadaan dirinya
di perusahaan itu yang menggantikan posisi
ayahnya untuk sementara .
Dia kembali ke ruangannya bersama dengan
Lia sekretaris nya. Wanita 30 tahunan itu cukup
terkesima saat melihat pembawaan Kiran yang
terlihat sangat tenang dan meyakinkan ketika
berbicara di hadapan para peserta meeting
padahal ini adalah tatap muka pertamanya.
"Lia..tolong bawakan semua berkas keuangan
satu tahun terakhir ini, saya akan memeriksa
ulang semuanya.!"
Pinta Kiran tanpa mengalihkan fokusnya dari berkas-berkas di tangannya. Dia memeriksa dan membuka lembar demi lembar berkas hasil
meeting tadi. Kiran menemukan ada banyak hal
janggal yang dia lihat di dokumen departemen
keuangan perusahaan.
"Baik Bu.. saya akan menghubungi staf bagian
keuangan."
Sambut Lia sambil kemudian keluar dari ruangan.
Tidak lama kemudian muncul Sari sekretaris yang
satu lagi ke dalam ruangan di ikuti oleh seseorang. Kiran masih sibuk dengan segala pekerjaan nya.
"Permisi Bu Kiran..ada seseorang yang memaksa
ingin menemui anda, dia bilang bahwa beliau
adalah asisten pribadi anda.!"
Ucap Sari ragu-ragu sambil menundukkan kepala
dan melirik mencuri pandang pada seseorang
yang kini berdiri santai di belakang nya, orang itu
tampak sedang mengamati setiap detail ruangan
kantor yang sekarang di tempati oleh Kiran.
"Asisten.? saya tidak punya asisten Sari.. suruh
orang itu untuk pergi, saya sedang sangat sibuk
hari ini.!"
Tanpa mengalihkan perhatian nya dari berkas di
tangannya Kiran menyuruh Sari dan orang itu
untuk keluar ruangan. Dengan perasaan bingung
akhirnya Sari mengangguk.
"Baik Bu.. kalau begitu saya permisi.!"
Sari berbalik, menatap sekilas kearah laki-laki
tinggi tegap yang menyembunyikan sebagian wajahnya di balik topi yang menutupi bagian
atas wajahnya. Namun rahang kokoh dan bentuk wajahnya yang sempurna masih bisa terlihat separuhnya. Pria itu tampak santai, memakai
setelah jeans, kaos ketat serta jaket kulit.
Kaca mata hitam bertengger manis di hidung mancungnya menyembunyikan mata elang nya.
Dia tampak begitu gagah dan sangat menarik
membuat hati sekretaris muda itu bergetar hebat
hanya dalam sekali pandang saja.
"Maaf Tuan.. sepertinya anda hanya mengarang
saja, saya sudah bilang bahwa Bu Kiran tidak
punya asisten pribadi."
Ujar Sari sambil membimbing laki-laki itu agar
keluar dari ruangan. Pria itu tidak menggubris
Sari, dia membuka kaca mata yang di pakainya kemudian menatap tajam kearah Kiran yang
terlihat masih sibuk, namun ada kegelisahan
yang kini di rasakan Kiran. Jantungnya tiba-
tiba saja berdetak kencang tanpa sebab.
"Mulai saat ini dia akan memiliki nya..!"
Ucap pria itu sambil melangkah menghampiri
Kiran yang seketika menghentikan aktifitasnya
saat mendengar suara bariton pria itu. Matanya
langsung bertabrakan dengan mata elang pria
tadi yang kini berdiri di hadapan nya. Tatapan
nya tampak tidak percaya dengan apa yang di
lihatnya saat ini, bibirnya menganga terkejut.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*