Rumah tangga Candramaya dan Krisna mulai ditimpa badai, saat Krisna mengalami kecelakaan hingga membuatnya lumpuh dan kehilangan pekerjaan.
Candramaya terpaksa menjalani tugas sebagai tulang punggung keluarga. Untung saja Candramaya mempunyai pekerjaan di sebuah perusahaan yang bergerak dalam bisnis retail, sehingga urusan keuangan keluarganya sementara masih bisa ia handle.
Masalah mulai muncul, ketika Candramaya dipertemukan kembali dengan Alvin, cinta pertamanya di masa SMA yang kini menjadi bos baru di kantor dia bekerja. Tanpa Candramaya sangka, ternyata Alvin masih memendam rasa cinta kepadanya.
Akankah Candramaya bertahan dengan cintanya pada Krisna, atau dia justru terbuai oleh kisah masa lalunya dengan Alvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon REZ Zha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 - Semua Gara-Gara Aku
Sebelum pulang ke rumah, Candramaya mampir dulu di kedai sate. Dia ingin membeli sate untuk menu makan malam keluarganya, kebetulan Rangga suka sekali sate langganan yang biasa dibeli olehnya.
Setelah dia memesan sekodi sate, dia melanjutkan perjalanannya menuju rumah. Namun, sebelum belok ke komplek perumahannya, Candramaya menengok ke tempat cuci motor terlebih dahulu, karena biasanya Rangga selalu menemani papanya di sana jelang sore sambil menunggunya pulang kerja.
Ketika dia sampai, Krisna terlihat masih sibuk mencuci motor customer. Benar saja, Rangga pun ada di sana ikut membantu papanya bekerja sampai bajunya basah kuyup.
"Adek, ayo pulang! Mandi dulu! Bajunya basah semua kayak gitu, nanti masuk angin, lho!" Candramaya langsung mengomel dan mengajak anaknya pulang ke rumah.
"Rangga mau bantuin Papa, Ma." Rangga menolak, karena untuk anak-anak, bermain air adalah hal yang sangat menyenangkan.
"Nanti sakit, lho! Bajunya udah basah kayak gini!" omel Candramaya seraya turun dari motornya.
"Rangga ikut pulang sama Mama, pinter." Kini Krisna yang membujuk dengan bahasa dan nada yang lebih lembut. Sebab, biasanya Rangga lebih menurut pada ucapannya.
"Ayo, cepat! Mama beliin sate, tuh!" Candramaya menunjuk tas kresek yang menggantung di motornya.
"Asyik! Rangga mau makan sate, Ma!" Mendengar mamanya membelikan makanan kesukaannya, Rangga yang awalnya menolak, kini berlari ke arah motor mamanya.
"Aku ke rumah dulu, Mas." Candramaya meraih tangan Krisna yang basah dan mencium punggung telapak tangan Krisna, sebelum akhirnya meninggalkan suaminya yang belum selesai dengan pekerjaannya.
Tak disadari Candramaya, sebuah mobil ikut berhenti ketika motor Candramaya parkir di depan tempat cuci motor. Pria di balik kemudi mobil itu adalah Alvin. Sebenarnya dia mengikuti Candramaya karena ingin tahu di mana wanita itu sekarang tinggal. Hari ini Alvin sampai memakai mobilnya yang lain agar tak dikenali oleh Candramaya.
Alvin menatap ke arah tempat cuci motor. Tatapannya terus memperhatikan pria yang berinteraksi dengan Candramaya juga dengan anak kecil yang membantu pria yang sedang mencuci motor.
"Dia bicara dengan siapa?" Alvin bertanya-tanya. Keningnya berkerut, apalagi saat melihat pria yang bersama Candramaya ternyata tak bisa berdiri sempurna, harus memakai tongkat untuk menyangga tubuhnya.
Alvin sontak terkejut ketika melihat Candramaya mencium punggung tangan pria itu.
"Apa dia suami Maya?" Rasanya tak percaya Candramaya mempunyai suami sebagai tukang cuci motor dan tambal ban. "Semenderita inikah hidup dia sekarang?" Alvin merasa kasihan melihat kehidupan rumah tangga Candramaya saat ini.
Alvin mengikuti motor Candramaya yang pergi meninggalkan tempat cuci motor, hingga akhirnya motor yang dikendarai Candramaya masuk ke dalam komplek perumahan dan berhenti di sebuah pekarangan sebuah rumah bercat warna abu-abu.
Agar tak mencurigakan, Alvin tetap melajukan mobilnya setelah melintasi rumah Candramaya, Tak ikut berhenti ketika motor Candramaya masuk ke rumah bercat abu-abu tadi.
"Kenapa dia mau tinggal di rumah sekecil itu? Dan suaminya tadi, apa benar itu suaminya?" Alvin tak habis pikir dengan keputusan Candramaya mau menjalani pernikahan dengan pria cacat, menurutnya Candramaya layak mendapatkan kebahagiaan, seperti yang bisa ia berikan pada wanita itu.
***
Hawa panas dirasakan Candramaya, karena dia dan suaminya baru saja melakukan hubungan int!m suami istri, setelah mereka melaksanakan sholat Isya dan dilanjut membaca surat Yasin, karena kebetulan ini adalah malam Jumat.
Mereka mulai sering melakukan hubungan suami normal seperti biasanya, hanya saja durasinya tak selama dan sebanyak ketika Krisna belum kecelakaan. Bagi mereka saat ini yang terpenting mereka bisa saling melepas rindu.
"Aku udah lepas KB lho, Mas." Candramaya lupa memberitahu suaminya, jika dia sudah tak lagi menggunakan alat pencegah kehamilan, sejak tiga bulan Krisna mengalami kecelakaan.
Krisna terkesiap. Dia tak tahu kalau istrinya itu tidak lagi menggunakan alat k0ntrasepsi.
"Nanti kalau kamu hamil, nggak apa-apa, Yank?" Bukannya dia tak menginginkan anak lagi, hanya saja kondisi dirinya yang belum bisa banyak membantu keuangan keluarga membuatnya khawatir jika Candramaya kembali hamil.
"Iya juga, ya?" Kening Candramaya berkerut memikirkan kata-kata suaminya tadi. "Tapi, kasihan Rangga sendirian nggak punya adik, Mas." Namun, ada hal lain yang menjadi pertimbangan Candramaya, kenapa tidak menggunakan KB lagi setelah mereka mulai melakukan hubungan suami istri.
Candramaya menatap Krisna. Dulu, dia sangat mencintai Alvin, karena Alvin adalah cinta pertamanya. Tapi, sejak bertemu dengan Krisna dan melihat sikap serta ketulusan hati Krisna, entah mengapa? Dia begitu mudah jatuh hati pada suaminya itu.
"Mas nggak suka punya anak lagi, ya?" tanyanya beranggapan Krisna keberatan jika mereka memberi adik untuk Rangga.
"Bukan, Yank! Bukan begitu! Siapa yang nggak senang punya anak? Tapi kondisi ekonomi kita sedang seperti ini. Pendapatanku belum seberapa, kasihan kamu harus kerja trus apalagi kalau sampai hamil." Jika dirinya masih bekerja seperti dulu, Krisna pun pasti akan bahagia melihat Candramaya hamil lagi.
"Kalau gitu Mas kerjanya yang rajin biar kita nggak pusing kalau tambah anak lagi," ucap Candramaya dengan bergelayut manja di bahu suaminya. Rasanya selalu nyaman jika bersandar pada bahu sang suami.
"Ya sudah, nanti aku coba bilang sama Pak Asep, kalau bisa tambal ban buka sampai malam, biar dapat penghasilan tambahan." Saat ini, Krisna belum menemukan pekerjaan lain selain yang ia jalani saat ini.
Candramaya menjauhkan kepalanya dari bahu Krisna mendengar ucapan suaminya tadi. Menambah jam buka, artinya Krisna akan semakin lama berada di luar rumah dan terkena angin malam. Hal itu dikhawatirkan akan mempengaruhi kondisi fisik sang suami.
"Maksudnya, Mas akan kerja sampai malam?" Candramaya tak setuju Krisna menambah jam kerja lagi. Karena selain dia ingin ditemani jika tidur, dia juga tak ingin kesehatan Krisna akan terpengaruh dengan kerja dari pagi sampai malam.
"Ya mau gimana lagi, Yank? Aku belum menemukan pekerjaan lain yang bisa aku andalkan selain dari pekerjaan itu,." jawab Krisna.
"Semua gara-gara aku, ya, Mas?! Kalau aku nggak minta jemput Mas malam itu, mungkin Mas nggak akan kecelakaan." Candramaya menyalahkan dirinya sendiri karena menjadi penyebab suaminya jadi seperti ini.
"Hush, jangan menyalahkan diri kamu sendiri. Semua ini sudah takdir dan kita nggak bisa menolak takdir yang sudah ditetapkan Allah." Sampai detik ini, Krisna tak pernah menyalahkan Candramaya atas musibah yang menimpa dirinya. Apalagi selama dirinya tak bisa berjalan, Candramaya sudah sangat tulus mengurusnya dan tak meninggalkannya.
*
*
*
Bersambung ...
itulah perlunya keterbukaan dalam berumah tangga biar tidak ada kesalahpahaman diantara keduanya