Tania yang tewas karena kecelakaan beruntun ketika sepulang nya dari supermarket tempat nya bekerja terbangun di sebuah ruangan yang tampak seperti kamar namun sangat asing bagi nya.
Disaat dirinya masih bingung, tiba-tiba ada banyak ingatan yang bukan miliknya satu persatu masuk kedalam otak nya.
Dia akhirnya sadar kalau saat ini sedang berada di sebuah novel bertema akhir dunia yang sebelum nya dia baca.
Bagaimana Tania menjalani kehidupan keduannya itu dengan terus berusaha dapat terus hidup di dunia apokaliptik tersebut..???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝑁𝑜𝑣𝑖𝑒25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 35
Tania dan ketiga pria itu langsung membantai para zombie yang ternyata telah menyebar semakin banyak sampai ke area penyintas tanpa kemampuan.
Terlihat dari sekian banyak orang yang membantai zombie, pergerakan mereka masih tak beraturan bahkan mereka tak mengetahui dimana letak titik lemah zombie zombie itu sehingga membuat banyak peluru yang terbuang sia sia dan juga banyak para pengguna kemampuan merasa kelelahan karena penggunaan kemampuan secara berlebihan.
" Salurkan kemampuan kalian ke senjata yang kalian pegang saat ini, itu membuat kita tidak perlu banyak membuang energi. " ujar Tania kepada ketiga pria yang bersama nya.
" Baik sayang/ kak/ nona... " jawab ketiga nya serentak.
Keempat orang itu langsung menghabisi para zombie yang ada di hadapan mereka, dengan gerakan yang presisi mereka berhasil menghindari setiap serangan zombie zombie tersebut. Bahkan sudah terlihat banyak dari para zombie itu yang telah berjatuhan.
" Zombie zombie ini terlalu banyak, infeksi ini sudah menyebar terlalu jauh. " gumam Tania sambil terus menggerakkan pedang nya untuk memisahkan kepala para zombie dari tubuh mereka.
" Zion awasss... " teriak Tristan ketika dari arah belakang Zion ada seorang zombie yang langsung melompat dan ingin menerkam Zion.
Trangggggg....
Suara beradu pisau militer milik Zion dengan kuku tajam milik zombie itu pun terdengar, untung saja reflek tubuh Zion sudah sangat terlatih. Kalau saja tidak terlatih, kemungkinan besar saat ini dia telah menjadi santapan zombie tersebut.
Menahan serangan zombie yang seperti nya memiliki level yang tinggi itu membuat Zion kesulitan untuk bergerak, Tania yang melihat kekasih nya kesulitan langsung menendang zombie itu dari samping sehingga membuat si zombie terpental cukup jauh.
" Terima kasih sayang. " ucap Zion.
" Fokus Zion, ada banyak zombie yang memiliki level tinggi karena sebelum nya mereka merupakan manusia pemilik kemampuan. " nasehat Tania.
" Hmmm... " angguk Zion.
" Kalian berdua juga hati hati, fokus dan jangan sampai lengah, " Tania juga memperingati Tristan beserta Rafa.
" Iya kak. " jawab Rafa, sedangkan Tristan hanya mengangguk.
Butiran-butiran salju yang berserakan di sana kini telah ternoda dan tidak lagi memiliki warna yang putih seutuhnya. Ada warna merah dari darah para penyintas yang berhasil di serang oleh zombie, ada warna hijau kehitaman dari darah para zombie yang berhasil di tumbang kan.
Bau anyir darah bercampur dengan bau busuk dari darah para zombie menyebar di sana membuat siapapun yang tidak kuat akan bau nya akan merasa mual lalu muntah.
" Itu bang Dean.. " teriak Rafa melihat Dean yang sudah sangat acak-acakan.
" Akhir aku bertemu kalian juga, " ujar Dean ketika sudah berada di dekat tim nya.
" Dimana Jack? " tanya Zion.
" Jack sedang mengawal jenderal untuk pergi meninggalkan pangkalan ini. " jawab Dean sambil sesekali melepaskan kemampuan nya untuk menyerang zombie.
" Jenderal...! Memang nya Jendral ada di sini? " tanya Zion.
" Ya... beliau datang setelah mendapatkan kabar kalau kau ada di sini Zion, ibu mu juga ada. Tadinya mereka akan singgah ke rumah kita tapi tiba-tiba ada banyak zombie yang menerobos masuk ke area aula utama. "jelas Dean.
" Bawa aku kesana Dean, sekarang. " pinta Zion yang merasa khawatir terhadap keselamatan kedua orang tua nya.
Ya... orang tua Zion merupakan jenderal besar di kesatuan mereka, karena menjadikan ayahnya sebagai role model lah yang membuat Zion ingin mengikuti jejak ayahnya yang merupakan seorang militer.
Meskipun khawatir, tangan Zion tetap memegang Tania agar tak terlepas dari jangkauan nya. Berhubung area tersebut sudah bersih dari para zombie, Tania membiarkan Zion membawa nya.
Namun sebelum pergi Tania mengatakan sesuatu kepada Tristan dan juga Rafa. " Kalian pergi ke rumah yang ada di ujung sana, di dalam kamar di bawah tempat tidur ada dua orang anak, bawa mereka ke tempat kita. Katakan saja kalian di suruh oleh ku dan jangan lupa ambil semua inti kristal dari zombie zombie ini. "
" Baik kak/ nona. " jawab keduanya.
Setelah mengatakan apa yang ingin di katakan, Tania dan juga Zion beserta Dean pergi mencari kedua orang tua Zion yang saat ini sedang di lindungi oleh Jack.
Mereka yakin akan sangat sulit untuk kedua orang tua Zion untuk bisa keluar dari pangkalan ini, apalagi area mereka merupakan area yang penghuni nya merupakan orang orang pengguna kemampuan semua.
Sambil sesekali menghabisi para zombie, Zion, Tania dan juga Dean semakin dekat dengan keberadaan Jack dan kedua orang tua Zion.
Tak jauh dari mereka terlihat beberapa anggota tentara mulai kewalahan menghadapi para zombie yang kuat kuat itu, bahkan terlihat beberapa zombie itu menggunakan kemampuan milik mereka untuk menyerang.
Melihat hal yang tidak menguntungkan, Zion langsung berlari mendekati rombongan itu.
" Ibu... " teriak Zion hampir jantungan ketika melihat ada zombie yang menyerang ibu nya.
Untung saja pistol yang di pakai Zion masih ada peluru, sehingga masih bisa menembak kepala zombie tersebut.
" Serang kepala nya untuk menjatuhkan mereka. " teriak Zion kepada semua orang yang saat ini merasa kewalahan menghadapi para zombie itu.
Mendengar perkataan Zion, mereka langsung melakukan apa yang tadi Zion katakan. Sedangkan Tania dan juga dena sedang bekerja sama menghadapi sesosok zombie yang sangat berbeda. Zombie ini memiliki kesadaran seperti manusia pada umumnya, namun yang lebih membahayakan adalah ternyata zombie itu memiliki kekuatan mental sehingga membuat dirinya bisa mempengaruhi para zombie yang berada di level bawah nya.
" Tania aku akan menghadapi zombie zombie ini, kamu langsung saja menyerang zombie yang sedang berdiri diam di sana. " bisikin Dean.
" Oke... Hati hati, serangan para zombie ini terstruktur karena ada yang mengendalikan. " ujar Tania.
Kedua nya saling bekerja sama untuk menghadapi serangan zombie yang telah mengepung mereka, sedang kan di sisi Zion masih berusaha menghadapi para zombie yang masih terus menyerang para tentara yang sedang melindungi kedua orang tua nya.
Bughhhh...
Bughhhh..
Brakkk...
Gubrakkkk....
Dor....
Dor....
Zion menghabisi para zombie itu dengan penuh emosi, dia berusaha mempercepat menghabisi yang ada di sana dan ingin segera pergi membantu kekasih nya. Dia melihat kalau zombie yang di hadapi Tania bukanlah zombie biasa, terlihat dari gerakan zombie tersebut dengan sangat lincah bahkan zombie itu bisa menyeringai seperti senyuman iblis.
" Dean ambil ini. " Tania menyerahkan tembakan otomatis kepada Dean ketika melihat senjata Dean yang sebelum nya telah kehabisan amunisi.
" Thanks Tania. " Dean menerima senjata itu dengan senang hati.
Setelah memberikan senjata kepada Dean, kini Tania kembali fokus menghadapi zombie pemilik kemampuannya yang ada di hadapan-Nya.
Serangan demi serangan telah Tania berikan, namun masih belum bisa menumbangkan zombie tersebut.
" Sayang aku datang membantu mu. " ujar Zion yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Tania.
" Terima kasih, tapi kamu harus hati hati jangan sampai lengah. " Tania memberikan peringatan kepada sang kekasih.
to be continued🔥🔥🔥