NovelToon NovelToon
Baca Aku!

Baca Aku!

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Reinkarnasi / Murid Genius / Akademi Sihir / Persahabatan
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Karya Penulis

Penyihir yang menjadi Buku Sihir di kehidupan keduanya.


Di sebuah dunia sihir. Dimana Sihir sudah meraja rela, namun bukan berarti tidak ada Pendekar dan Swordman di Dunia Sihir ini.

Kisah yang menceritakan pemuda yang memiliki saudara, yang bernama Len ji dan Leon ji. Yang akan di ceritakan adalah si Leon ji nya, adek nya. Dan perpisahan mereka di awali ketika Leon di Reinkarnasi menjadi Buku Sihir! Yang dimana buku itu menyimpan sesuatu kekuatan yang besar dan jika sampulnya di buka, maka seketika Kontrak pun terjadi!.

"Baca aku!!" Kata Leon yang sangat marah karena dirinya yang di Reinkarnasi menjadi Buku. Dan ia berjanji, siapa pun yang membaca nya, akan menjadi 'Penyihir Agung'!. Inilah kisah yang menceritakan perjalanan hidup Leon sebagai Buku Sihir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karya Penulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Leon tampak panik. Racun itu semakin menjadi-jadi. Tidak ada yang bisa Leon lakukan selain berteriak, walau suaranya tidak terdengar oleh Rafael.

Mata Rafael menunjukkan bahwa ia telah mengunci pandangannya pada mangsa nya. Sekarang Rafael sangat mirip seperti hewan hutan, hanya saja, aura yang ia pancarkan seperti singa yang kelaparan.

Rafael mengerang. Bersiap untuk menangkap babi liar yang sedang memakan rumput itu. Seperti nya Rafael akan melompat ke arahnya.

"Tidak!.. Jangan!!" Kata Leon. Dia tampak panik, matanya membulat sempurna, suaranya ia keluarkan sekuat yang ia bisa.

Dengan cepat Rafael melompat kearah babi itu. Namun serangannya dihindari. Bagaimana pun Rafael adalah manusia, kecepatannya akan tetap seperti manusia.

Babi itu tampak panik, seolah ia sedang melihat sang raja hutan didepannya, aura yang dipancarkan Rafael ternyata berpengaruh.

Rafael menampakkan gigi nya, seperti hewan buas yang lapar, dia berjalan perlahan mendekati babi nya. Seperti singa yang sedang berjalan dengan ke empat kakinya.

Kali ini, Rafael pastikan dia bisa menangkap babi itu. Lihat saja, terkamannya sangat cepat.

Namun, dia kalah cepat. Sebuah sirip yang keras nan tebal terasa di giginya, ia sedang menggigit sesuatu yang keras.

Warna nya putih, sudah dapat dipastikan, itu adalah Xeno!

Leon bersyukur, ternyata Xeno juga memiliki kepekaan yang hebat.

Rafael tersadar, dengan keras nya kulit Xeno, walau dalam tubuhnya yang kecil, membuat Rafael tersadar kembali.

Urat di tangannya mereda, masuk kembali, bukan hilang, hanya bersembunyi sementara.

"Hah.." Rafael melepas gigitannya. Dia memegang kepalanya. Dia sedikit terhuyung-huyung.

"Terima kasih! Terima kasih!" Kata Leon, walau suaranya tidak terdengar oleh Xeno, tetapi ia ingin mengucapkannya.

"Apa... Apa yang terjadi?..." Rafael masih setengah sadar. Mata nya kembali normal, semua nya kembali normal. Walau dia sedikit terhuyung-huyung.

"Kau hilang kendali. Racun itu mulai mengulah," kata Xeno. Dia melahap babi hutan itu.

"Hah... Benar, aku terjebak di suatu dimensi.." Kata Rafael. Dia jelas masih tampak belum sadar sepenuhnya, matanya masih sayup-sayup.

"Kau harus menghindari hewan yang menjadi mangsa hewan buas, kalau tidak racun itu akan mengambil alih tubuh mu." Kata Xeno. Tatapannya menunjukkan keseriusan.

Karena, melihat mangsa bisa memancing gairah singa, hewan buas, untuk memangsa.

"Maaf kan aku... Aku sedikit terlambat," kata Xeno. Dia sebenarnya berniat untuk melindungi Rafael dari racun itu, tetapi dia lalai.

"Tak apa... Justru aku yang seharusnya berterima kasih. Berkat mu aku tidak memakan babi itu," Rafael mulai sadar sepenuhnya. Pijakan kakinya sudah tidak terhuyung-huyung.

Xeno mengangguk paham. " Lalu, bisakah kau ceritakan padaku bagaimana Dimensi lain yang kau lihat itu?" Xeno bertanya. Dia ingin tahu bagaimana Dimensi lain dari racun nya sendiri.

Rafael berusaha mengingatnya. Dia mengerutkan dahinya. "Aku, di tengah... hutan, tapi hutannya sangat aneh, seolah hewan yang menempatinya bukan hewan yang normal," kata Rafael, mulai menjelaskan.

"Dan... Sangat seram, banyak bisikan yang kudengar dari segala arah, membuatku lupa akan kondisi ku dan kesadaran ku. Semua bisikan itu seolah meyakinkan aku bahwa aku adalah hewan," Rafael menjelaskannya sebisa yang ia ingat.

"Lalu... Lalu... Aku tidak ingat.. Pokoknya aku ditengah hutan deh," kata Rafael.

Yang Rafael katakan sangat membantu bagi Xeno. Kini, ia tahu jenis apa Alam racun miliknya.

"Sepertinya, hutan yang kau sebut itu adalah habitat hewan yang merasuki mu, dan bisikan-bisikan yang kau dengar itu seolah membuat mu hilang kendali, dan akhirnya hewan itu yang mengambil alih," hipotesis Xeno.

Dia hanya menebak, lagian Xeno baru tahu bahwa Alam lain racun nya adalah hutan.

"Sungguh aneh.." Kata Leon. Dia mengusap dagu nya. Dia baru mendengar nya, dia baru tahu ada Alam lain seperti itu.

"Benar juga, perkiraan mu bisa kita jadikan hipotesa sementara," kata Rafael. Dia menyetujui pernyataan Xeno yang masuk akal.

"Nah, jadi sebisa mungkin hindari hewan yang menjadi mangsa hewan buas pada umumnya ya, ini demi keselamatan mu," Xeno memperingati Rafael lagi. Dia sangat khawatir.

"Baiklah, akan aku ingat baik-baik." Kata Rafael.

Lalu mereka melanjutkan memanjat pohon nya. Leon menutup matanya selama Rafael memanjat. Sangat tinggi, bahkan awan bisa disentuh di atas sana.

"Wah... Kau tinggi sekali membuat rumahnya," kata Rafael. Dia sedikit kagum. Melawan rasa gentar, menghindari melihat kebawah, dia harus bisa, sekali melakukan kesalahan, nyawa taruhan.

"Nah.. Sampai. Maaf, tapi aku suka melihat pemandangan hutan dari ketinggian," kata Xeno.

Tampak dua telur besar berada di sana, dengan dialasi jerami.

Suasana disana sangat sejuk, angin berhembus, menaikkan bulu kuduk setiap hembusannya. Awan juga menambah ketakutan Leon akan ketinggian. Suasana nya sangat indah, apalagi pemandangan yang dilihat dari atas sana.

"Tapi, bukannya burung elang bisa memangsa anak mu? Sangat bahaya loh." Kata Rafael. Yang di katakan Rafael benar.

"Ya, kau benar, tetapi kalau aku beda ceritanya, mereka takut mendekati ku, bahkan ketika aku tidak ada. Elang mengenali corak dari setiap telur, dan ia tahu, telur yang memiliki corak ungu berbentuk garis ini adalah telur Viperlion." Jelas Xeno panjang lebar.

Rafael dan Leon paham. Mereka seharusnya tidak perlu meragukannya lagi, Xeno pasti lebih tahu yang lebih baik untuk anaknya.

"Nah, jadi bisakah kalian menetaskan telur ini segera?" Tanya Xeno. Dia ingin segera anaknya menjaga Rafael.

Rafael dan Leon tampak berpikir. Leon sebenarnya tahu caranya, tapi mungkin ini cara yang sama yang sering dipakai ayam.

"Hmm, katakan begini....," Leon memberi arahan kepada Rafael.

"Coba kau lingkarkan telur nya, seperti ingin menghangatkan gitu. Peluk, tapi jangan terlalu ditekan," Rafael mengatakan yang disampaikan Leon.

Xeno mengangguk. Dia langsung melilit kedua telurnya, seperti yang dikatakan Rafael.

"Lalu?" Xeno bertanya. Dia sudah melilit nya, dan itu sempurna.

"Begitu saja, lakukan sampai menetas. Agar anak mu tanda dengan kehangatan mu, dan tanda dengan dirimu. Kalau bisa sambil tertidur kalau ngantuk," kata Rafael. Menyampaikan yang dikatakan Leon.

Xeno mengangguk, dia sangat menurut, sepertinya dia sangat percaya dengan Rafael.

Xeno memejamkan matanya. Dia akan tertidur. "Kalau begitu, nanti lagi ya, aku akan memeluk mereka sampai menetas. Terima kasih... Bisa kan turunnya?" Kata Xeno. Dia tidak ingin melepas pelukannya.

"Haha, tentu saja, aku pergi dulu ya. Jaga dirimu baik-baik, dan anak mu juga," kata Rafael.

Xeno telah terpejam. Dia sangat serius ternyata. Padahal Leon hanya memberi saran, tidak tahu apakah itu berhasil atau tidak.

"Lucunya dia~" Kata Leon. Mereka sedang menuruni pohonnya sekarang. Sedikit susah. Soalnya pohonnya tidak memiliki dahan yang banyak, hanya satu batang saja.

Perlahan, tapi pasti. Rafael menahan langkah yang berlebih. Dia tahu, sekali terpeleset, nyawanya akan melayang.

Leon hanya memejamkan matanya. Padahal dia melayang, tapi ketinggian nya masih bisa membuat nya takut.

"Hati-hati... Awas mati... Nanti aku akan terkurung lagi," kata Leon, masih memejamkan matanya.

Mereka masih sempat bercanda.

Tak lebih dari 20 menit, mereka telah sampai kepermukaan. Ternyata lebih lama dari saat naik. Walau begitu, yang penting nyawa mereka masih didalam tubuhnya.

"Haha.. Kaki ku terasa sangat lemas~" Kata Leon. Dia memang takut akan ketinggian.

"Siapa yang manjat siapa yang gemetar coba? Dasar penakut," ejek Rafael. Mereka bercanda.

Segera mereka kembali, mumpung hari sudah gelap, matahari telah terbenam sepenuhnya saat Rafael dan Leon telah keluar dari hutan.

Perjalanan mereka panjang dan lama, mereka mengambil rute baru, mereka ingin menentang diri meteka. Tapi pada akhirnya mereka sampai jam 8 malam.

"Hah~ Lelah nya~" Kata Rafael. Mengangkat tangannya keatas. Mereka sedang berjalan menuju kamar mereka.

"Eh, itu Nel," kata Leon. Menghentikan langkahnya. Rafael segera menoleh.

Nel tampak sedang makan, memang ini waktu nya makan malam. Tapi ia sedang sendirian, kantin juga tampak sepi. Walau malam kantin masih buka, soalnya menyediakan makan malam juga.

"Samperin gih~" Kata Leon. Jelas dia ingin melihat Rafael dan Nel berduaan.

Rafael mengangguk. Dia menghampiri Nel.

Nel tidak menyadari kedatangan Rafael. Dia sedang sibuk membaca kertas sembari memakan burger. Sepertinya dia sedang sibuk.

"Sedang apa?" Tanya Rafael, mendekatkan kepalanya, melihat kertas yang sedang dilihat Nel.

Nel kaget. Dengan cepat dia menyembunyikan kertas itu. Walau percuma, Rafael telah melihatnya, itu desain untuk hadiahnya nanti, sepertinya.

"Ra-Rafael?... Dari mana saja kau?" Nel sedikit canggung. Dia berharap semoga Rafael tidak melihat nya.

"Tidak ada... Aku ke hutan..." Rafael berbisik, mendekat ke Nel. Dia pura-pura tidak melihat kertas tadi.

"Oh.. Kau mau makan?" Nel paham maksud Rafael, dia menemui Viperlion. Rafael mengangguk. Lalu dia menarik bangku nya. Berhadap-hadapan dengan Nel.

Lalu, mereka makan. Waktu makan diisi dengan obrolan-obrolan yang menyenangkan, membuat Leon tersenyum. Tanpa terasa telah menghabisi hampir setengah jam.

Rafael juga tidak lupa bahwa dia harus menemui Damian dan Laura. Jadi, dia bertanya.

"Kakak Senior belum selesai?" Rafael bertanya kepada Nel.

Nel menaikkan kedua bahunya. Dia tidak tahu. "Seperti nya belum, soalnya masih belum kelihatan," jawab Nel.

Rafael mengangguk.

"Dah ya, aku selesai," kata Nel. Dia bergegas pergi. Membuat Rafael tersenyum, begitu juga dengan Leon.

Nel mudah ditebak, dia sangat lucu.

"Hah.. Akhirnya selesai. Sekarang, mari kita temui Damian dan Laura~" Kata Rafael.

Mereka bergegas ke Gedung 3. Namun, mereka semua masih tampak sedang belajar. Damian, dan Laura juga.

"Yah... Ternyata belum selesai," kata Leon. Mereka padahal sudah menantikan nya.

"Hei kau! Sedang apa kau?! Ini saatnya tidur! Sudah mau jam 9," kata guru yang sedang menghampiri Rafael.

"Kau mau dihukum seperti kemarin lagi hah?! Cepat tidur sana.." Kata guru itu. Ternyata dia adalah guru yang kemarin menciduk Rafael saat masuk ke perpus.

Rafael menurut. Bergegas ke asrama, guru itu juga mengikuti nya.

Suasana malam yang indah, sejuk dengan kesunyian yang memukau.

Rafael tiba dikamar. Sepertinya dia harus menunggu lagi. Dan Leon tahu, apa yang mereka harus lakukan sekarang.

"Saatnya latihan!!" Kata Leon. Membangunkan Rafael yang baru saja berbaring di kasur.

1
Murnila Wati
Bravo Thor😍😍 semakin menarik aja. Keluarkan semua kejutan mu💪💪
Murnila Wati
Wah, kejutan lagi ya Thor😍
Murnila Wati
Nah loh...
Anin
Leon: Keren kan Mantra nya
Murnila Wati
Nice Thor! Kau membuat minat baca ku bertambah!/Applaud/
Anin: Thanks/Smile/

Leon: Aku memang menarik!/Proud/
total 1 replies
Murnila Wati
Ini dia. Kebenaran yang ditunggu²/Hey/
Anin: Leon: /Shhh/
total 1 replies
Murnila Wati
Yok thor lanjutkan. Para readers mu ini ingin melihat Rafael dan Leon berdiri sebagai Penyihir Agung di akhir cerita/Chuckle//Smile//Applaud//Good/
Anin: Oke, tenang saja, aku janji akan menamatkan cerita ini/Proud/

Rafael: Tunggu kami di akhir ya!../Hey/
Leon: Kami akan menjadi Penyihir Agung segera!/Chuckle//Proud/
total 1 replies
Murnila Wati
Mantra baru unlock/Hey/
Anin: Leon: Keren kan Mantra nya/Proud/
total 1 replies
Murnila Wati
Hehe, bisa aja Leon/Slight/
Anin: Leon: Hehe/Grin/
total 1 replies
Murnila Wati
Pasti Lauren/Shhh/
Anin: Hayyo loh... Baca bab selanjutnya ya, nanti kamu bakal tahu
total 1 replies
Murnila Wati
Wah Thor! Kenapa aku penasaran?!/Cry/ Cerita mu membuatku penasaran Thor!/Good/
Anin: Thanks/Smile/

Leon:Tuh kan, para Readers penasaran /Chuckle/ Makanya Baca Aku!
total 1 replies
Murnila Wati
Hayyo loh.. Leon nengok apa tuh~ Seketika berubah genre/Frown//Shhh/
Anin: Hehe, auto jadi horor/Tongue/

Rafael:Seram nye!...
total 1 replies
Murnila Wati
Sedikit typo yah Thor/Smile/
Anin: Hehe iya, maaf ya atas kesalahannya/Grievance/

Leon:Tuh kan para Readers marah!! Makanya, nulis yang benar!/Smug/
total 1 replies
Murnila Wati
Pasti MC kita dong yang menang~~ yakan Thor~~
Anin: Aku setuju!

Rafael: Pastilah/Chuckle/

Leon:Nantikan saja readers ku!/Bye-Bye/
total 1 replies
Murnila Wati
/Facepalm/
Murnila Wati
Sabar, Nel
Anin: Nel:Udah gak bisa/Panic/ Rasanya tuh mulut pengen gw tabok!
total 1 replies
Murnila Wati
Duh... Kebenaran yang menyakitkan/Sob//Sob/
Anin: Tahan ya... Ini hanya bumbu.. Nanti akan banyak laki kebenarannya/Proud/

Leon:Makanya, terus Baca Aku!
total 1 replies
Murnila Wati
/Facepalm/
Murnila Wati
Sip Thor.. Kutunggu kejutanmu /Hey//Smirk/
Anin: Sip..

Leon:Aku juga akan menunggu kau terkejut /Smirk/

Rafael:...
total 1 replies
Murnila Wati
Haha, makanya jangan bandel/Curse//Curse/
Anin: Rafael:Yah... Disorain Readers/Sob//Sob/

Leon:Tulah... Makanya, jadi MC utama boy!!/Casual/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!