Tita, gadis yang hanya hidup berdua dengan ibunya, karena bapaknya tidak mengakuinya. lebih tepatnya, bapak itu menikah lagi setelah ibunya mengandung dirinya. ditambah lagi banyak orang yang tidak menyukai sang ibu, yang hanya seorang wanita buruh tani diladang orang lain.
sampai akhirnya, tita yang saat itu sedang membantu ibunya membersihkan ladang sawah orang, tidak sengaja tersambar petir sehingga mengundang kehebohan. dan Untung saja dia tidak meninggal, tetapi satu hal yang berbeda dari dirinya. dia mendapatkan sedikit kemampuan, yaitu kemampuan meracik herbal-herbal yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian, dan juga untuk perikanan.
lalu bagaimana perjalanan tita setelah berhasil lolos dari maut itu ?
ikuti terus ya teman-teman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirta_Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. meminta hal yang sama lagi
sore hari jam 05.00, seperti biasa semua dagangan ikan mereka telah habis terjual. bahkan sisa dari penjualan ikan itu mereka bagikan kepada orang-orang yang menurut mereka pantas mendapatkannya. seperti seorang nenek yang hanya tinggal sebatang kara, atau seorang janda yang hidup mereka hampir sama di masa lalu. bahkan orang-orang yang seperti itulah yang dipilih oleh Ibu Susan untuk diberikan ikan.
dan setelah semuanya selesai, Mereka pun langsung pulang ke rumah. dan ternyata, sesampainya mereka di rumah, mereka Langsung mendapati keberadaan Surya dan juga putrinya Mira di sana.
Tita dan Ibu Susan yang melihat hal itu langsung mengerutkan keningnya.
(ngapain bapaknya Mira datang kemari.) batin tita. bahkan ketika mengingat kenangan-kenangan di masa lalu, yang mana Pak Surya tak pernah menjenguk dan memberikan nafkah kepada dirinya, membuat kita enggan mengakui bapaknya sendiri.
begitu pula dengan Ibu Susan.
(ada apa lagi ini.. ) batinnya sambil menoleh ke arah putrinya. tita yang menyadari tatapan ibunya kepada dirinya langsung mengangguk. seolah-olah kita memberikan dukungan dan kekuatan kepada sang ibu.
"ayo bu.. tidak usah pedulikan mereka." gumamnya dengan suara yang pelan. Ibu Susan pun menganggukkan kepalanya. mereka berdua pun akhirnya melangkahkan kaki dan mulai mendekati rumah gubuk mereka.
sementara di posisi Pak Surya dan Mira, yang melihat kedatangan Tita dan ibunya langsung segera beranjak berdiri. keduanya tentu menunggu mereka di halaman rumah. karena rumah tersebut Tak memiliki teras yang bisa dijadikan sebagai tempat menunggu.
"kalian sudah pulang.?" tanya Pak Surya dengan senyuman. tita menatap datar ke arah sang bapak. sementara Ibu Susan hanya tersenyum tipis untuk memberikan respon.
"ada apa mas Surya datang kemari ?" tanya Ibu Susan tanpa basa-basi. Surya langsung mengusap-usap kedua telapak tangannya yang tiba-tiba menjadi berkeringat.
"dasar nggak punya etika. ada tamu itu diizinkan masuk dulu kek ?" ucap Mira dengan lantang. Tita yang mendengar penuturan itu langsung menatap tajam.
"mohon maaf ya! tapi kami tidak mengundang kedatangan kalian. kalian sendiri yang menganggap tamu di rumah ini. lagian Kalian ngapain datang tiba-tiba ke sini!! kalau kalian tidak menginginkan sesuatu. dan jangan harap kalian bisa mendapatkannya!!" ucap kita dengan tegas dan bahkan dengan sorot mata yang penuh dengan tatapan tajam. Mira yang melihat hal itu langsung menciut. Dia mendekati ayahnya dan menggenggam lengan sang ayah. sementara Pak Surya yang menyadari ketegangan itu langsung mencoba untuk melerai.
"kamu jangan begitu dengan saudaramu nak.."
Tita yang mendengar penuturan itu kembali, langsung menatap dengan kilatan tajam.
"mohon maaf ya pak. sejak kapan anda mengakui saya dan dia adalah saudara.? mohon maaf, Saya sekarang sudah berumur 15 tahun, bukan anak yang bisa dibohong-bohongi dengan mulut manis kalian. saya tak pernah merasa memiliki saudara di dunia ini selain ibu saya. karena semenjak saya baik dan sampai usia sekarang, hanya ada ibu saya di samping saya, dan hanya ibu saya yang membanting tulang untuk menghidupi saya. jadi mohon maaf, kalau Anda mengatakan dia adalah saudara saya karena anda mengalirkan darah yang sama di tubuh kami, maka saya tidak akan mengakui itu." ucap tita lagi.
tita sengaja menyulut kata-katanya, karena tidak ingin berbahasa-basi dengan Pak Surya dan juga Mira. dia, sudah dibuang dan diabaikan oleh ayahnya. dan dia juga sedang lelah lelahnya baru pulang bekerja. tapi karena ulah mereka, waktu mereka Langsung terbuang sia-sia.
Pak Surya yang mendengar penuturan itu mengatupkan bibirnya. jujur, dulu dia sempat ingin menjenguk Tita. tapi karena ibunya selalu menghalanginya dan yang berakhir perdebatan dengan sang ibu, membuat Pak Surya menjadi malas untuk datang melihat pertumbuhan tita. bahkan kalau berpapasan di jalan, dia tak pernah menyapa anak pertamanya ini.
"mohon maaf ya Mas. sebaiknya Mas dan anak mas kembali pulang saja dulu. kami baru pulang kerja dan tentu masih sangat lelah." ucap Ibu Susan mencoba untuk bersabar hati. dia juga tak ingin anaknya lama-lama tersulit emosi. karena itu tidak baik dengan mental anaknya
sudah cukup, mental anaknya rusak karena kemiskinan mereka, tetapi diputusan tidak ingin mental anaknya kembali diuji karena kehadiran ayah kandungnya yang tiba-tiba.
sementara Mira yang mendengar penuturan itu kembali menggoyang-goyangkan lengan ayahnya.
"ayah bilang dong!!" Pak Surya menatap anaknya Mira dengan sedikit tatapan menenangkan. sementara tita yang melihat hal itu langsung memutar bola matanya.
"tita, ayah sama adik kamu Mirah datang kemari karena ingin membicarakan sesuatu." Ucap pak Surya dengan sedikit keraguan di hatinya. kita yang mendengar penuturan itu langsung melipat kedua tangannya di atas dada.
"begini, kamu kan baru membeli sepeda baru, adikmu menginginkan sepeda itu untuk digunakan ke sekolah. dan kamu bisa menggunakan sepeda lamanya. bisakan nak..?" tanya Pak Surya dengan penuh kelembutan. sementara Tita yang mendengar penuturan itu langsung tersenyum sinis. begitu pula dengan Ibu Susan yang langsung merasa tidak terima.
"apa-apaan kamu Mas!! atas dasar apa kamu meminta sepeda anakku untuk diberikan kepada anakmu.!! kalau kamu mau, kamu bisa membelinya dengan uang kamu sendiri!! sepeda yang putri kumiliki itu tidak datang dengan sendirinya!! sepeda ini kami beli dengan menggunakan uang!! uang mas!!.. tapi dengan santai dan bangganya kamu malah datang meminta untuk kamu berikan kepada anakmu yang lain.!! egois sekali kamu jadi orang!!" teriak Ibu Susan tidak terima. kemarin mantan mertuanya datang dan mengatakan hal yang sama, dan sekarang mantan suaminya datang dan mengatakan itu juga.
Apakah semua sekeluarga Tak memiliki rasa malu lagi!! apalagi mereka sudah tak memiliki keterikatan apapun.
"Apa salahnya!! saya juga saudaranya anak ibu kan!! Apa salahnya dia berbagi kepada saya.!!" ucap Mira yang juga tak kalah emosinya.
Ibu Susan mengepalkan tangannya kuat-kuat, ingin sekali rasanya Dia menampar wajah Mira. sementara Tita, dia yang melihat emosi ibunya yang menggebu-gebu langsung menggandeng tangan ibunya dan berkata.
"tidak akan ada yang saya berikan kepada kalian! sepeda ini saya dapatkan dengan keringat saya sendiri. dan tidak ada alasan yang harus kalian berikan untuk menginginkan sepeda saya. ingat ya, kita ini bukan saudara. walaupun kita berasal dari satu ayah, tapi dari dulu kalian tak pernah ada dalam kehidupan kami. dan ketika kalian melihat sepeda saya dan mendapati kalau kehidupan kami mulai membaik, kalian mulai datang dan bermanis-manis di hadapan kami ? oh Jangan terlalu munafik jadi orang!! pikir pakai otak, dan gunakan sedikit akal sehat kalian. sebaiknya Kalian pergi saja dari sini, karena kami tidak membutuhkannya."
setelah tita mengatakan hal itu dengan penuh tekanan, dia pun langsung mengajak ibunya untuk pergi meninggalkan tempat tersebut dan masuk ke dalam rumah. sementara Pak Surya yang memang menyadari kesalahannya hanya bisa menunduk dan menggeleng.
kalau bukan karena ibunya dan Mira yang selalu merengek dan memaksa-maksa dirinya, dia pasti tidak akan mau datang kemari dan mengundang kemarahan tita serta ibunya.
walaupun Pak Surya juga bukan orang yang baik, tapi dia sadar akan perbuatannya itu tidak pantas. apalagi dia juga sadar diri kalau tidak pernah ada untuk anaknya tita.
"ayah.."
"sudah pulang. bukankah sudah kukatakan, kalau kita tidak akan pernah mau memberikan sepedanya untukmu. kamu juga terlalu memaksakan kehendakMu. sudah! tidak usah merengek lagi."
setelah berbicara dengan datar seperti itu kepada Mira, Pak Surya pun langsung meninggalkan halaman rumah tersebut tanpa menoleh. dia tentu saja meninggalkan Mira yang masih mematung dengan ekspresi cemberut.