My Love Perfect Lecturer

"Apa yang harus gue lakukan?" Gumam Julian bingung. Batinnya berperang mencari jalan untuk menyelamatkan Kiara dari pria buaya seperti Kevin.

Disaat Julian lagi cemas dan bingung, tiba-tiba ponselnya berdering, ia melihat nama Kiara yang memanggil. Ia heran kok bisa Kiara memanggil. Ia melihat nama dari panggilan ponselnya kemudian menoleh ke arah pintu.

Ceklek

Pintu terbuka dan Kevin yang keluar.

"Lo disini?" Heran Kevin kemudian ia mematikan sambungan panggilannya. Ia yang memakai ponsel Kiara untuk menghubungi julian.

Julian yang mendapat pertanyaan itu bingung harus bagaimana menjawab apa. Sepertinya Ia ketahuan mengikuti Kiara.

"Oh ya Jul, gue yang telfon Lo barusan. Kiara saat ini mabuk berat hingga gue gak bisa bawa pulang. Itulah sebabnya gue telpon Lo, agar Lo bisa temani Kiara. Gak mungkin kan gue yang temani Kiara." Ucap Kevin tersenyum smabil menepuk bahu julian.

"Ini hp Kiara." Kevin memberikan hp kiara pada Julian. "Tolong jagain dia ya." Sambung Kevin kemudian ia beranjak pergi meninggalkan Julian yang masih berdiri mematung.

Julian syok dengan kejadian ini. Ia pikir Kevin yang berniat jahat dnegan Kiara ternyata ia salah. Justru kevin meminta bantuan Julian.

Julian langsung masuk ke kamar, ia melihat Kiara yang tertidur pulas di tempat tidur. Ia mendekat kemudian menyibak rambut Kiara yang menutupi wajah.

"Kenapa Lo mabuk-mabuk begini sih Ki?" tanya Julian lirih. Menunggu Kiara sadar akhirnya Julian pun tertidur di atas sofa.

"Gue dimana?" Ucap Kiara sambil meneliti sekeliling. Ia coba mengumpulkan ingatannya lagi, bukankah semalam ia minum dnegan kevin lalu kenapa dia bisa dikamar. Kemudian pandangannya tertuju pada Julian yang masih tidur.

"Julian" Panggilnya membuat Julian terbangun.

"Ki, Lo sudah sadar?" Tanya Julian bangkit dan menghampiri Kiara.

"Mana Kevin? dan kenapa Lo bisa di sini?" Tanya Kiara sambil mencari keberadaan Kevin.

Julian pun menjelaskan jika Kevin yang menelponnya untuk datang menemani Kiara.

"Lo udah liat kan bagaimana Kevin? dia tidak seperti yang lo pikir, gue tahu jika Lo mengikuti gue dan Kevin kan? untuk apa? untuk membuktikan jika Kevin bukan pria baik seperti yang Lo tuduhkan ke dia?" Kiara begitu marah melihat Julian. Ia sebenarnya tahu jika Julian mengikutinya dan memperhatikan apa yang dia dan Kevin lakukan. Hanya saja dia tetap diam berpura-pura tidak tahu. Dan sekarang sudah terbukti jika tuduhan Julian terhadap Kevin tidaklah benar. Jika Kevin bukan pria baik sudah pasti dia akan di nodai Kevin, secara ada kesempatan untuk nya. Tapi apa? Kevin justru menghubungi Julian agar menjaga dan menjemput Kiara.

"Sorry Ki, gue hanya khawatir sama Lo, gue gak mau terjadi hal buruk sama lo." Sahut Julian lirih. Ia merasa bersalah.

"Kenapa? kenapa Lo begitu peduli sama gue? Lo itu cuma sahabat gue Jul, bukan saudara atau kekasih gue. jadi jangan terlalu peduli urusan pribadi gue." Bentak Kiara dengan wajah memerah karena marah. Kemudian ia langsung pergi meninggalkan Julian.

**

"Al, nenek ingin bicara denganmu." Ucap Irfan sambil memberikan ponselnya pada Almira. Almira menerima ponsel Irfan dan melihat ke layar ponsel.

"Hallo nenek." Panggil Almira bersemangat. Ia sangat senang bisa melihat sang nenek.

"Hallo sayang." Nenek melambaikan tangannya.

"Bagaimana keadaan nenek?"

"Sangat jauh lebih baik sayang. Nenek begitu sehat sekarang." Jawab nenek bersemangat.

"Aku sangat senang mendengarnya, cepatlah sehat nek, agar segera pulang." Sahut Almira tersenyum.

Mereka pun berbincang-bincang sambil sesekali tertawa bercanda. Irfan yang sedang memasak hanya tersenyum melihat interaksi Almira dengan neneknya.

Nenek menanyakan Irfan pada Almira, apakah Irfan bersikap baik pada Almira, ia khawatir sikap Irfan dingin kepada Almira sebab ia tahu bagaimana sifat Irfan.

"Tidak nenek, dia sangat manis." Sahut Almira sambil mengubah kamera ponselnya menjadi kamera depan. Nampak lah Irfan sedang memasak menyiapkan sarapan pagi. Sungguh manis sekali pemandangan itu.

Nenek tersenyum melihat nya. Ia bersyukur jika Irfan berubah menjadi pribadi yang hangat lagi.

"Ya sudah, kalian sarapan_lah. Nenek akan mematikan sambungannya." Nenek pun pamit dan mematikan sambungan telfonnya.

"Sarapan lah." Irfan meletakkan sarapan dihadapan Almira.

"Makasih" Sahut Almira tersenyum manis.

**

Di kantor Dimas ada seorang klien yang ribut karena meminta proses perceraian bisa sesegera mungkin. Ia ngotot minta diselesaikan saat ini juga. Padahal kasusnya dan prosedur hukum tidak bisa begitu namun ia tidak mau tahu sehingga ia marah-marah.

Beberapa kali dijelaskan oleh salah satu karyawan Dimas namun ia tidak mau terima.

"Ibu, saya paham bagaimana perasaan ibu saat ini, jadi coba rileks sebentar Bu." Ucap Almira menenangkan wanita itu. Wanita itu mengikuti instruksi dari Almira, diam menarik nafas dan rileks.

Dimas memerintahkan karyawan nya untuk membuatkan kopi untuk klien nya. Dan dia pun duduk di ruangannya bersama Almira dan salah satu kliennya itu.

"Ini kopi nya Bu." Ucap karyawan Dimas sambil meletakkan segelas kopi di meja dihadapan klien Dimas.

Dimas pun menjelaskan bagaimana prosedur yang harus mereka kerjakan. Tidak bisa jika melakukan tuntutan tanpa mengikuti prosedur dan tentunya juga membutuhkan waktu.

Merasa tidak terima, wanita itu menggebrak meja dan melemparkan gelas kopi ke sembarang arah hingga kopi panas itu mengenai kaki Almira.

"Ah..." Pekik Almira karena merasakan panas di kakinya oleh kopi panas.

"Al" Refleks Dimas berjongkok melihat kondisi kaki Almira yang sudah memerah karena luka bakar akibat kopi panas.

"Perih." Keluh Almira yang hampir menangis menahan perih di kakinya.

Wanita itu merasa bersalah akan sikapnya, ia juga ikut berjongkok melihat keadaan kaki Almira. "Maaf." Ucap wanita itu merasa menyesal.

"Dengar buk, saya bisa menuntut Anda karena melakukan kekerasan pada Almira." Ucap Dimas berang.

"Maaf, saya tidak sengaja." Balas wanita itu.

Tanpa memperdulikan wanita itu, Dimas langsung membawa Almira untuk memeriksakan keadaan kaki nya. Dia membawa Almira ke rumah sakit terdekat dari kantornya. Hanya butuh waktu lima menit mereka sudah sampai di rumah sakit.

Sampai dirumah sakit, Almira langsung ditangani oleh dokter.

"Al.." Panggil irfan sambil berlari memasuki ruangan rawat Almira. "Apa yang terjadi?" Sambung Irfan bertanya, sangat jelas ke khawatiran dari wajah Irfan.

.

.

Bersambung

.