Pernikahan Tanpa Cinta,, bukankah itu terdengar menyedihkan,,???
Bagaimana bisa dua insan memutuskan untuk menikah tanpa memiliki perasaan apapun, bahkan mereka tidak saling mengenal sebelumnya.
Ya,, itu terjadi karena sebuah perjodohan yang di lakukan oleh kedua orang tua mereka.
Persahabatan mereka sejak di bangku SMA dan sampai akhirnya mereka terpisah karena menikah dan ikut dengan suami mereka masing masing, membuat mereka jarang bertemu.
pertemuan terakhir mereka terjadi 10 tahun yang lalu sebelum salah satu dari mereka memilih untuk tinggal di luar negeri karna suaminya di tugaskan disana. Sebelum perpisahan itu, mereka sudah berjanji akan menjodohkan anak mereka..
Keinarra Chan Hei dan Elvano Mahendra menikah atas dasar perjodohan.
Tapi siapa sangka, Keinarra atau yang biasa di nanggil berusaha menggambil hati Elvano atau Vano..
Meskipun awalnya dia tidak menyukai Vano, namun dia berfikir jika pernikahan bukanlah sebuah hubungan yang bisa di akhiri begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Wullandarrie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Sejak diperintahkan untuk membersihkan debu pada buku-buku yang berjejer di rak, Keina langsung mengerjakannya tanpa protes.
Selain hanya membuang waktu dan menguras emosi, dia juga enggan membuat Vano semakin kesal. Karna Laki-laki itu paling tidak suka jika perintahnya di bantah.
Sudah 2 jam berlalu, Keina hanya fokus mengerjakan pekerjaannya. Sebenarnya dia tidak terima dengan pekerjaan yang di berikan oleh Vano, tapi sesuatu yang di kerjakan dengan hati yang lapang akan terasa lebih ringan. Jadi dia memilih untuk menerima pekerjaannya dengan senang hati. Anggap saja untuk melatih mentalnya jika suatu saat bekerja di perusahaan lain setelah berhasil membalas perlakuan Vano.
Sementara itu Vano tampak fokus pada laptopnya. Beberapa kali dia menghubungi Juno agar mengirimkan data lewat emailnya. Dan setelah itu suasana kembali hening. Mereka berdua tidak saling bicara walaupun berada dalam satu ruangan.
Suara pintu yang terbuka membuat Keina menoleh. Seorang wanita cantik berpenampilan seksi masuk begitu saja. Wajahnya tampak cemberut dan hanya menatap ke arah Vano tanpa menyadari di dalam ruangan itu ada orang lain.
"Sayang,,, kenapa kamu tidak menjawab telfonku,," Rengeknya manja. Dia berjalan cepat ke arah Vano, berdiri di samping Vano dan duduk di atas pangkuannya begitu saja.
“Kamu tidak lihat aku sedang sibuk.?" Ujar Vano. Walaupun ada nada kekesalan dalam nada bicaranya, namun Vano tampak masih bisa mengontrol emosinya dengan berbicara lembut pada Sindy. Sangat jauh berbeda ketika laki-laki itu berbicara dengan Keina.
"Aku tau, tapi setidaknya kirim pesan padaku kalau tidak bisa menerima telfon." Keluhnya manja. Dia mengalungkan kedua tangannya di leher Vano.
"Aku kangen sama kamu." Suara Sindy mulai terdengar seksi. Dia semakin mendekatkan wajahnya dan seketika menyambar bibir Vano dengan rakus.
Keina yang melihat kemesraan suaminya dengan wanita lain, tampak membulatkan matanya.
Dia jadi teringat adegan menjijikkan mereka berdua di apartemen. Sekarang mereka akan mengulangi lagi di depannya. Tentu saja Keina tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Dia langsung memutar akal, dengan pandangan mata yang masih tertuju pada mereka.
Keduanya tampak semakin lengket, suara kecapan bibir mereka bahkan terdengar jelas di telinganya.
Sindy benar-benar sangat agresif dan pandai membuat Vano tak bisa menolaknya.
Laki-laki itu sampai melupakan pekerjaannya yang belum selesai.
"Kalian pikir aku akan diam saja melihat kalian bersenang-senang di depan ku.!" Geram Keina lirih. Dia buru-buru meletakkan buku di rak, setelah itu langsung membuka 2 kancing kemejanya dan sengaja menunjukkan dua benda kenyalnya yang menggoda.
"Aku pastikan kalian akan bertengkar setelah ini." Gumamnya dengan senyum smirk.
Setelah membuka kancing kemejanya, Keina sedikit mengacak-acak rambutnya hingga terlihat berantakan. Dia juga sengaja menambahkan lipstik di sudut bibirnya supaya terlihat baru saja berciuman.
Keina lalu beranjak dari tempatnya, dia berjalan mendekat ke arah Vano dengan pura-pura tidak melihat keberadaan Sindy.
"Vano,,, aku tidak melihat sisir di kamar mandi. Apa kamu,,," Keina sengaja menghentikan ucapannya saat dua sejoli itu menoleh ke arahnya.
Dia kemudian pura-pura kaget melihat adegan gila itu.
"Ya ampun, apa yang sedang kalian lakukan.?!!" Pekik Keina dengan kedua mata yang membulat sempurna.
"Sayang, kenapa wanita itu ada disini.?!" Tanya Sindy sembari menatap sinis ke arah Keina.
Kehadiran Keina tidak membuat Sindy buru-buru turun dari pangkuan Vano. Dia masih duduk di pangkuan Vano dengan santainya sembari menatap Keina dari ujung kaki sampai kepala.
Pandangan matanya berhenti pada bagian dada ke atas.
Penampilan Keina yang berantakan membuat Sindy menatap tajam penuh curiga.
Apalagi dengan kancing kemeja yang terbuka, dan lipstik yang keluar dari area bibir.
"Dia hanya,,,
"Aku sedang menemani suamiku bekerja." Keina memotong cepat ucapan Vano. Dia tersenyum lebar, kemudian kembali berjalan mendekat.
"Lalu kenapa kamu disini.?"
"Bagaiman bisa kamu duduk di pangkuan suami orang lain. Kamu bisa di cap sebagai pelakor." Cibir Keina halus.
Dia pura-pura merapikan rambutnya, setelah itu mulai mengancing kembali kemejanya.
"Kau,,!! Berani sekali menghinaku.!" Bentak Sindy seraya turun dari pangkuan Vano. Wajahnya seketika memerah, dia tidak terima di sebut pelakor. Sedangkan dia yang lebih dulu ada di hidup Vano selama bertahun-tahun sebelum akhirnya aku merelakan Vano menikah dengan wanita lain.
"Sayang,," Vano menahan tangan Sindy yang hendak menghampiri Keina.
Dia memberikan isyarat pada kekasihnya untuk tidak membuat keributan.
"Kenapa.? Kamu mau membelanya.?!"
"Bukankah kamu sudah janji tidak akan menyentuh wanita sialan itu.?!" Sindy menepis kasar tangan Vano.
"Sekarang lihat.! Apa yang baru saja kalian lakukan di ruangan ini.?!" Sindy menunjuk Keina yang sedang merapikan lipstiknya.
"Pantas saja kamu tidak mengangkat telfonku.!" Geramnya. Dia menatap kesal pada Vano.
Sindy berfikir kalau Vano tidak mengangkat panggilan telfonnya lantaran sedang bermesraan dengan Keina.
"Ini tidak seperti yang kamu lihat. Mana mungkin aku menyentuhnya." Vano berusaha menjelaskan pada Sindy.
Dia kemudian menatap Keina yang tampak sedang menahan tawa.
"Apa mencium dan memainkan dadaku tidak termasuk menyentuh.?" Tanya Keina santai. Dia sengaja bertanya sambil menatap Sindy untuk membuat wanita itu semakin tersulut emosi.
"Diam kamu.!!" Bentak Vano. Dia sampai menggebrak meja kerjanya. Kebenciannya pada Keina semakin menjadi-jadi karna sudah membuat Sindy salah paham padanya.
"Cepat keluar.!!" Titahnya penuh amarah.
"Tidak mau. Bukannya kamu sendiri yang menyuruhku datang ke sini." Jawab Keina.
Vano bergegas menghampiri Keina dan mencengkram pergelangan tangannya.
"Berani sekali membantah ku.!" Bentak Vano sambil menyeret Keina untuk keluar dari ruangannya.
"Cukup.!! Tidak perlu sandiwara di depan ku.!" Teriak Sindy. Dia menatap kecewa pada Vano dan buru-buru pergi dari ruangan itu.
"Sayang dengarkan aku dulu,," Vano menghempaskan kasar tangan Keina dan bergegas mengejar Sindy.
"Good job Keina,," Gumam Keina dengan senyum penuh kepuasan. Meski harus merasakan sakit di pergelangan tangannya, tapi sebanding dengan kepuasan yang dia rasakan saat melihat Sindy dan Vano bertengkar.
-
𝘌𝘯𝘥𝘪𝘯𝘨 𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯, 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘢𝘯𝘯𝘯𝘯..