Menceritakan tentang seorang gadis cupu, berkacamata dan hobi membaca. Orang mengira dia lemah padahal tahu segalanya.
Sebuah kejadian aneh membawa Ratih Prameswari kembali ke jaman dulu, Dia bertransformasi menjadi seorang putri raja yang harus melakukan pernikahan demi keberlangsungan dinastinya.
Tidak bisa menolak saat sebuah kalung tersemat kuat dilehernya , kalung hadiah pertunangan dari sang calon suami. Semakin ingin dilepas justru semakin kuat.
Akhirnya Ratih Prameswari memilih untuk hidup berkompromi dengan segala keanehan atau keistimewaan yang dia alami. Bahkan ketika terbangun dari mimpi yang terasa sangat nyata, Kalung itu tetap ikut kembali bersamanya yang kebetulan berlatar tahun 2008.
Kalung milik seorang putri mahkota abad 8 dinasti Syailendra, Saling membantu memperbaiki karma satu sama lain supaya bisa terlepas dari ikatan belenggu masa lalu.
Bukan Romansa biasa, bagaimana kisah hidup seorang gadis cupu yang ternyata adalah reinkarnasi seorang Ratu ??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweet_mochi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 ibunda sang putri mahkota
Suasana hampir sama di dalam bilik istana kaputren. Sang putri mahkota juga tengah melakukan prosesi pingitan sama seperti Rakai Pikatan. Namun ada yang berbeda dikamar Dyah Pramodhawardani, dia tidak ingin diganggu oleh satu dayangpun saat melakukan meditasi, puasa putihan yang sang putri lakukan hanya mengkonsumi air bening dari kendi serta sekepal nasi putih dua kali sehari.
Aroma dupa Cendana tidak pernah hilang dari bilik kamar sang putri, sama halnya meditasi yang dilakukan Rakai Pikatan calon suaminya, Dyah Pramodhawardani melaksanakan meditasi dengan posisi hampir mirip,
Dalam meditasi nya Dyah Pramodhawardani mencoba untuk tetap nyambung dengan Ibu dewi Avalokitesvara, dia melantunkan pujian pujian seperti yang dilakukan para biksu di alun alun istana atau di pelataran bumishambara.
Ratih prameswari..
ya mbakyu ?
Ini adalah keputusan terbesar yang berani aku ambil atas nama dinasty..
Ya mbakyu, kamu sudah melewati banyak hal bersama Rakai Pikatan
benar..
apakah benih benih cinta sudah mulai tumbuh mbakyu ?
Belum Ratih... aku masih tidak memiliki perasaan apapun untuk kangmas Rakai Pikatan
Cobalah membuka hati mbakyu, aku yakin kamu pasti bisa..
Bukankah setiap detik sampai saat inipun aku sudah mencoba ?
semangat !!
Ayo hibur aku, daripada aku memikirkan hal yang tidak tidak
memangnya mbakyu mikirin apa ??
Banyak... ini dan itu..
***
Sang putri mahkota menceritakan bagaimana masa kecilnya dulu, Kehidupan mewah sudah mendarah daging ditubuh Dyah Pramodhawardani.
Ibunya meninggal 40 hari melahirkan dirinya, itulah sebabnya dia hanya memiliki sang Ayah yang menjadi pelita hidupnya.
Dyah Pramodhawardani kecil sudah sangat cantik, terutama kedua matanya,sangat indah dan mungkin itu warisan dari sang ibunda.
Sang putri kecil tidak memiliki sedikit pun memory tentang ibundanya karena pada kala itu tidak ada yang bisa dijadikan rekam jejak, hanya cerita cerita dari para dayang lah yang membantu bagaimana sang putri kecil menyimpan kenangan ibundanya,
***
Ibunda Dyah Pramodhawardani sebelumnya juga seorang anak Raja , sebelum Ayahandanya melakukan penyerangan di wilayah tanah Jawa yang sekarang menjadi pusat pemerintahan dinasty Syailendra.
Sudah menjadi aturan politik bahwasanya yang memenangkan pertempuran juga akan memenangkan seluruh wilayah beserta isinya. Kala itu Ayah dari ibu sang putri (kakek Dyah Pramodhawardani) melakukan negosiasi politik terhadap Samaratungga ,
Bahwa Kakek sang putri akan menyerahkan wilayah kekuasaan nya dengan syarat, Samaratungga harus menjadikan putrinya sebagai satu satunya ratu yang berkuasa atas tanah jawa.
Karena kakek Dyah Pramodhawardani memiliki firasat, jika di wilayah asal Gusti Samaratungga sebelum menyerang ke tanah jawa bisa jadi sudah memiliki keluarga istri atau bahkan anak.
***
Dan Kakek sang putri tidak akan pernah mengijinkan Gusti Samaratungga membawa "keluarga" nya ke tanah jawa.
"Jika kau ingin berkuasa di tanah ini, maka hanya akan ada satu pendamping mu yaitu putriku" kata Kakek sang putri kala itu
"itu syarat yang mudah.." Gusti Samaratungga menyanggupi.
"Besarkanlah wilayah kekuasaan mu di seluruh Marcapada dengan pusat pemerintahan tetap berada disini, bumi yang kau pijak saat ini, tanah jawa !!" Kakek sang putri melanjutkan,
"Aku menyerah dengan cara damai, karena aku tidak ingin rakyatku menjadi korban untuk pertempuran ini.."
"Aku akan melaksanakan apa yang menjadi keinginan terakhir mu.." ucap Gusti Samaratungga.
"Nikahi putriku dengan cara yang baik dan di restui para leluhur, perlakukan putriku sebagaimana seorang Ratu utama, tidak boleh ada selir selama kalian berkuasa. Jaga dia seperti kau menjaga nyawamu !!" Kakek sah putri menitikkan air mata
"Aku merasakan kesungguhanmu sebagai seorang ayah yang sangat menyayangi putrinya, aku menyanggupi semua ucapanmu Gusti.." Memberi Salam hormat ketika Kakek sang putri melengserkan diri dari singgasana.
"Beri aku waktu 3 hari untuk mempersiapkan perjalanan ku sebagai seorang pertapa.." kata Kakek sang putri yang kemudian berlalu meninggalkan Gisti Samaratungga di aula khusus istana tersebut.
"Niat hati hanya memperluas wilayah kekuasaan, tapi justru aku sendiri terharu oleh ketulusan pemilik tanah jawa ini..." Gusti Samaratungga bermonolog lirih.
***
Tiga hari kemudian
Kakek Dyah Pramodhawardani mengumumkan tentang pengunduran diri sebagai Raja, dan menyerahkan pemerintahan di tangan anak mantunya yaitu Gusti Samaratungga yang sebelum memakai mahkota Raja dia akan terlebih dahulu menikahi putri mahkota yang bernama Dewi Shana..
Seluruh rakyat yang mendengar hal itu merasa sangat sedih, mereka menangis haru. Berharap Junjungannya tidak akan pergi , namun titah Raja adalah mutlak dan rakyat wajib mentaati.
***
Demi menjaga negerinya, sang Raja rela menyerahkan kedudukan nya. Hanya demi mencegah pertumpahan darah yang lebih parah. Sungguh mulia hati sang Raja, seluruh rakyat mendoakan hal hal baik untuk junjungannya.
Sang Raja pergi meninggalkan istana untuk menjadi seorang pertapa, sudah menjadi kebiasaan sejak dari para leluhur terdahulu bahwasanya seorang Raja yang turun dari singgasana akan melakukan pertapaan di sebuah tempat yang jauh dari kehidupan duniawi, sang Raja akan membersihkan diri lewat pertapaan, ada yang didalam hutan pelosok, atau disebuah tempat yang sudah disiapkan sebelumnya.
Raja yang melakukan pertapaan akan menjadi orang suci , Jika Sang hyang widi merestui maka Raja tersebut bisa hidup abadi tanpa harus mati, sering disebut dengan kata "Moksa" (raga beserta jiwa berpindah ke dimensi Alam kelanggengan.)
Raja yang Moksa akan memiliki kelebihan, dia bisa muncul ke dimensi manapun di tiap era kehidupan dan bisa menampakkan diri dihadapan siapapun yang dikehendaki, bahkan bisa mewujudkan diri seperti manusia pada umumnya.
Para Raja yang seperti ini akan menjadi petugas Resmi sang hyang widi dalam ikut serta menjaga kelangsungan hidup putra wayah (anak cucu keturunan nya ) sampai hari Kiamat kelak.
Namun tidak semua Raja akan berhasil Moksa, karena sebagian masih ada yang tidak mau lepas dari keduniawian. Maka setelah pertapaan tersebut Raja akan menjadi pengabdi dalam masyarakat, lebih seperti menjadi orang yang dituakan, dihormati sebagai penuntun di wilayah tertentu, mantan Raja yang seperti ini akan mengabdi sampai ajal menjemput.
***
Pernikahan politik antara Gusti Samaratungga dengan Dewi shana menjadi kabar bahagia sekaligus menyedihkan bagi rakyat.
Entah apakah Dewi Shana bahagia bersama Gusti Samaratungga, banyak rakyat yang ikut simpati memikirkan bagaimana perasaan dewi Shana,
Namun kesedihan rakyat hanyalah sementara, Karena pada masa dimulainya kepemimpinan Gusti Samaratungga , beliau mampu memakmurkan seluruh rakyatnya, atau lebih tepatnya rakyat peninggalan Ayah mertuanya.
Gusti Samaratungga memegang teguh apa yang menjadi wasiat terakhir ayah mertuanya.
Seiring berjalannya waktu, hari berganti hari bulan berganti bulan, tahun berganti tahun Roda pemerintahan dinasty Syailendra semakin berjaya ditanah Jawa. Ajaran yang di bawa gusti Samaratungga bisa membaur dengan kepercayaan rakyatnya yang masih kental dengan kepercayaan terhadap leluhur asli tanah jawa .
Ajaran welas asih, penerapan sikap Asah Asih Asuh seorang pemimpin terhadap rakyatnya semakin lama membuat seluruh negeri menerima dengan lapang dada apa yang menjadi keyakinan junjungannya.
Dewi Shana benar benar menjadi Ratu satu satunya dengan kebahagiaan yang melimpah dari sang suami. Gusti Samaratungga yang awalnya menganggap pernikahan mereka adalah kepentingan politik lambat laun merasakan getaran dari hatinya untuk Dewi Shana.
Mereka berdua hidup bahagia menjalankan roda pemerintahan dinasty bersama sama, bahkan pada akhirnya dewi Shana ikut memeluk apa yang menjadi keyakinan suaminya yaitu Aliran Budha mahayana.
Dewi Shana belajar dari awal semua tentang Budha Mahayana.
Bagaimana kehidupan tercipta,
Siapa yang menjaga keseimbangan jagad alam semesta,
Bagaimana cara sang hyang widi mensucikan raga lewat reinkarnasi,
dan lain sebagainya..
Semakin mempelajari dewi Shana semakin jatuh cinta pada Aliran Budha Mahayana. Hingga menjadi seorang umat yang paling taat.
***
Suatu hari ketika sedang berbincang di salah satu taman istana,
"Adinda.. apakah kehamilan mu baik baik saja ?" kata gusti Samaratungga.
"Kata tabib semuanya baik baik saja kangmas, janin yang berkembang didalam perutku ini sangat sehat" jawab dewi Shana sembari mengusap perutnya.
"Aku tidak sabar menjadi seorang ayah dinda.." ucap Gusti Samaratungga memeluk istrinya penuh kasih sayang
"Semoga janin ini adalah hadiah agung untuk kita berdua kangmas, laki laki atau perempuan tidak masalah, dia akan menjadi kebanggaan dinasti Syailendra.." harapan baik dewi Shana yang semoga saja terkabul.
***
Kehamilan menjelang sembilan bulan membuat Dewi Shana mulai susah beraktivitas, suatu ketika dewi Shana ingin berjalan jalan di taman teratai istana tanpa pengawalan dayang , karena memang dewi Shana sering berjalan sendirian diam diam.
(mungkin bawaan calon bayi) Padahal Gusti Samaratungga tidak pernah sedikitpun lengah meletakkan penjaga disetiap ruang gerak istrinya.
Diperlakukan seperti porcelain rapuh, apalagi ada dua nyawa disana.
Kondisi cuaca hari itu masih basah karena semalaman hujan mengguyur seluruh wilayah tanah Jawa. Dan pagi pagi sekali Dewi Shana pergi sendirian ke taman teratai.
Tanpa Dewi Shana sadari , die menginjak rumput yang masih sangat basah dan licin, Dewi Shana terjatuh dan seketika menangis karena merasakan sakit pada perutnya.
Beberapa dayang yang pagi pagi sekali bertugas membersihkan taman terkejut, melihat junjungannya menangis kesakitan karena terjatuh diatas rumput,
Para dayang membantu dewi Shana kembali ke kamar dengan bantuan tandu yang digotong oleh beberapa punggawa laki laki.
Karena aturannya adalah pelayan, dayang, punggawa, prajurit, tidak ada yang boleh menyentuh junjungannya dengan sembarangan.
Hari itu suasana di bilik kamar Utama sangat riuh, Gusti Samaratungga setia mendampingi dewi Shana tatkala merintih kesakitan dibagian perut.
Tabib sudah memeriksa dan mengatakan bahwa dewi Shana akan segera melahirkan. Meskipun tidak sengaja terpeleset tapi janin itu sendiri sudah mulai mencari jalannya (kontraksi).
Semuanya serba mendadak , namun gusti Samaratungga tetap memerintahkan untuk melakukan yang terbaik.
Para dayang menyiapkan air hangat beserta kain untuk mengelap tubuh dewi Shana, di atas ranjang itu dewi Shana sudah tidak memakai sehelai kainpun, tubuhnya hanya diselimuti oleh kain jarik.
Gusti Samaratungga menahan sang istri supaya tetap bersandar padanya, dewi Shana menangis dan itu hanya semakin membuat gusti Samaratungga ikut menangis.
"bertahanlah adinda..." isak Gusti Samaratungga.
"Ini sangat sakit kangmas !!" tangis pecah dewi Shana
"Gusti, bayinya sudah kelihatan .." kata tabib wanita
"ikuti instruksi saya Gusti Ratu..." lanjutnya
Mengarahkan dewi Shana untuk menarik nafas dalam dalam lalu mengeluarkan perlahan lewat hidung dengan pandangan fokus ke arah tabib.
Setelah beberapa kali melakukan hal itu, tabib berhasil menarik jabang bayi dengan aman.
"Selamat gusti bayinya perempuan.." ucap tabib ketika meletakkan sang bayi di dada dewi Shana.
"Anak kita kangmas .." terharu
"Seorang putri kebanggaan dinasty .. Dyah Pramodhawardani namanya.." ucap gusti Samaratungga yang ikut menangis haru.
Setelah dirasa cukup selanjutnya tabib membersihkan bayi tersebut, para dayang lain dengan cekatan membersihkan tubuh sang Ratu yang berlumuran darah serta air ketuban.
***
Perayaan kelahiran sang putri menjadi kabar bahagia bagi seluruh rakyat dinasty Syailendra..
Gusti Samaratungga memberi hadiah untuk seluruh rakyat berupa bahan bahan makanan pokok serta kepeng kepeng emas, semua mendapat hak yang sama.
***
Namun disisi lain, kondisi dewi Shana tidak semakin membaik meskipun sudah melewati selapan (35 hari). dewi Shana tidak bisa menggerakkan tubuhnya, karena efek terjatuh yang berbarengan dengan lahirnya sang jabang bayi.
Dewi shana selalu dibantu beberapa dayang khusus untuk membantu aktivitas nya, Dewi Shana tetap memberikan ASI ekslusif untuk putri kecilnya, untaian doa dan harapan baik selalu diucapkan, harapan harapan serta impian impian ibundanya menjadi nyanyian indah bagi bayi kecil.
Merasakan hangatnya timangan ibundanya hanya selama 40 hari, karena pada akhirnya Dewi Shana meninggal dunia dengan tenang, Tabib menganalisa meninggalkannya sang Ratu adalah karena berbagai komplikasi didalam tubuhnya, yang bermula dari tragedi menjelang persalinan hingga kondisi tubuh yang tidak segera pulih pasca melahirkan.
(kalau sekarang disebut, komplikasi masa nifas yang disebabkan karena tekanan darah terlalu tinggi ketika melahirkan sehingga beberapa organ dalam tubuh rusak dan menjadi penyebab utama seorang ibu meninggal pasca persalinan)
***
Baru 40 hari yang lalu gusti Samaratungga mengumumkan kelahiran putri mahkota Dyah Pramodhawardani, kini beliau kembali berdiri dengan hati yang hancur menyampaikan kepada rakyat bahwa Dewi Shana telah wafat, istri yang sangat dicintainya telah terlebih dahulu meninggalkan dirinya dan buah hati mereka..
Gusti Samaratungga hanyut dalam rasa duka selama berbulan bulan, selama itu pula Dyah Pramodhawardani dirawat oleh dayang dayang khusus dengan susu sambung dari seorang perempuan yang memang pada jaman itu ada yang bersedia menjadi ibu susu bagi bayi bayi yang tidak memiliki ibu supaya tetap mendapatkan ASI eksklusif.
Ibu susu selalu berada di dalam istana, selama dia menyusui sang bayi akses ke dunia luar sangat dibatasi, namun setimpal dengan jumlah kepeng emas yang diberikan.
***
Dyah Pramodhawardani tumbuh menjadi bayi menggemaskan yang sangat sehat, pintar dan cantik tentunya.
Memiliki mata seindah mata ibundanya, setiap melihat putri kecilnya Gusti Samartungga seperti melihat dewi Shana, itulah mengapa gusti Samaratungga tidak menikah lagi dan menjalankan roda pemerintahan seorang diri. Hidup gusti Samaratungga adalah untuk sang putri kecilnya, Dewi shana kecil bernama Dyah Pramodhawardani.
***
Cerita ini tidak sepenuhnya nyata ,juga tidak sepenuhnya halu..
Like, komen, hadiah ..
vote dan favoritkan untuk update selanjutnya
Sugeng Rahayu 🙏
🤔🤔🤔
mampir dulu...
baru nrmu ini ceritanya....
kok berasa ikutan timetravel yaaa....
keren kereennnn....
👋👋👋✌️✌️✌️