Operator Hati Barata

"Saya kira Pak Bara menginap dirumah Pak Ikhsan atau paling tidak dihotel saat tidak pergi kepertambangan."

Bara tersenyum tipis kearah Agatha yang tengah berbicara padanya namun tanpa menatapnya sama sekali. Pandangan gadis pujaannya itu menatap lurus kearah lautan luas yang ada dihadapan mereka saat ini.

Bahkan keduanya tengah duduk santai diatas pasir putih nan lembab, tidak peduli kalau pakaian mereka basah terkena air laut.

"Dari pertama aku datang kesini, rumah itu yang menjadi persingggahan pertama."

Agatha menganggukan kepalanya pelan, sesekali gadis itu melemparkan cangkang kerang kosong kearah laut. Entah kenapa Bara terlihat sangat menikmati kebersamaan mereka saat ini.

"Lalu, kenapa kamu datang kesini? tumben, biasanya langsung kepertambangan."

Agatha menoleh kearah Bara yang kebetulan tengah menatap lembut padanya. Bahkan Agatha langsung menjadi salah tingkah saat melihat tatapan lembut pria yang ada disebelahnya.

"Apa ada larangannya saya datang kesini? enggak kan? apa Pak Bara pemilik lokasi pantai ini?"

Bara terkekeh kecil mendengar ucapan Agatha, gadis tangguh dan galak ini memang selalu serius saat berbicara dengannya. Nanti kalau diseriusin balik gimana?

"Tidak ada sih, cuma ya tumben saja kamu kesini. Padahal selama satu bulan saya tinggal disini gak ada yang datang ketempat ini, cuma kamu yang datang. Coba kenapa? gak mungkin kan kalau kebetulan saja."

Bara menaruh dagu diatas kedua lututnya, pria itu bahkan menghadapkan tubuhnya kearah Agatha yang masih menatap lurus kearah lautan.

"Tidak harus ada alasan khusus untuk datang ketempat ini kan Pak Barata."

Bara mengulum senyumannya melihat wajah malas Agatha, gadis ini semakin marah malah semakin membuat Bara gemas ingin menggigit manja.

"Kamu lagi putus cinta ya?"

Ucapan Bara sontak membuat Agatha sedikit menegang, pandangannya yang sedari tadi terpaku kearah lautan seketika langsung menatap pada Barata yang tengah menatap jahil padanya.

"Sudah siang, saya harus kepertambangan. Bukannya kita harus mempersiapkan segala kebutuhan yang harus kita bawa kelokasi nanti."

Agatha segera bangkit dari duduknya, gadis itu berusaha mengalihkan pembicaraan Bara. Sedangkan Bara, pria itu masih menatap Agatha dalam dalam. Entah apa yang tengah Bara fikirkan saat ini.

"Kalau ada apa apa cerita saja, jangan pernah kamu pendam sendiri. Kamu bisa anggap aku temen, lebih dari teman juga boleh sih."

Bara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sembari menampilkan senyuman konyolnya. Sedangkan Agatha tidak mengucapkan apa apa untuk menanggapi ucapan Barata.

Gadis tangguh itu membalikan tubuhnya, melangkah meninggalkan Bara yang masih terduduk diatas pasir basah. Kedua manik mata hitamnya menatap sendu pada pungung Agatha yang semakin jauh dari jangkauannya.

Bara menghela nafasnya kasar, bahkan pria itu tersenyum tipis dan miris. Kedua tangannya mengepal erat diatas pasir. Bisakah dia mengungkapkan perasaan yang sebenarnya pada Agatha.

Saat ini Bara terlalu pengecut untuk mengungkapkan rasa yang ada didalam lubuk hatinya pada Agatha. Bukan karena dia takut ditolak namun karena Bara takut Agatha akan menghindarinya seperti waktu itu. Apa lagi gadis itu masih memiliki seorang kekasih, Bara yakin Agatha bukan gadis yang dengan mudahnya membagi rasa untuk beberapa pria.

Bara bisa melihat dari karakter Agatha, gadis setangguh dia tidak akan membelokan hatinya kelain hati. Agatha tipe gadis yang sangat menghargai sebuah ikatan, itu bisa Bara lihat saat Alvian mempermainkan perasaannya beberapa hari yang lalu. Kalau Agatha gadis yang mudah dihasut, pasti dia juga akan melakukan hal yang sama seperti yang Alvian lakukan.

"Bara harus apa Bunda?"

HOLLA MET PAGI PRIBADEH

WELLCOME TO CRAZY UP TODAY

JANGAN LUPA BUAT LIKE VOTE KOMEN HADIAH DAN FAVORITNYA

SEE YOU NEXT PART

MUUUAACCHHH