Meilika seorang siswi kelas 11 berparas cantik dan pintar...tapi akibat ulahnya sendiri dia merasakan akibat dari permainannya sendiri...
"Stop...hentikan..mas, aku hamil anak kamu". Semua orang terkejut mendengar ucapan gadis cantik yang menangis terisak, yang ditujukan pada mempelai pria tersebut.
Ya gadis itu adalah Meilika yang usianya baru 17 tahun
"Siapa kamu, aku tak mengenalmu..bagaimana aku bisa menghamilimu" ucap mempelai pria yang terkejut dengan ucapan meilika.
Penasaran? baca aja yuk
oh ya kak jika berkenan follow Instagram aku mamika759🤭🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nggak mau jadi pembunuh
Tak lama Bima sampai di mall, perjalanannya cukup memakan waktu dari kantornya menuju mall tersebut belum lagi menghadapi kemacetan di jalan. Bima pun berlari menuju restoran yang telah disebutkan Meilika.
Sesampainya di sana ia melihat Meilika yang menangis meraung-raung. Bima yang melihat adiknya menangis meraung-raung pun emosi dan langsung mendorong pintu restoran tersebut untuk masuk kedalamnya. Tapi Bima tidak bisa membuka pintu restoran tersebut karena Kaka yang menguncinya.
Prak... prak.... prak
Bima mengendor keras pintu kaca tersebut.
"Buka pintunya Kaka, kamu apakan adikku," teriak Bima dari luar pintu yang dikunci.
Banyak orang yang berlalu lalang melihat Bima berteriak dan melihat ke dalam restoran yang tampak dari luar.
Seketika tangis Mei berhenti menoleh ke arah pintu restoran. Mei pun beranjak dari tempat duduknya dan berlari menuju pintu untuk membuka pintunya. Kaka yang melihatnya hanya diam duduk di kursinya. Alex menoleh pada Kaka menunggu perintah dari Kaka.
Mei berusaha membuka pintunya tapi pintunya tak kunjung terbuka.
" Mas... Mas..." teriak Mei menangis pada Bima. Mei menoleh pada Alex dan Kaka untuk dibukakan pintu. Kaka yang melihatnya, memberi kode pada Alex untuk membukakan pintunya. Tak lama Alex membukakan pintunya.
Bima masuk dan langsung memeluk Meilika.
" Kamu baik-baik saja" tanya Bima, Mei hanya menangis dan tidak menjawab.
Bima pun melepaskan pelukannya pada Mei. Ia berjalan mendekati Kaka yang masih duduk di kursinya.
Bugh..Bugh..
Bima memukul Kaka dua kali di wajahnya. Sudut bibir dan hidungnya mengeluarkan darah. Mei yang melihat Bima yang memukul Kaka terkejut begitu juga dengan Alex.
Alex berjalan mendekat untuk membantu Kaka.
" Apa yang telah kamu lakukan padanya sampai dia menangis seperti itu?" teriak Bima pada Kaka.
Kaka bangkit dari duduknya dan mengusap darah yang keluar dari bibir dan hidungnya. Tetapi dia diam tak membalasnya.
" Mas, dia nggak ngelakuin apa-apa sama Mei," ucap Mei berjalan mendekati Bima dan memegang lengan Bima.
" Tapi kenapa kamu menangis?" ucap Bima sedikit berteriak.
" Mei nangis karena Mei menyesali perbuatan Mei, Mei yang tidak memikirkan perbuatan Mei bisa membahayakan orang lain," ucap Mei menangis. Bima yang mendengarnya terdiam, emosinya melemah.
" Mei nggak mikir pada saat itu kalau orang tuanya punya penyakit yang sama seperti papa. Hiks... hiks... Mei bisa jadi pembunuh pada saat itu jika orang tuanya terkena serangan jantung. Hiks...hiks," ucap Mei yang sudah terduduk di lantai dengan tangis yang meraung.
" Mei... nggak mau jadi pembunuh... Mei nggak mau... Mei nggak mau jadi pembunuh," ucapnya lagi yang terduduk sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan kakinya menendang-nendang lantai.
Bima ikut duduk dan memeluk Mei. Hanya kata maaf yang terus terucap dari mulut Bima. Bima merasa sakit melihat adiknya menderita karenanya.
Kaka yang menahan sakit pada wajahnya melihat Mei yang menangis meraung-raung pun merasa kasihan dan tersentuh. Ia melihat rasa penyesalan pada diri Mei.
Kaka mengajak Alex untuk pergi meninggalkan Bima dan Mei dari restoran. Mereka tidak menghiraukan orang-orang yang melihatnya. Mereka pun pergi dari restoran dan keluar dari mall tersebut.
Sepanjang perjalanan keluar dari mall Kaka menahan rasa sakit pada wajahnya.
"Muka loh nggak papa?" tanya Alex.
"Loh nggak liat muka ganteng gue kayak gini, masih aja loh bilang gak apa-apa," ucap Kaka yang kesal pada Alex.
"Kenapa nggak loh bales?" tanya Alex lagi.
"Untuk apa? Gue dah males bales mukul orang kayak dia. Pasti dia sudah terluka melihat adiknya menangis meraung seperti itu," Ucapnya pada Alex.
Mereka pun sampai di lobby mall tempat mereka memarkirkan mobilnya. Mereka masuk ke dalam mobil.
"Mau ke rumah sakit?" tanya Alex.
" Nggak usah, ke apartemen aja, gue bisa obati sendiri," jawab Kaka.
Alex melajukan mobilnya menuju Apertemen Kaka. Sesampainya di Apartemen Kaka, Alex mencari kotak obat lalu menuju dapur memasak air panas untuk membantu membersihkan dan mengobati wajah Kaka.
Bima dan Mei pun pulang dari mall tersebut menuju apartemen Bima. Mei menghubungi orang tuanya akan pulang malam. Mei tak ingin pulang kerumahnya dengan wajah yang berantakan dan mata yang sembab akibat menangis. Mereka pun pulang ke Apartemen Bima.
Bersambung
Jangan lupa like, vote dan komentarnya