"kamu pembunuh"
"kamu pembawa keburukan bagi kehidupanku"
"seharusnya kamu tidak pernah lahir"
Sabrina harus menanggung semua perkataan dan perlakuan buruk dari ayah kandungnyan yang sangat membencinya. Hingga akhirnya Sabrina di buang oleh ayah kandungnya sendiri.
Semua kesedihan Sabrina berakhir saat Bibi adik dari ibunya mengajaknya tinggal bersama keluarga besar ibu Sabrina di kota Solo.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cacasakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 25
Rani dengan perlahan-lahan memapah Anjani menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai di mana Bima beristirahat. Dengan sedikit uang dan kekuasaannya Rani mengetahui kamar Bima lalu kembali membantu Anjani menuju kamar Bima.
Pintu lift terbuka, Anjani yang masih merasa pusing tidak dapat melihat dengan jelas siapa yang membawanya. Rani melihat sinis ke arah Anjani di mana obat yang ada di tubuhnya sudah bereaksi.
Dasar cewek beg*, sekarang kamu rasakan pembalasan dari gue Raka. Karena lu udah mempermalukan gue, sekarang tunangan lu yang merasakan akibatnya. Awalnya gue mau bikin lu minum obat itu, siapa sangka malah adik lu yang minum. Walau rencana gua gagal tapi pembalasan dendam gue akan terjadi hari ini Rani menatap Anjani yang seperti cacing kepanasan.
Ting....
Pintu lift terbuka, dengan bersusah payah Rani memapah Anjani yang mulai lepas kendali. Rani melihat ada house keeping yang sedang membersih kan kamar tamu.
Ternyata dewi fortuna masih senantiasa bersama ku, sekarang hanya menunggu Raka pergi dari kamar Bima agar gue bisa memasukkan cewek ini ke kamarnya Bima guman Rani yang memilih bersembunyi di kamar yang bersebelahan dengan kamar Bima.
Tidak berapa lama Raka keluar dari kamar Bima, Rani dapat melihat Raka yang melangkahkan kakinya menuju lift.
Dengan Sabar Rani menunggu Raka meninggalkan lantai itu. Setelah merasa aman Rani keluar dari persembunyiannya. Dia lalu menemui house keeping sedang mendorong trolley menuju ruangan khusus karyawan.
“permisi mas” panggil Rani pada house keeping berhenti lalu menatap Rani dan Anjani.
“iya nona, ada yang bisa saya bantu” tanya House keeping itu.
“gini mas, kakak saya Raka membawa kunci kamar. Padahal saya di suruh bawa kakak ipar untuk beristirahat di kamar, dia sudah merasa sangat pusing sekali” bohong Rani dengan sedikit memberi imbalan pada house keeping itu.
House keeping itu menatap Anjani dengan muka yang sudah memerah dan sudah hampir tidak sadarkan diri.
“baiklah nona, akan saya bukakan” House keeping memegang kunci master. Membantu Rani memapah Anjani yang sudah di kuasai obat yang tidak sengaja di minumnya.
Setelah pintu terbuka Rani masih memapah Anjani mengucapkan rasa terima kasih pada petugas house keeping itu.
“apa perlu saya bantu untuk membawa nona ini kedalam?” tawar house keeping itu,
“tidak usah, “ Rani tampak sedikit panik membuat petugas house keeping itu mengerutkan dahinya.
“maksud saya, tidak usah mas. Saya bisa kok” Rani secepatnya mengusir petugas house keeping itu.
Setelah kepergian petugas itu, Rani memeriksa ke dalam kamar itu, dia melihat ke sekeliling mendapati ruang tamu yang kosong, dia lalu memapah Anjani masuk ke dalam kamar, dapat terdengar oleh Rani suara pancuran air yang mengalir dari kamar mandi.
Dengan perlahan-lahan Rani memapah Anjani yang masih seperti orang mabuk, tidak lupa dia melepaskan gaun malam milik Anjani meninggalkan pakaian dalam yang masih menutupi dua aset yang di simpan rapat. Rani membantu merebahkan Anjani di atas ranjang, dia terlihat menggeliat-geliat kepanasan akibat obat yang di berikan Rani.
Rani secepatnya keluar dari kamar itu saat tidak lagi mendengar air pancuran shower di kamar mandi. Dia meninggalkan Anjani begitu saja, melangkahkan kakinya menuju lift dengan senyuman penuh kemenangan di bibirnya.
“selamat untuk kehancuran lu cewek murah**n” Rani masuk ke dalam lift dan kembali bergabung dengan kedua orang tuanya.
***
Wulan yang selesai sholat isya merasa hatinya tidak tenang dan was-was. Entah mengapa Dia begitu merasa berat hatinya membiarkan Anjani pergi ke pesta bersama Eliana, Raka dan Bima.
Ada rasa kekhawatiran di hatinya, berkali-kali dia menatap jam di dinding, dia tahu jika malam ini Anjani akan menginap di rumah Helena karena pesta yang akan berlangsung hingga larut malam.
Apa gerangan yang akan terjadi? Napa hati ini ndak tenang yo, semoga ndak terjadi apa-apa dengan putriku Aamiin ya Rab Wulan berdoa dalam hati masih menatap jam di dinding kamarnya.
Cakra yang masuk ke kamarnya menatap heran istrinya yang terlihat gelisah.
“ada apa ma? Kok papa lihat mama gelisah gitu. Apa ada maslah yang mengganggu mama?” Tanya Cakra menghampiri Wulan.
“ndak apa-apa pa, mama hanya merasa sangat khawatir dengan Anjani. Ndak tahu kenapa mama ngerasa akan terjadi sesuatu” Wulan semakin gelisah.
“mama tenang saja kita mengenal siapa Raka, Eliana dan juga Bima. Mereka akan menjaga Anjani. Sebaiknya sekarang kita istirahat, semuanya akan baik-baik saja” Cakra menenangkan Wulan.
“Iya pa, akan mama coba” Wulan mencoba duduk dan mengistirahatkan dirinya. Dia mencoba untuk tidur dan melupakan semua kekhawatirannya.
***
Di kamar mewah hotel AST, Bima keluar dari kamar mandi. Dia mencoba mandi dengan air dingin untuk mengurangi efek dari obat yang di campurkan ke minuman milik Raka.
Obat itu benar-benar sudah sangat menguasainya, dirinya masih merasakan efek dari obat yang menra***ng ke lelakiannya. Dia pun keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalut handuk yang melingkari pinggang bagian bawah. Wajahnya masih memerah, dengan sedikit linglung dia melangkahkan kakinya menuju ranjang di kamar hotel itu.
Dengan hati-hati Bima mencapai ranjang dan membaringkan tubuhnya. Dia sama sekali tidak menyadari jika Anjani berada di sampingnya juga merasakan hal yang sama.
Bima memalingkan wajahnya ke samping menatap perempuan di sampingnya dengan pandangan berkabut penuh hasrat di matanya. Dia menatap perempuan di sampingnya dengan mengedipkan mata berkali-kali.
“Anjani” Bima memanggil nama Anjani, perempuan yang merupakan tetangga di rumah yang telah menawan hatinya.
Anjani juga menatap ke arah Bima dengan Hasrat yang sudah tidak bisa di tahannya.
“Kak Bima” Anjani menatap Bima yang menyangka dirinya sedang bermimpi.
“jika ini mimpi maka aku tidak akan menyia-nyiakan hal ini, Anjani....aku sangat mencintaimu” Bima kini berada di atas tubuh Anjani yang di kirannya adalah mimpi.
“Kak..... Bima.... panas” Anjani menceracau tidak jelas.
Bima yang menyangka dirinya dalam dunia mimpi segera mencium bibir indah Anjani. Tidak lupa pula tangannya yang berjalan-jalan menaiki puncak pegunungan yang masih tertutup lapisan pagar lembut berbahan sutra.
Ciuman yang menggebu membuat hasrat keduanya semakin tidak tertahankan, tangan Bima sudah membuka satu-satunya kain yang menutupi tubuhnya dan tubuh Anjani.
Matanya menatap pemandangan indah di bawah tubuhnya. Anjani masih menggeliat, lembah dengan gua yang masih bersegel telah di banjiri dengan air yang entah dari mana asalnya.
Otong Bima sudah siap tempur untuk bersembuyi di gua musuh, dia tidak perduli dengan keadaan gua yang basah dan licin. Si otong sudah tidak sabar masuk ke dalam gua yang masih bersegel dan bermain di dalamnya.
Bima menolong otong untuk masuk ke gua sempit dan bersegel itu. Dengan susah payah otong mencoba masuk ke dalam gua dan bersembunyi sementara di sana.
Sekali dua kali tubuh otong belum berhasil masuk sepenuhnya ke gua sempit itu. Otong pun menghentakkan dirinya hingga menembus segel yang mengeluarkan cairan berwarna merah.
“Aaaaw....ssh...” Terdengar pekikan tertahan dari Anjani yang merasa kesakitan, saat dirinya yang tidak sadar atau masih dalam pengaruh obat telah menyerahkan mahkota yang di jaganya pada Bima yang juga dalam pengaruh obat.
*************
secepatnya author akan up lagi tiap hari, mohon bersabar menunggu kelanjutannya...🤗🤗🤗🤗
tetap terus dukung Author😊😊😊
dengan cara like, vote dan tipnya.....ya.... plisss🙏🏻🙏🏻🙏🏻
jangan lupa juga kasih rate dan commetnya yang positif agar Author semakin semangat💪🏻💪🏻💪🏻 buat nulisnya...✍️✍️✍️
( Π_Π )
makasih..... tetap semangat 🤗🤗🤗🤗
❤️❤️❤️❤️❤️ all...
buat saya,,,ini sangat lah menyebabkan,,,
kenapa ?,,,
karena sesuatu yang tidak adil terjadi pada raka,,
kali ini coba saya intip lagi,,,siapa tau author membelokkan alur cerita,,, walaupun saat ini kenyataannya bisa di ibarat kan bahwa Sabrina hanya tinggal ampas untuk raka,,,,walau harus dengan menSCROLL setiap jalan cerita yang menjelaskan soal Sabrina dan suaminya,,,😓