NovelToon NovelToon
Bunga Yang Berdarah

Bunga Yang Berdarah

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Selingkuh / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Chicklit
Popularitas:61.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ellani

“Diana … kamu akan diberi hukuman mati karena telah melakukan percobaan pembunuhan.”

Diana yang sudah sangat lemah diikat dan di arak ketengah tempat eksekusi. semua rakyat dan bangsawan melihatnya, mereka melemparnya dengan batu dan mengumpat kepadanya.

Kepala Diana ditaruh di tiang untuk di penggal.

Diana melihat kearah Wanita yang dicintai suaminya dan melihat ayah serta kakaknya yang masih tetap membencinya hingga akhir hayatnya.

“Kenapa kalian sangat membenciku?” gumam Diana.

Jika aku bisa mengulang waktu, maka aku tidak akan lagi mengemis cinta kepada kalian.

KRAK. Suara alat penggal terdengar keras memenggal kepala Diana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 Melewati Tes

Diana berjalan di lorong istana mengikuti Raja Alaric dengan ajudan Tuan Calder yang berjalan di belakang mereka. Lorong sangat sepi sehingga mereka bisa mendengar suara langkah kaki mereka sendiri.

Diana melihat pundak lebar sang Raja yang berjalan dengan tegap. Siapa sangka pundak yang menanggung banyak beban ini ternyata memiliki penyakit yang ia sembunyikan.

Diana ingat di kehidupan pertama, ia mengetahui Raja sakit saat penyakitnya semakin parah.

Mereka akhirnya tiba di ruang kerja Raja.

Calder segera melangkah maju dan membuka pintu untuk Raja dan Diana.

“Apa kau tahu mengapa aku memanggilmu?” tanya Raja sambil duduk di kursi kerjanya.

Diana berdiri di hadapan sang Raja.

“Saya tahu, Yang Mulia,” jawab Diana.

Raja menghela napas. Diana mengingatkannya pada Duchess Kaedra, namun kekuatan mereka sama sekali berbeda. Apa mungkin Kaedra menyembunyikannya?

Diana melirik sang Raja yang menarik napas panjang. Ia tahu apa yang Raja pikirkan.

“Yang Mulia, aku tahu apa yang Anda khawatirkan... Yang Mulia tidak perlu memikirkannya.”

“Apa kau tahu apa artinya setelah menunjukkan kekuatanmu?”

“Aku akan dihormati seperti ibuku?” Diana memiringkan kepalanya. Hanya itu yang bisa ia pikirkan.

Wajah Raja menegang sesaat.

“Lalu, menurutmu apa yang aku khawatirkan?” tanya Raja lagi.

“Jika orang tahu kekuatanku, maka mereka akan berbondong-bondong menghampiriku karena penasaran sehingga membuatku terganggu,” jawab Diana dengan ekspresi santai.

“Haah... bukan itu.” Raja mencubit kedua alisnya.

“Apa kau mengkhawatirkan aku akan mengikuti perang?” tanya Diana.

Raja menatap Diana.

“Yang Mulia... aku akan mengikuti perang di perbatasan. Itu tujuanku menunjukkan kekuatanku di depan orang-orang.”

Raja tiba-tiba berdiri.

“Aku tidak mengizinkannya,” ucapnya.

Calder yang awalnya diam, setelah mendengar ini ia membelalakkan matanya. Apa dia salah dengar?

Diana tersenyum sedih. Sudah ia duga kalau Raja tidak akan setuju, karena Raja menganggapnya sebagai putrinya.

“Aku ingin menjemput suamiku,” ucap Diana. Huek... aku rasa ingin muntah setelah mengatakan ini.

Raja mengerutkan keningnya dan tidak menjawab.

“Yang Mulia... aku tahu Anda mengkhawatirkan saya.”

“Tapi saya bisa... apa Anda lupa dengan latar belakang keluargaku?” tanya Diana. Keluarga Eldenhart adalah keluarga master pedang, ditambah ia memiliki kekuatan yang berasal dari leluhur pihak ibu.

Raja memikirkannya. Ia telah mendengar kalau Diana telah berlatih pedang sendirian. Meskipun ia sendiri tidak tahu mengapa Diana berlatih secara diam-diam.

“Kalau begitu, kau harus melewati tes yang aku berikan,” ucap Raja.

“Tes?” Diana sedikit bingung. Apa tes yang dimaksud adalah bertarung? Hah... itu sangat mudah.

Beberapa saat kemudian.

“Yang Mulia... apa Anda yakin ini adalah tes?” tanya Diana.

Di depan mereka, Raja meletakkan beberapa dedaunan kering dan jerami kering dengan ranting kayu.

“Jika kau ingin pergi berperang, maka kau harus memiliki skill bertahan hidup terlebih dahulu,” jawab Raja.

“Bukankah skill bertarung lebih penting? Dan juga kita bisa menyalakan api dengan sihir dari sang penyihir?” tanya Diana bingung.

“Ehm... jika kau tidak bisa, maka lupakanlah.” Raja berbalik hendak meninggalkan Diana.

“Baiklah... aku akan melakukannya,” ucap Diana. Hanya menyalakan api bukan? Itu sangat mudah, karena dia telah melakukannya di kehidupannya sebelumnya.

Diana berjongkok dan mulai memutar ranting kayu untuk menghidupkan api.

Raja melihat Diana melakukan apa yang ia katakan.

“Menyalakan api sangat susah, butuh waktu lama bagi pemula. Diana pasti akan menyerah,” pikir Raja.

WUUUB. Kobaran api muncul seketika.

“Aku sudah menyalakannya, Yang Mulia,” ucap Diana dengan santai sambil melemparkan ranting ke dalam kobaran api.

Raja melihat sekeliling. Ini adalah salah satu taman kerajaan, dan rumputnya mulai terbakar.

“A-air! Cepat ambil air!” ucap Raja dengan panik karena melihat api mulai merambat.

Para pelayan segera mengambil air untuk mematikan api itu.

SRUU. Api sudah dipadamkan dengan air.

Raja melihat lingkaran rumput yang terbakar.

“Ehm... kita akan melakukan tes selanjutnya,” ucap Raja sambil berjalan ke arah pohon.

Diana dan Calder mengikuti Raja dari belakang. Para pelayan mengikuti dari jauh.

“Pohon ini... panjat lah,” ucap Raja sambil menunjuk pohon.

Diana terdiam sesaat dan menundukkan kepalanya.

Melihat ini, Raja tersenyum. Apa kini Diana akan menyerah?

Diana mengangkat roknya dan mengikat gaunnya di pinggang untuk memudahkannya memanjat.

Semua orang yang melihatnya panik.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Raja. Bagaimana bisa seorang Putri bangsawan memperlihatkan kakinya?!!

“Ini akan memudahkanku untuk memanjat,” jawab Diana sambil memegang gaunnya.

“Cukup. Tidak perlu memanjat pohon, ikut aku ke tempat selanjutnya.”

Diana bingung dan segera membenarkan gaunnya.

Olim segera berlari dan membantu Diana memperbaiki gaunnya. “Yang Mulia, bagaimana bisa Anda melakukan itu?” bisik Olim.

Olim dari tadi hanya bisa melihat dari jauh dengan gugup.

“Tenanglah,” jawab Diana dengan senyum di wajahnya.

Diana segera melangkah mengikuti sang Raja.

Saat ini mereka berjalan menuju arena pertarungan atau arena pelatihan tempat para prajurit berlatih.

Prajurit yang berada di dalam terkejut dengan kunjungan tiba-tiba ini. Mereka segera berdiri dan memberi hormat.

“Yang Mulia... apa ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang komandan.

“Apa kau memiliki prajurit yang mumpuni?” tanya Raja.

“Apakah ini untuk dijadikan prajurit pribadi Putri Diana?” tanya komandan sambil melirik Diana.

Raja melihat Diana.

“Prajurit seperti apa yang kau inginkan?” tanya Raja.

Diana melihat sekeliling, pandangan Diana terpaku pada salah seorang prajurit yang sibuk membersihkan pedangnya.

“Dia,” ucap Diana sambil menunjuk.

Raja dan komandan melihat prajurit yang Diana tunjuk.

“Yang Mulia... ia hanyalah prajurit lepas yang baru saja kembali dari misi,” jawab komandan. Meskipun pemuda itu kuat, tetapi dia tidak mau menjadi penjaga seseorang.

“Aku tahu,” ucap Diana dan kembali melihat Raja.

Raja sedikit ragu, namun melihat kepercayaan diri Diana itu sedikit menghilangkan keraguannya. Jika terjadi sesuatu, maka ia hanya perlu menghentikan pertarungan ini.

Pemuda yang ditunjuk itu mengerutkan kening.

“Maaf, saya menolak, karena saya tidak berniat untuk menjadi penjaga,” ucapnya sambil menunduk dalam sebagai permintaan maafnya.

“Apa kau bilang?” Raja mengerutkan kening. Meskipun ia tidak memintanya untuk menjadi penjaga, tetapi dia berani sekali menolak perintahnya!!

“Yang Mulia... kita ke sini bukan untuk itu,” ucap Diana dengan cepat. Ia tidak ingin Raja memarahi prajurit itu, hanya membuang – buang tenaga saja.

Diana melihat pemuda itu. Rambut cokelat, mata kuning... ia mengetahuinya dengan sekali lihat bahwa ini adalah anjing penjaga pemeran utama wanita yang bernama Zero.

“Zero! Apa kau gila?!” teriak komandan.

“Yang Mulia... maafkan aku, ini semua karena aku kurang mendidiknya,” ucap Komandan.

“Bagaimana kalau Yang Mulia memilih prajurit lain?” tawar sang komandan.

“Aku akan tetap memilih dia,” ucap Diana.

“Aku tidak bisa melakukannya,” ucap Zero dengan cepat.

Mendengar perdebatan mereka membuat Komandan menjadi sangat pusing.

Diana melangkah maju “Aku ke sini bukan untuk mencari penjaga. Aku bisa melindungi diriku sendiri.”

Mendengar ini, Zero mengerutkan kening. Ia melihat Diana dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dengan badan seperti itu, apa dia bisa melindungi dirinya sendiri?

Diana tahu Zero meremehkannya.

Diana menaruh kedua tangannya di pinggang dan tersenyum. “Aku ke sini untuk bertarung,” ucapnya.

Semua orang yang mendengar ini terkejut.

Raja yang awalnya kesal, entah mengapa menjadi sedikit bangga.

1
Tuxepos Jasmine
ini ga daily up yahhh ka.....🥲🥲🥲
Retno Isma
kapan cerainya kakak???
Shion Hin
ahhh... gk sabar deh.. 😄😄 semangat kakak author... 💪
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Osie
maruk boleh gak yaaa..thor pliizz upnya double boleh yaaaaaa🙏🙏🙏🙏/Rose//Rose//Rose//Rose//Rose/
Tiara Bella
semangat 😍
Biyan Narendra
next thor..
Biyan Narendra
penasaran
Erna Masliana
lanjut 💪..aku berharap up tiap hari 😁
Yunita Widiastuti
💪💪💪🥮
R@3f@d lov3😘
tentu saja bertemu denganmu lucien😏dan menunjukkan kalung pemberian darimu dari kehidupan sebelumnya.... maybe🤔
𝓡𝓪𝓲𝓷𝓪 (来奈)
Lanjut kak 😊
𝓡𝓪𝓲𝓷𝓪 (来奈)
Sang penulis itu ya kak author dong 🤣🤣🤣
Lukman Lukman
💪💪💪💪💪
Yunita Widiastuti
sak karebmu thor...
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Erna Masliana
masa baru hidup kembali mau metong lagi
R@3f@d lov3😘
apakah ada pemain baru,,karena alur ceritanya udah beda
Tuxepos Jasmine
author nya kahhh yg mau diana metong???😱😱😱😱😱jgn laaah thor ...masa udh 3 kehidupan diana metong skr metong jg😅😅😅😅
Osie
thor dirimu ya penulisnya jad8 jgn ngadi ngadi bikin Diana mati...bakal di demo seantero jagat dirimu thor
FHR: Ho oh😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!