NovelToon NovelToon
Bu Guru, I Love You

Bu Guru, I Love You

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dede Dewi

Menjadi seorang Guru adalah panggilan hati. Dengan gaji yang tak banyak, tetapi banyak amanah. Itulah pilihan seorang gadis bernama Diajeng Rahayu. Putri dari seorang pedagang batik di pasar Klewer, dan lahir dari rahim seorang ibu yang kala itu berprofesi sebagai sinden, di sebuah komunitas karawitan.
Dari perjalanannya menjadi seorang guru bahasa Jawa, Diajeng dipertemukan dengan seorang murid yang cukup berkesan baginya. Hingga di suatu ketika, Diajeng dipertemukan kembali dengan muridnya, dengan penampilan yang berbeda, dengan suasana hati yang berbeda pula, di acara pernikahan mantan kekasih Diajeng.
Bagaimana perjalanan cinta Diajeng? Mari kita ikuti cerita karya Dede Dewi kali ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dede Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Diajeng?

Pak Hanif mengantarkan pak Sabari ke rumahnya dengan pendampingan pak Bejo. Sampai di rumah, Pak Sabari dituntun ke kamarnya, dan pak Hanif turut serta membantu. Saat di kamar pak Sabari, mereka berbincang sejenak.

"Nif, kamu serius dengan rencana kita?" tanya Pak Sabari.

"InshaaAllah jadi, Ri. Rencananya nanti malam aku akan menemui adikku dan anaknya dulu, akan aku sampaikan niatan kita ini, begitupun denganmu, kau bisa sampaikan rencana kita ini kepada putrimu juga." kata pak Hanif.

"Tidak, Nif, aku tak akan sampaikan rencana ini padanya. Biarkan nanti jadi kejutan aja buat dia." jawab Pak Sabari.

"Lah, nanti kalau dia menolak, bagaimana?" tanya pak Hanif khawatir.

"Tidak akan. Kami sudah membuat perjanjian." jawab pak Sabari.

"Hahaha, perjanjian apa, Ri? Perjanjian Linggarjati, Perjanjian hudaibiyah atau perjanjian apa? Ada ada saja kamu ini. Ya sudah kalau begitu, jaga kesehatanmu, aku pulang dulu ya." pamit pak Hanif.

"Baiklah. Sekali lagi, Terimakasih ya Nif. sudah mengantarku." kata Pak Sabari.

"Iya, sama-sama." jawab Pak Hanif sambil berjalan keluar kamar.

"Pak Bejo, tolong antarkan pak Hanif sampai depan ya." pinta pak Sabari kepada pak Bejo. Tukang kebun setianya.

"Baik pak." jawab pak Bejo patuh.

💜💜💜💜💜💜💜💜

Malam hari disebuah rumah cukup besar di pinggiran kota, seorang laki-laki paruh baya mengetok pintu rumah itu.

Tok tok tok

"Assalamu'alaikum, Dek, Ijah..." salam pak Hanif kepada sang pemilik rumah.

"Wa'alaikumussalam. Ya mas, bentar." jawab seseorang dari dalam.

Pintu terbuat dari kayu jati itu terbuka perlahan dari dalam, menampakkan sesosok wanita anggun dengan balutan jilbab hitam panjang hingga menutupi setengah dari tubuhnya. Saat melihat pak Hanif, wanita itu segera meraih tangan pak Hanif dan mencium punggung tangannya.

"Lah, kok njanur gunung ini mas, main ke rumah kami malam-malam." tanya wanita itu yang bernama bu Ijah.

"Iya, aku sudah lama tidak menjenguk kalian, lama tidak berkunjung ke rumah ini? Apa kabarmu dek? Anak-anak sehat?" tanya pak Hanif dengan lembut.

"Alhamdulillah mas, baik semua. Nazifah juga kabarnya baik, katanya dia masih di rumah mertuanya." jawab bu Ijah.

"Kalau Hisyam?" tanya pak Hanif.

"Alhamdulillah, Hisyam juga sehat." jawab bu Ijah.

"Di mana dia sekarang?" tanya pak Hanif.

"Lagi dikamarnya mas, lagi ngaji. Biasanya dia akan mengaji hingga terdengar adzan isya'." jawab bu Ijah.

"MaasyaaAllah, tidak sia-sia dia dulu disekolahkan di pesantren, akhlaknya InshaaAllah bisa membawamu dan suamimu ke surga." jawan Pak Hanif.

"MaasyaaAllah, aamiin mas."

"Oya mas, mau minum apa, Ijah ambilin dulu." tanya bu Ijah.

"Sepunyamu wae. Ada teh ya teh, ada kopi ya kopi, ada susu ya susu." jawan pak Hanif.

"Adanya cuma air putih ki mas hehe." jawab bu Ijah nyengir.

"We lha dala. Gayane nawarin, ternyata mung punya air putih... ya wis, air putih aja." keluh pak Hanif sambil memegang keningnya.

"Eh, bukan ding mas, air bening maksudku. Kalau air putih nanti dikira susu putih lagi." ralat bu Ijah, yang hafal betul dengan sikap jahil kakaknya.

Sekalipun mereka telah berusia lanjut, sama sama sudah bercucu, tetapi keduanya masih sangat harmonis dan humoris.

"Wo lha nggih. Ya wis, air bening wae." jawab pak Hanif sambil menyilangkan kakinya.

Tak menunggu waktu lama, Bu Ijah telah membawakan susu coklat, Kopi hitam, wedang jeruk dan air putih untuk mas nya.

"Meniko kang mas..." kata Ijah sambil meletakkan gelas dan cangkir diatas meja tamunya.

"Walah, lha kok akeh men, Nduk?" tanya pak Hanif heran.

"Kebetulan ada semua mas, tinggal dipilih saja." kata bu Ijah sambil duduk di samping mas nya.

"Ya wis, tak incip dulu." kata pak Hanif sambil menyeruput kopinya.

Setelah rileks, Hanif mulai meyinggung terkait perjodohan Hisyam

"Bagaimana dengan rencanamu untuk menjodohkan Hisyam?" tanya pak Hanif.

"Tentu itu masih kuusahakan mas." jawab Ijah.

"Aku sudah mendapatkannya." jawab Hanif.

"Mendapatkan?" tanya Ijah tak percaya

"Ya, aku suah mendapatkan calon untuk Hisyam. Makannya malam ini aku ke sini." kata Pak Hanif.

"Owalah, alhamdulillah kalau begitu. Siapa mas?" tanya bu Ijah kepo.

"Anaknya temanku mondok dulu."

"Temen Mondok? Siapa?" gumam Bu Ijah semakin penasaran. Seketika pikirannya melayang ke masa lalu. Masa-masa dia masih sangat belia, merasakan rasanya menyukai pada lawan jenis untuk pertama kalinya. Dan. lawan jenis nya itu ternyata adalah seorang sahabat dari mas nya. Dia akan merasa sangat senang ketika sahabat dari kakaknya itu berkunjung ke rumahnya kala itu.

"Gadis ini baik, pinter dan yang jelas cantik. Namanya Diajeng. Putri dari sahabatku, Sabari." jelas pak Hanif yang seketika membuat bu Ajeng menegang, nama itu...

Saat itu juga adzan isya' berkumandang, Tampak Hisyam keluar dari kamarnya dengan mengenakan pakaian sholat lengkap.

"Lhoh. pakde? Dari tadi?" tanya Hisyam.

"Ya, lumayan, le. Daripada sibumu ini, lumanyun." ejek pak Hanif pada sang adik.

"Mas Hanif ni..." ujar bu Ijah malu didepan anaknya.

"Mau ke masjid, le?" tanya bu Ijah.

"Iya bu."

"Pakde bareng ya , le." ucap pak Hanif.

"Siap pakde."

Hanif dan keponakannya Hisyam berjalan beriringan menuju masjid. Hingga setengah jam kemudian, mereka sudah kembali pulang dengan keadaan lebih segar. Hanif menanyakan kesibukan keponakannya dan hal lainnya. Hingga sesampainya di rumah, mereka disambut bu Ijah dengan hangat, dan diajak makan malam bersama.

Ditengah makan malam, pak Hanif mulai masuk pada tujuannya datang ke rumah ini.

"Hisyam."

"Ya pakde?"

"Berapa umurmu sekarang?"

"35 pakde." jawab Hisyam enteng sambil memasukkan makanannya masuk ke dalam mulut.

"Sudah terencana untuk menikah belum?" tanya pak Hanif mulai masuk pada inti.

Hisyam menoleh ke arah pakde yang sudah dia anggap sebagai ayahnya sendiri. Bu Ijah mengagguk, memberi isyarat kepada Hisyam, memberi isyarat pada putranya, supaya menjawab ya.

"Ehm, i-iya pakde, InshaaAllah." jawab Hisyam ragu.

"Kalau memang kamu bersedia, nanti malam kita akan melamar seorang gadis." kata pak Hanif tegas.

Hisyam tak menyahut, dalam pikirannya baru tadi pagi dia bak melihat bidadari yang turun dari langit, dan nyasar di SMA Veteran, baru juga niatnya ingin dia sampaikan kepada keluarganya, ternyata keluarganya sudah lebih dulu menawarkan orang lain untuk dirinya. Sekelebat wajah ayu dari seorang bu guru itu hadir kembali di pelupuk mata.

"Astaghfirullah." lirih Hisyam.

"Namanya Diajeng Rahayu, Dia anak dari sahabat pakde, usianya hampir sama kaya kamu. Gapapa 'kan, justru dia lebih matang, InshaaAllah." jelas pak Hanif.

Hisyam masih belum fokus dengan penjelasan pak Hanif. Pikirannya masih melayang ke sebuah sekolah yang tadi dia kunjungi.

"Hisyam, Syam." panggil pak Hanif sambil melambaikan tangannya di depan wajah Hisyam.

"Astaghfirullah, eh, i iya pakde. Maaf. Bagaimana?" tanya Hisyam panik.

"Besok kita lamar dia." lanjut pak Hanif.

"Butuh fotonya? Kamu ingin melihatnya?" tawar pak Hanif.

"Ah, tidak pakde. Tidak usah. Cukup namanya saja sama nama bapaknya, biar nanti bisa Hisyam bawa dalam doa." kata Hisyam.

"Lah, tadi udah pakde jelaskan namanya lho." protes pak Hanif.

"Hehe, maaf pakde, Hisyam kurang mendengar." jawab Hisyam kurang enak pada pakdenya karena ketahuan tidak memperhatikan orang yang sedang berbicara.

"Namanya Diajeng Rahayu, anak dari Sabari, sahabat pakde waktu mondok dulu. Dia ayu, seorang guru, ngajar bahasa jawa di sekolahan SMA swasta di kota ini."

"Diajeng Rahayu?" pekik Hisyam.

1
Etit Rostifah
lanjut, jadi penasaran ibu guru cantik n baik hati. semoga ibu guru Ajeng mendapat jodoh dari Allah yang sholeh.
Ibrahim Efendi
sm kyk ipar. MAUT!!...
Ibrahim Efendi
tu tau..... 😜
Ibrahim Efendi
😍😍😍 J E N G K O O O L L L . . .
Ibrahim Efendi
"buset dah! kirain ada petir" kata cicak 😜
Ibrahim Efendi
setiap orang yang telah melaksanakan kewajibannya dengan sebaik2nya, maka dia bukanlah beban. tapi bila melalaikan kewajibannya, maka dialah beban. siapapun dia.
Dede Dewi: MaasyaaAllah. Terimakasih atas pencerahannya pak... baarokallahufikum
total 1 replies
Punya Impian
gk gitu' bedmood aj bacanya klo gamon nya kelamaan' apalagi klo ud punya pasangan' pasangan nya siapa yg di pikirin dan di tangisin siapa😮‍💨
Punya Impian
kedepan nya ngk usah ada lebay pake drama nangis2 kak
Dede Dewi: kalau kakka diputua pacar, nangis ga kak?
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!