Seraphina di culik dari keluarganya karena suatu alasan. Lucunya ... Penculik Seraphina malah kehilangan Seraphina.
Seraphina di temukan oleh seorang perempuan yang sedang histeris sedih karena suaminya selingkuh, sampai mempunyai anak dari hasil selingkuhan. Perempuan yang menemukan Seraphina tidak mempunyai anak. Karena itulah dia memungut Seraphina. Jika suaminya punya anak tanpa sepengetahuannya jadi ... Mengapa tidak untuknya?
Kehidupan Seraphina nyaman meski dia tahu dia bukan anak kandung dari keluarganya saat ini. Kenyamanan kehidupannya berubah saat orang tuanya mati karena ledakkan.
Saat dirinya sedang terkapar tak berdaya dalam kobaran api. adiknya Ken, berbisik kepada dirinya untuk lari sejauh mungkin. Dengan sekuat tenaga ia melarikan diri dari seorang yang memburunya, karena ia penyintas yang sangat tak diharapkan.
Inilah perjalanannya. Perjalan yang penuh suka dan duka. Perjalanan kehidupannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miao moi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ide untuk sebuah kado
Seraphina menatap Mary dengan penuh semangat tapi sebaliknya, mary balik menatap Seraphina dengan gugup.
"Ayolah Mary bawa aku, hem?" Pinta Seraphina memegang paha mary, ia mendongakkan wajahnya. Matanya mengedip kedip berusaha imut, agar mary menurut.
Mary gelisah jika dia membawa seraphina entah masalah apa yang akan terjadi nanti. ia menunduk melihat wajah imut seraphina, hatinya mulai merasa luluh. mata seraphina kembali mengedip makin imut. Ia pun kalah, ia mengangguk. Ia hanya pasrah, berharap agar nanti ... bocah imut ini tidak membuat masalah.
"Makasih mary! Aku sayang mary." Seraphina memeluk paha Mary erat.
Mary mengelus kepala Seraphina sekilas, "nanti saat ada disana harus menurut kepada saya oke?"
Seraphina mengangguk.
"Sekarang ayo kita siap-siap." Kata mary.
Seraphina langsung berlari memasuki kamarnya. Ia membuka lemari baju lalu membuka laci yang berada dalam lemari. Terdapat banyak uang tercecer yang tak tertata rapi disana. Dia meraup semuanya lalu taruh di atas ranjangnya, dengan tergesa-gesa ia menyusun semampunya.
Ia ambil kantong khusus uangnya. Ia tak tahu berapa semua jumlah uang yang dimasukkan. Toh nanti Mary akan menghitung kembali saat ia membeli sesuatu nanti. Sampai sekarang ia tak punya ide akan memberi apa untuk ulang tahun pernikahan orang tuanya.
Mereka punya apapun. Barang yang dibeli orang tuanya selalu mewah. dan hal-hal yang ada di pasar tak akan membuat mereka terkesan. Tapi ia ke pasar untuk mencari ide. Dan uang yang ia bawa untuk jaga-jaga jika ada barang yang membuatnya tertarik.
Ia mengambil jubah bertudung putihnya lalu memakai nya. Ia kembali berlari mencari ibunya untuk berpamitan.
Ibunya sedang merangkai bunga saat ia menemukannya. Ia naik ke ke kursi dengan susah payah. "Ibu aku minta ijin pergi ya?"
Kana mengernyit melihat putrinya yang memakai jubahnya. "Mau kemana?"
Lengan Seraphina bertumpu di atas meja. Matanya melihat bunga-bunga yang sedang di dirapikan tangkainya oleh ibunya. "Aku ingin ikut kepasar bersama mary!"
"Untuk apa kesana?" Tanya Kana sambil tangannya tak berhenti bekerja.
"Hanya ... Ingin ikut saja."
"Tidak boleh!"
"Mengapa tidak boleh?" Sontak ia cemberut, menatap dengan lesu kepada ibunya.
"Banyak bahaya disana! Dan terakhir kali kamu berada dalam keramaian kamu sempat hilang." Mata ibunya menyipit menatapnya.
Seraphina menatap dengan sungguh-sungguh kepada ibunya. " Tapi ... saat ini aku sedang dalam bahaya ibu!"
"Ha?" Tangan Kana berhenti, keningnya mengernyit." Bahaya apa?"
"BAHAYA ...," Seraphina maju menatap ibunya, rautnya sangat serius. "Aku dalam dalam kebosanan!"
Kana menekan pipi Seraphina dengan kencang, dengan telunjuk jarinya. "Ada-ada saja kamu."
"Aku serius ibuuu, Ken boleh keluar mengapa aku tidak boleh?" Rajuk Seraphina, wajahnya menempel di atas meja.
"Nona? Ayo berangkat!" Suara Mary membuat Seraphina mendongak.
"Tidak di izinkan ya?" Mary menyeringai.
Sontak Seraphina langsung turun dari kursi, menghampiri ibunya lalu menggoyangkan tubuh ibunya. "Ayolah ibuuu! Aku mohon."
Kana mendelik kearah mary, Mary mengangkat bahunya. "Janji jangan banyak tingkah saat di luar sana?"
Seraphina berhenti menggoyangkan tubuh ibunya. Ia mendongak menatap wajah ibunya yang menatap dirinya dengan raut serius. "Janji!"
"Janji akan nurut kepada Mary?"
"Janji!" Seraphina menyodorkan jari kelingkingnya kepada ibunya.
Ibunya menautkan jari kelingkingnya kepada Seraphina. "Yasudah! sana pergi. Sudah ada sangu?"
Mata Seraphina langsung berbinar. "Sudah!" Ia langsung berlari menghampiri Mary yang sedang melihat mereka.
Seraphina menautkan genggaman tangannya kepada Mary. Kana tersenyum melihatnya. Mary mengeratkan genggamannya.
"Hati-hati di jalan!" Seru Kana.
Seraphina dan Mary berjalan keluar rumah, pergi ke pasar.
••••••••••
"Apelnya mari beli mari beli." Suara riuh seorang pedagang yang berlomba meninggikan suara untuk menarik perhatian para pembeli. Seraphina Mary dan terus berjalan, sesekali Mary akan berhenti untuk melihat sesuatu yang akan dibelinya.
Seraphina cemberut sambil melihat ke sekeliling orang berjualan. Ini tempat khusus orang berjualan makanan. segala sayuran dan buah-buahan ada disini. Bukan ini tempat yang mau ia lihat. Ia ingin ke tempat yang ada banyak barang unik, agar ada ide unik yang terpantik di kepalanya. dia ingin sesuatu barang yang unik bukan suatu barang yang bisa dikonsumsi.
"Aku bukan ingin melihat ini!" Rajuk Seraphina.
"Kita disini bukan untuk melihat-lihat." Jawab mary sambil menarik tangan seraphina.
Badan seraphina tertarik melangkah, terus berjalan. "Jika seperti ini terus aku tak akan punya ide untuk kado diberikan kepada ayah dan ibu." Desahnya.
"Serius nona? Anda mencari kado untuk orang tua anda di pasar?" Mary menatap tak percaya pada seraphina. "Anda dan orang tua anda andalah seorang bangsawan."
"Aku 'tidak' mengatakan akan beli sesuatu kado di pasar. Tapi, aku mencari ide di pasar." Jelasnya seraphina.
"Ide semacam apa yang akan ditemukan di pasar?" Nada Mary mengejek sambil melihat ke sekeliling. "Yaa, terserah andalah! semoga kau menemukannya."
"Itu yang dari tadi aku harapkan, tapi dari tadi kita berada disini," tiba-tiba hidungnya terasa pedih, matanya seakan mau berair. "Tak ada ide yang masuk kepada otakku."
Apa yang telah diharapkan oleh dirinya dengan melihat pasar yang penuh dengan orang-orang yang saling berteriak dengan riuh? Apa yang di harapkan dengan melihat makanan yang terpajang di meja? Apa yang, pikiran Seraphina terhenti saat ia melihat suatu yang sangat di kenal nya.
"Apa yang—" seraphina menyipitkan matanya berusaha melihat dengan jelas di kejauhan. "Dia lakukan disini? Apa kau melihatnya mary?" Ia menoleh melihat Mary yang fokus masih memilih buah-buahan.
"Melihat apa?" Tanya Mary menoleh kepada Seraphina.
"Ken! Dia ada disana tadi." Ia menuding ke tempat ia melihat ken berjalan.
Mary melihat kearah tangan Seraphina. "Aku tak melihat tuan muda!"
Seraphina memutar bola matanya, "aku akan pergi kesana, hanya sebentar. Tidak akan lama aku akan cepat kembali!"
"Tidak nona, jangan."
"Sebentar saja aku janji. akan cepat!"jawab seraphina.
Mary menatap kosong kepergian seraphina. Ia tersenyum dengan getir. "Harusnya aku tahu akhirnya akan seperti ini!"
Seraphina berlari kearah tempat yang dilihat tadi Ken berjalan, ia sangat yakin itu adiknya. Yang menjadi penasarannya, mengapa Ken bersama orang itu? Ia ingat sekali saat Ken sedang didekati oleh lelaki saat festival. Tapi saat itu Ken berkata ia tidak didekati oleh siapapun. Ia kira matanya salah lihat.
Jadi mengapa sekarang mereka bersama? Lagi-lagi ken berbohong? mengapa sekarang seringkali ken berbohong?
Matanya tak salah lihat. Ia melihat Ken sedang berbicara kepada seorang laki-laki. Laki-laki itu memiliki rambut yang gelap, mempunyai badan yang tinggi. Ia terheran-heran melihat raut serius mereka saat sedang bicara.
Ia bersembunyi di balik tiang yang lumayan lebar menutupi tubuh kecilnya. Ia mencoba lebih dekat lagi, ia penasaran dengan pembicaraan mereka.
Ia melihat Ken membawa satu kotak berukuran sedang berwarna hitam. Mungkinkah itu kado untuk di berikan kepada ayah dan ibu? Pikirnya.
"Ibu kamu yang sesungguhnya, mati karena ulah ayahmu!" Ucap laki-laki itu.
Dirinya membeku begitu mendengar lelaki itu berbicara. Ia melihat Ken memucat, wajah ken mendongak menatap laki-laki itu