Sarah adalah perempuan ABG yang belum mengenal cinta, dia siswi SMP yang beranjak remaja. Di dalam kelasnya Sarah termasuk siswi yang berwajah hitam manis diantara teman temannya namun mempunyai sifat cuek dan jaim
Diantara beberapa siswa bahkan menyukainya, dan berharap mendapat tempat yang spesial di hati Sarah
Bagaimana kisah selanjutnya dan siapakah yang berhasil mendekati Sarah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yusnia nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 25
Setelah mandi, mereka berkumpul lagi di teras menikmati makanan yang dibawa oleh Zia dan membiarkan waktu berjalan dalam kebersamaan.
Sarah mengambil momen itu menggunakan ponselnya mengabadikan kebahagiaan yang sedang mereka rasakan saat ini.
sebelum magrib mereka bersama sama menuju masjid terdekat, Zia Ingin merasakan Susana malam di desa ayahnya.
"Gak nyangka anak kita sudah pada gadis ya pak, yang laki laki sudah menikah" ucap Bu Yana
Pak Yasir mengulas senyum sambil menekan nomer adiknya, yaitu Herman.
"Assalamualaikum man" suara pak Yasir dengan semangat
"Waalaikum salam mas" suara Herman dari sebrang
"Aku cuma mau bilang Zia sudah sampai"
"Alhamdulillah kalau gitu, gmn kabar mas disana?
"Alhamdulillah aku, mba mu dan Sarah sehat semua" kalau begitu sudah dulu ya man"
Telpon pun di tutup
Suara azan magrib terdengar dari berbagai arah. Keluarga pak Yasir segera berangkat menuju masjid, kali ini Zia yang meminta untuk sholat berjamaah di masjid sekalian ia ingin merasakan suasana di desa ketika malam hari.
Di sebrang jalan pak Yasir melihat satria, dia tersenyum ramah. Mereka berpapasan, dan berjalan beriringan
Ketika sampai di masjid, warga sudah berkumpul memenuhi ruang sholat, kebanyakan dari mereka adalah bapak bapak dan anak kecil yang akan belajar mengaji selepas magrib. Selesai sholat mereka mengobrol sebentar lalu bergegas pulang
setibanya dirumah, Bu Yana bergegas ke dapur untuk menyiapkan makan malam bersama keluarga. kebersamaan itu terasa hangat, mereka makan di iringi obrolan obrolan kecil. selesai makan Sarah dan Zia merapihkan piring kotor yang habis mereka pakai, lalu melanjutkan obrolan ringan di ruang tamu. Jam menunjukan pukul 8 malam, adzan isya telah berkumandang 30 menit yang lalu, mereka bergantian sholat di kamarnya masing2. Dan melanjutkan dengan beristirahat untuk tidur
Seperti biasa, sebelum tidur Bu Yana selalu mengecek pintu dan jendela agar tak terlewat untuk di kunci.
***
Pagi itu matahari masih malu malu menampakan sinarnya,
Sarah sudah menjalani aktifitas di dalam rumahnya,ia menyapu lantai lalu melanjutkan menyapu halaman seperti hari hari biasanya suara gesekan sapu lidi dan tanah terdengar riuh. beberapa saat matahari pun sudah mulai merangkak naik, sinarnya terhalang rimbunan pepohonan, suara kicau burung saling menyahut
Zia membuka jendela dan berdiri disana menghirup udara segar pagi itu
ia menarik napas dalam dalam dan menghembuskannya perlahan.
Saat ia sedang memandangi adiknya yang sedang menyapu, seseorang melintas di depan rumahnya, ya dia adalah satria.tak sengaja pandangan mata mereka bertemu
dan mereka saling melepas senyum.
"pagi dek Sarah" ucap satria.
Sarah menoleh "dari mana mas?"
"habis olah raga nih, sekalian mau liat liat sawah"jawab satria
"wah ajak ajak mba Zia mas, itu mba ku yang dari jakarta" ujar Sarah sambil menoleh ke Zia
"kalian dah saling kenal belum?" tanya Sarah
Zia berjalan keluar "sudah kemarin di kenalin sama ayah sar pas turun dari travel ternyata kami satu tujuan" sahut Zia
"kalau mba mau jalan jalan, ayo mba nanti aku temenin, kita bareng mas satria"
"tapi tunggu sebentar ya aku selesaikan nyapu nya dulu" ujar Sarah
setelah selesai, Sarah masuk untuk berganti pakaian
"mau kemana kamu sar?" tanya Bu Yana
"mau jalan jalan Bu temenin mba Zia sama mas satria liat liat sawah, kan mba Zia belum pernah liat sawah" Sarah membungkam mulutnya menahan tawa.
Tak berselang lama, Sarah dan Zia keluar lalu mereka berjalan bersama satria
Pagi itu pemandangan sawah yang terbentang hijau oleh tanaman padi terlihat sangat indah, memberikan kesan tersendiri bagi Zia. Tempat dimana jauh dari polusi udara dan keramaian kota, merasakan ketenangan dan kedamaian desa.
Petak petak sawah sudah mampu menghidupi penduduk disana.
"Nih minum dulu" ujar satria sambil menyodorkan botol mineral
"makasih mas" jawab sarah dan Zia kompak
Mereka membuka segel botol dan meneguk airnya hingga tandas.
"kita pulang yuk, Sarah capek" ajak Sarah
Zia mengusap lembut kepala adiknya
"biasanya juga berangkat sekolah kamu sering jalan kaki" ucap zia meledek
"kalian kalau mau pulang duluan pulanglah, saya masih mau ngobrol dengan tetangga saya sudah lama kami ga ketemu" ujar satria
"kalau gitu kami duluan ya mas" ucap zia
Zia dan Sarah bergegas pulang.
sampai dirumah mereka melihat sang ayah sedang membersihkan sisik ikan gurame di pinggir kolam
"pagi ayah" ujar zia
"sudah jalan jalannya?" tanya pak Yasir
"sudah yah, mba Zia senang banget liat sawah" sahut Sarah
"ini tolong Sar ikannya dibawa ke dapur, ibumu sudah menunggu"ujar pak Yasir
Sarah membawa ember yang berisikan 2 ekor gurame besar
"Bu ini ikannya" ujar Sarah sambil meletakkan embernya dibawah.
"coba kamu tanya mbakmu ikannya mau di masak apa?" ucap Bu Yana
Sarah melangkah keluar
"mba, kata ibu ikannya mau di masak apa"
Zia berpikir sejenak lalu menjawab "Di masak pesmol aja sar, pesmol buatan ibu enak, mba udah kangen masakan ibu"
"oke" jawab sarah lalu berlari ke dapur
Bu Yana mencuci ikan dan melumurinya dengan bumbu halus yang terdiri dari, garam, bawang putih, kunyit dan asam agar tak bau amis.
Sarah membantu ibunya mengupas bawang dan menyiapkan per bumbuan lainnya
Bu Yana dengan cekatan memasaknya
selesai memasak, Sarah membersihkan dan membereskan dapur lalu bergegas mandi
Bu Yana memanggil pak Yasir dan Zia untuk makan.
Mereka makan bersama karena hari sudah siang dan perut sudah lapar.
*
*
*
Matahari senja mulai memerah, menampakan sinar berwarna jingga
Di teras rumah pak Yasir, Bu yana, Zia dan juga Sarah duduk berkumpul disana.
pak Yasir menatap kedua putrinya. Hari berlalu begitu cepat, pak Yasir merasa dirinya sudah semakin senja.
"Zia" sapa pak yasir dengan suara pelan.
Zia mendongak dan tersenyum hangat "iya yah"
"sudah lama ayah ingin melihatmu menikah dan bahagia"
Zia meletakkan ponselnya "ayah, Zia juga ingin menikah tapi Zia belum ketemu orang yang tepat, Zia ingin mendapatkan cinta yang tulus dan yang menyayangi Zia"
Pak Yasir menghela napas panjang dan mengerti keinginan putrinya
Tiba tiba Sarah ikut berkomentar
"gimana kalau mba Zia sama mas Satria aja, orangnya baik, ganteng"
"bukan diliat dari gantengnya aja sar, tapi ibu liat dari keluarganya juga orang baik" sahut Bu Yana
Zia tersipu malu tapi dalam batinnya dia pun tidak akan menolak bila orang tuanya ingin menjodohkan dia dengan satria. Sejak obrolan pertama mereka di pinggiran sawah, Zia sudah mulai merasa nyaman.
*******************
Dirumah satria
Malam itu tampak tenang dan sepi, cahaya bulan yang samar menerangi jalan yang masih tanah berumput, di tengah kesunyian itu terdengar suara jangkrik.
Satria yang bekerja di jakarta, mengambil cuti pulang kampung ke desanya. Ia ingin menghabiskan waktu bersama keluarganya setelah lama merantau. Selama cuti satria membantu ayahnya di sawah, sesekali dia main kerumah teman teman lamanya
Satria putra pertama dari Pak Adi dan Bu siska, dia mempunyai satu orang adik laki laki, ia mencoba mengadu nasib ke jakarta karena ingin membuktikan bahwa ia bisa sukses.
Satria berjuang keras mencari pekerjaan di tengah persaingan ketat, di mulai bekerja menjadi mandor peternakan ayam. Ia di ajak oleh Kaka dari teman sekolahnya
Semangatnya tak pernah padam, ia terus belajar mengikuti kursus komputer sampai kuliner dan pelatihan lain dengan menyisihkan uang gajinya, dengan berbekal kemampuan dan keterampilan dirinya akhirnya satria membuka usaha kecil kecilan yaitu chiken katsu. Awalnya tidak berjalan mulus tapi satria pantang menyerah, ia terus mengembangkan usahanya.
Tak berselang lama pak Adi datang
"keliatannya kamu capek banget di" ujar pak Adi
"enggak pak, aku tadi habis keliling kampung dan lihat persawahan termasuk punya kita" sahut satria
"gimana usahamu disana, lancar?"
"Alhamdulillah pak, lancar walaupun masih kecil kecilan setidaknya aku bisa mempekerjakan orang untuk menopang hidup mereka, walaupun usahaku masih gerobakan."
"baguslah bapak senang mendengarnya" sahut pak Adi
Bu Siska datang dengan membawa dua cangkir kopi, lalu meletakkannya di meja
"Kamu sudah makan malam sat? Ibu sudah siapin kamu nasi goreng
"Sudah bu, aku makan soto ayam dekat sekolahan tadi aku udah keburu lapar.
"kapan kamu balik ke jakarta sat?" tanya Bu Siska
"lusa Bu,oh ya bapak ibu kenal sama anaknya pak Yasir yang di jakarta?"
Pak Adi dan Bu Siska saling pandang dan mengingat sejenak
"setau bapak dan ibu anak pak Yasir cuma Sarah sat" jawab pak Adi
"ada pak kakanya Sarah namanya Zia, kemarin waktu aku naik travel kesini ternyata aku satu mobil sama anaknya pak Yasir"
"dan pak Yasir yang jemput di depan sekolahan" lanjut satria
"hmmm" pak Adi hanya manggut saja
"apa kamu sudah punya pacar sat? Kapan di kenalin sama bapak ibumu. Ingat usiamu sudah hampir kepala tiga" ujar Bu Siska
"nanti ya Bu, kalau sudah saatnya pasti aku kenalin" jawab satria
"jangan kelamaan sat, ibu pengen banget nimang cucu, kalau belum ada calonnya disini juga banyak sat, anak pak Mamat kakanya Subandi juga ada yang masih single" ujar Bu Siska lagi