Nabila Putri, seorang gadis yatim piatu yang merantau ke kota untuk melanjutkan hidupnya. Dan dia bertemu dengan seorang pengusaha muda yang bernama Aditya Laksmana. mereka jatuh cinta dan menjalin hubungan,tapi sayangnya hubungan itu ditentang keras oleh ibunya Aditya.
Akankah mereka bersatu????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeniiyan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25 Jalan Buntu
Selain membeli makanan, Vina juga membelikan ponsel dan nomor baru untuk Aditya. Setelah selesai makan, Aditya menghubungi mamanya.
"Halo Ma, ini Adi."
"Adi, kamu dimana nak? Kenapa kamu nggak pulang? Apa kamu baik-baik saja?"
"Adi baik Ma, sekarang Adi ada di luar kota karena ada pekerjaan mendadak, maaf karena tidak sempat pamit sama Mama," dusta Aditya.
"Lalu kenapa kamu pakai nomor baru lagi?"
"Ponsel aku hilang Ma. Sudah dulu ya Ma, Adi masih ada urusan."
"Ya sudah,kamu hati-hati ya di sana. Jaga kesehatan."
"Iya, Mama juga ya," Lalu Aditya menghela nafas setelah menutup sambungan telepon.
"Bagaimana? Apa Tante Meri percaya?" tanya Vina.
"Mudah-mudahan saja percaya."
"Ya sudah aku tinggal dulu ya, aku masih ada pekerjaan. Nanti aku kembali lagi."
"Kalau kamu sibuk tidak usah kesini lagi. Aku bisa jaga diri kok, lagian ada perawat kalau aku butuh sesuatu."
"Aku tetap akan kembali dan menemanimu. Aku pergi dulu ya."
"Iya, hati-hati."
Lalu Aditya kembali memikirkan dimana Nabila, dan bagaimana keadaannya. Aditya sangat khawatir, dan takut terjadi sesuatu yang buruk pada Nabila.
Sementara Vina yang sedang mengemudi menyesali perbuatannya. Selama tinggal bersama Aditya di Singapura, Vina merasa bersalah telah membohongi Aditya. Apalagi kejadian hari ini semakin membuatnya sadar bahwa Vina tidak bisa memaksakan kehendaknya pada siapapun.
Vina tidak ingin kehilangan Aditya dan mamanya. Tapi mungkin dia bisa menjadi keluarga saja, tidak harus menjadi pendamping Aditya. Karena pada kenyataannya Aditya tidak mencintainya.
"Maafkan aku Adi, aku akan menebus kesalahanku padamu. Aku akan membantu mencari Nabila, juga meminta maaf padanya atas semua kesalahanku," ucap Vina.
Setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit akhirnya Aditya diperbolehkan untuk pulang. Vina sudah siap untuk menjemput Aditya.
"Adi, apa kamu mau langsung pulang?"
"Sepertinya tidak, di kepalaku masih ada bekas luka. Aku tidak mau membuat mama khawatir."
"Lalu kamu mau kemana?"
"Aku menginap di hotel saja," sebenarnya Aditya punya apartemen, tapi dia tidak mau siapapun tau tentang itu.
"Bagaimana kalau kamu menginap di apartemen ku saja? Tempatnya lumayan nyaman kok, walaupun tidak terlalu besar."
"Kamu mengajakku tinggal bersamamu?"
"Ya nggak lah, aku masih tinggal di rumah sama papa. Aku tinggal di apartemen kalau lagi suntuk aja."
"Oh aku kira?"
"Jangan berpikir macam-macam ya, emang kamu kira aku cewek apaan?"
"Iya iya, bercanda doang kok," ucap Aditya sambil tertawa.
Vina terkesima melihat Aditya yang sekarang. Vina bahagia kerena bisa dekat lagi dengan Aditya.
"Apa memang kita hanya di takdirkan sebagai teman? Apa begini yang kamu rasakan dulu padaku?" gumam Vina dalam hati.
"Vin, kok malah bengong sih?"
"Eh iya, ayo pulang."
Lalu Vina mengantarkan Aditya ke apartemennya. Mungkin Aditya akan tinggal di apartemen Vina selama beberapa hari, sampai lukanya benar-benar bersih tak berbekas agar mamanya tidak khawatir.
"Aku menyuruh orang untuk membersihkan tempat ini seminggu sekali. Jadi masih lumayan bersih, walaupun tidak di tempati," ucap Vina saat mereka baru saja sampai.
"Lumayan, mungkin aku akan betah tinggal disini."
"Kalau kamu butuh sesuatu kamu bisa hubungi aku. Aku akan siap 24 jam untuk kamu."
"Nggak usah lebay, kamu itu kalau tidur paling susah untuk di bangunin. Sok-sokan siap 24 jam," ejek Aditya.
"Nggak ya, itu kan dulu. Sekarang kita pesan makanan aja ya."
"Emang kamu nggak bisa masak?"
"Bisa."
"Masak apa?"
"Masak air sama mie instan."
Lalu Aditya tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Vina yang begitu polos.
"Kenapa tertawa? Ada yang aneh dengan jawaban aku?"
"Aneh banget lah, masa perempuan cuma bisa masak air sama mie instan. Bagaimana kalau kamu punya suami nanti?" ucap Aditya yang masih saja tertawa.
"Kan bisa pesan makanan dari luar. Kenapa harus repot-repot?"
"Vina, yang namanya suami itu sesekali pengen lah di masakin istrinya. Apalagi kalau bisa setiap hari makan masakan yang dimasak istrinya, mungkin suami akan betah di rumah dan makin cinta pada istrinya."
"Jadi kalau nggak bisa masak nggak akan disayang suami ya?" tanya Vina tertunduk sedih.
"Vina, bukan begitu maksud aku. Nggak semua lelaki kayak gitu kok. Tapi tidak ada salahnya kalau seorang perempuan bisa masak."
"Iya, aku ngerti kok. Nanti aku akan kursus masak deh."
"Nah, gitu dong. Kamu harus tetap semangat."
"Tapi nanti kamu yang harus mencoba masakan pertama aku ya."
"Ogah, nanti aku malah keracunan aku."
"Adi!"
Di tempat lain Nabila selalu berdoa untuk kebahagiaan Aditya. Memang Nabila belum bisa sepenuhnya melupakan Aditya, tapi Nabila akan terus berusaha dan akan mengubur rasa cintanya pada Aditya.
***
Saat Aditya sudah lebih baik, dia akan melanjutkan pencariannya untuk menemukan Nabila. Kali ini dia tidak sendiri, karena ada Vina yang menemaninya. Mereka berangkat dari pagi untuk memutari kota, hingga tengah hari. Karena merasa lapar akhirnya mereka mampir di sebuah kafe.
"Kita makan di situ aja ya, aku udah laper banget nih," rengek Vina.
"Baiklah, kita makan dulu."
Lalu mereka masuk kedalam kafe dan mencari tempat duduk. Suasana lumayan ramai karena memang jam makan siang.
Lalu mereka memesan makanan. Mereka ngobrol sambil menunggu pesanan datang.
"Vin, kira-kira Nabila pergi ke mana ya? Apa mungkin dia kembali ke kampung?"
"Aku juga tidak tau, lalu kemana lagi kita akan mencarinya?"
"Entahlah aku juga juga tidak tau."
Tanpa mereka sadari ada pelayan yang mencuri dengar obrolan mereka. Saat selesai makan Vina seperti melihat sekilas seperti Nabila.
"Aku ke toilet bentar ya," ucap Vina.
"Iya jangan lama lama."
"Iya."
Lalu Vina bergegas menuju toilet untuk mencari seseorang yang mirip dengan Nabila. Tapi Vina tidak menemukannya dimana pun.
"Apa hanya perasaanku saja ya?" gumam Vina. Tanpa dia tau ada seseorang yang bersembunyi di balik tembok.
Setelah Vina pergi, Nabila keluar dari persembunyiannya.
"Kenapa kamu mencari ku mbak Vina? Bukankah sudah aku katakan kalau aku akan meninggalkan mas Adi? Apakah kamu tidak percaya padaku?" gumam Nabila yang menyangka kalau Vina mencarinya hanya agar Nabila pergi jauh dari Aditya.
"Kenapa lama sih?" tanya Aditya
"Maaf tadi antri. Ya sudah ayo kita pergi."
Lalu Vina dan Aditya meninggalkan kafe itu. Nabila memanggang mereka dari kejauhan.
"Mereka memang serasi. Tidak sepantasnya aku hadir di tengah-tengah mereka. Aku sadar siapa aku?" gumam Nabila lalu melanjutkan pekerjaannya kembali
Sedangkan teman-teman Nabila melihat itu semakin kasihan pada Nabila. Bahkan Doris sampai menangis.
"Sudah jangan nangis,nanti kafe ini banjir karena air liur kamu!" ledek Yudi
"Ih, apaan sih Yudi, bukanya di tenangin malah di ledekin. Dasar cowok nggak romantis," ucap Doris sambil mengibaskan rambutnya seperti bintang iklan shampoo, padahal rambutnya model cepak.
"Ngapain romantisan sama kamu? mending romantisan sama Ani, iya kan sayang?" goda Yudi pada Ani yang tersipu.
"Ih, Yudi jahat, kenapa kamu nyakitin aku terus sih, apa salah aku?" rengek Doris.
"Kamu itu memang selalu salah" lalu Yudi meninggalkan Doris dan yang lainnya.