NovelToon NovelToon
Bring You Back

Bring You Back

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cintamanis / Romansa / Cintapertama / Gadis Amnesia
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Aquilaliza

Kecelakaan yang merenggut istrinya menjadikan Arkana Hendrawan Kusuma tenggelam dalam perasaan kehilangan. Cinta yang besar membuat Arkan tak bisa menghilangkan Charissa Anindya—istrinya—dari hidupnya. Sebagian jiwanya terkubur bersama Charissa, dan sisanya ia jalani untuk putranya, Kean—pria kecil yang Charissa tinggalkan untuk menemaninya.

Dalam larut kenangan yang tak berkesudahan tentang Charissa selama bertahun-tahun, Arkan malah dipertemukan oleh takdir dengan seorang wanita bernama Anin, wanita yang memiliki paras menyerupai Charissa.

Rasa penasaran membawa Arkan menyelidiki Anin. Sebuah kenyataan mengejutkan terkuak. Anin dan Charissa adalah orang yang sama. Arkan bertekad membawa kembali Charissa ke dalam kehidupannya dan Kean. Namun, apakah Arkan mampu saat Charissa sedang dalam keadaan kehilangan semua memori tentang keluarga mereka?

Akankah Arkan berhasil membawa Anin masuk ke kehidupannya untuk kedua kalinya? Semua akan terjawab di novel Bring You Back.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ruangan Yang Dipenuhi Foto Charissa

Kean memeluk erat leher Anin sambil menyusupkan wajahnya ke leher Anin. Dia tidak ingin di turunkan ataupun digendong Arkan lagi. Hanya Anin yang dia inginkan sekarang.

Arkan hanya bisa berdiri diam, mengikuti Anin yang berjalan pelan kesana kemari sambil menggendong Kean. Sebelah tangannya tak henti mengusap rambut anak itu.

"Kean, gantian Papa yang gendong, ya?" Arkan mengulurkan tangannya berharap Kean mau. Kasian Anin harus menggendong Kean dalam waktu yang lama. Kean cukup berat.

"Tidak, Papa .... Kean mau Tante cantik ...." ucap anak itu lemah.

"Tidak apa-apa, Pak. Saya tidak masalah menggendong Kean."

Arkan menarik nafas kemudian menghembuskan nya. Tak lama kemudian, pintu kamar yang setengah terbuka diketuk. Disana, Dimas berdiri dengan seorang dokter di belakangnya. Dokter itu, dia adalah dokter keluarga yang dihubungin Arkan.

"Silahkan masuk, Dokter."

"Saya?"

"Kau juga boleh masuk." Dimas langsung membuntuti dokter setelah mendapat izin dari Arkan.

Dokter itu tersenyum pada Anin dan sedikit menundukkan kepalanya. Perempuan itu mengingatkannya pada mendiang Nyonya Charissa. Dia jadi teringat pada beberapa waktu lalu dimana Arkan menanyakan tentang seseorang yang kehilangan ingatannya.

"Kean berbaring sebentar, ya? Kan mau diperiksa dokter," ucap Anin lembut.

"Tapi, Tante cantik janji untuk tetap disini, ya?"

"Iya, Tante janji."

Setelah dibujuk Anin, anak itu pun akhirnya mau berbaring di kasur dan diperiksa oleh dokter.

Saat Kean tengah diperiksa, Dimas malah terfokus pada sebuah foto yang terpajang di atas nakas kamar Arkan tersebut. Foto yang menampilkan ketiga orang, yaitu Arkan, Kean saat bayi, dan juga Charissa.

"Kalau begitu, saya permisi dulu." Ucapan dokter membuat Dimas menoleh. Cepat sekali pemeriksaannya?

"Ya. Terima kasih, mari saya antar." Arkan berlalu bersama dokter tersebut. Kean sudah kembali ke gendongan Anin.

"Sepertinya Kean sangat suka padamu," celetuk Dimas sambil memperhatikan adiknya yang tengah menggendong Kean. "Kau sudah pantas menjadi seorang Ibu, Anin."

"Kak, jangan bercanda."

Dimas tersenyum tipis. Namun, dibalik candaannya itu, tersimpan harapan agar Anin segera mendapatkan kembali ingatannya. Dia kasihan pada Arkan dan Kean, juga kasihan pada Anin. Mereka sama-sama sakit, sama-sama kehilangan orang tersayang mereka.

Arkan kembali dan langsung mendekat pada Anin. Lelaki itu lagi-lagi membujuk Kean agar membiarkan Anin beristirahat dan ia yang menggantikan untuk menggendong. Dan Kean lagi-lagi menolak permintaan Papanya tersebut.

"Kean tidak mau, Papa. Kean mau Tante Cantik. Tante cantik mau kan tinggal malam ini, tidur sambil peluk Kean ...?"

Anin terdiam. Ia menatap Dimas, kemudian menatap pada Arkan. Ketika Dimas dan Arkan sama-sama mengangguk, senyum tipis terbit di bibir Anin. Dengan lembut ia mengiyakan permintaan Kean, membuat anak itu semakin mengeratkan pelukannya.

***

Hari semakin gelap. Dimas berpamitan pulang usai perbincangan panjangnya bersama Arkan di ruang tamu. Setelah kepergian Dimas, Arkan kembali ke dalam rumah dan hendak menuju dapur. Dia belum makan apapun sejak tadi. Namun, langkahnya terhenti sebelum ia mencapai dapur.

"Anin juga mungkin belum makan," gumam Arkan.

Dia berbalik arah, kembali ke kamarnya. Perlahan pintu kamar ia dorong pelan. Terlihat Kean yang sudah tertidur pulas di atas kasurnya sambil Anin menepuk pelan puncak kepalanya.

Arkan mendekat, lalu berhenti tak jauh dari Anin.

"Bagimana?" tanya Arkan pelan.

"Panasnya sudah sedikit menurun. Anda tidak perlu khawatir. Kean pasti akan segera sehat."

Arkan mengangguk pelan. "Kau sudah makan malam?"

"Sudah, Pak. Anda belum makan malam?"

"Hm. Kalau begitu kau istirahat lah disini, temani Kean." Anin mengangguk. Arkan hendak berbalik meninggalkan kamar tersebut. Tapi, Arkan mengurungkan niatnya dan kembali menatap Anin.

"Jika kau ingin ke kamar mandi, di situ letak kamar mandinya." Arkan menunjuk ke arah pintu kaca buram di arah kanan ia berdiri. "Jika kau butuh sesuatu atau Kean menginginkan sesuatu, kau bisa menemui ku di kamar sebelah."

Usai mengatakan semua itu, Arkan berlalu dari kamar tersebut. Menyisakan Anin yang terdiam dan terus menatap ke arahnya.

Aku baru sadar. Pak Arkan, dia ... seperti lelaki dalam mimpiku.

"Emh."

"Kean?" Anin tersadar dan langsung mengusap puncak kepala Kean dengan penuh sayang. Mata anak itu masih terpejam, namun bibirnya terus bergumam. "Kean, kenapa Sayang?"

"Peluk .... Peluk Kean, Mama ...."

Deg!

Anin terpaku. Ia tiba-tiba emosional. Kata 'Mama' yang terucap dari bibir Kean begitu menyentuh hatinya. Perasaannya menghangat. Tak sadar, air matanya menetes.

"Mama ...."

"Iya, Sayang?" Anin mengusap air matanya.

"Peluk Kean ...."

Anin mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia membaringkan tubuhnya kemudian memeluk Kean, mendekap anak itu dengan penuh rasa sayang dan perasaan rindu yang tak ia mengerti.

"Jangan tinggalkan Kean, Mama .... Kean sayang Mama ...."

Anin terisak, namun secepat mungkin ia menggigit bibirnya untuk meredam suaranya. Setiap kalimat Kean begitu menyentuh perasaan terdalamnya. Meciptakan begitu banyak rasa yang tak bisa ia ungkap.

"Maafkan Tante, Kean. Maafkan Tante yang sudah lancang mengaku sebagai Ibu mu disaat kau tak sadar seperti ini."

Dan tanpa Anin sadar, Arkan menyaksikan semua itu.

"Maafkan aku, Charissa. Aku berjanji, aku akan membuat mu kembali mengingat aku dan Kean. Akan ku tebus kehidupan empat tahun mu tanpa aku dan Kean itu. Akan ku buat kau merasakan kebahagiaan keluarga kecil kita. Aku berjanji, Charissa. Aku akan membawa mu kembali," batin Arkan.

***

Pukul 3 pagi Anin terbangun saat mendengar suara mengigau Kean memanggil Papanya. Perempuan itu menatap Kean, kemudian mengusap pelan kepala anak itu. Bukannya tidur, Kean malah perlahan membuka matanya.

"Tante cantik ...." Kean bersuara parau. Matanya yang sayu menatap Anin.

"Iya, Sayang? Butuh sesuatu?" Anin bertanya lembut.

"Kean mau Papa ...."

Anin tersenyum tipis. "Ya sudah, Kean tunggu disini, ya? Tante panggilkan Pak Arkan dulu." Anak itu mengangguk pelan.

Mengusap kepala Kean sejenak, Anin lalu beranjak turun dari ranjang. Langkahnya segera keluar dari kamar tersebut. Namun, setelah dia menutup pintu, dia jadi bingung, kamar mana yang harus ia datangi untuk menemui Arkan.

"Pak Arkan hanya mengatakan kamar sebelah. Dia tidak bilang kamar sebelah mana." Anin bergumam. Sejenak ia terdiam, lalu memutuskan untuk ke kamar sebelah kiri.

Perempuan itu mengetuk pelan, berharap ada sahutan dari dalam. Namun, setelah beberapa saat, tidak ada jawaban apapun. Dengan sedikit keberanian, Anin memilih untuk mencoba membuka pintunya.

Klek. Pintu terbuka. Sedikit senyum terbit di bibir Anin saat tahu pintu tak dikunci. Perlahan ia mendorongnya. Namun, bukannya Arkan yang ia temukan, ia malah menemukan banyak foto di ruangan tersebut.

Dan yang paling mengejutkan baginya, sebagian besar foto itu adalah foto perempuan yang memiliki wajah yang sama dengan wajahnya.

Anin mendekat, berdiri diantara dua foto yang berukuran cukup besar. Foto pertama adalah foto pernikahan, dimana Arkan dan Perempuan itu berpose setengah berpelukan dan saling memandang, dan foto kedua adalah foto Arkan dan perempuan itu, juga bersama seorang bayi dalam gendongan perempuan itu.

"Dia ... Sangat mirip dengan ku," gumam Anin sambil menyentuh wajahnya sendiri. Matanya lekat memandang foto tersebut. Meski perempuan di foto tersebut berambut sebahu dan berkacamata, tak sedikit pun menutupi jika mereka memiliki wajah yang sama.

"Dia istri saya."

Glek. Anin meneguk kasar ludahnya. Ia kemudian berbalik kaku, menatap gugup ke arah Arkan. Dia sudah tak sopan, masuk ke ruangan yang sepertinya sangat privasi tanpa izin dari pemiliknya.

Arkan berjalan mendekat, membuat Anin semakin gugup. "Pak—"

"Kalian sangat mirip, kan?" ucap Arkan setelah berhenti tepat di samping Anin. Matanya lekat menatap foto yang terpajang. "Bukan hanya wajah, nama kalian pun sama, Charissa Anindya."

Anin terkejut. "Su-sungguh?"

"Ya."

Anin sekali lagi meneguk ludahnya. Entah kenapa, ia mulai merasakan sesuatu yang aneh. Ditatap nya kedua foto itu sekali lagi. Perlahan bayang-bayang acak mulai memenuhi pikirannya. Kepalanya terasa sakit. Matanya pun terpejam erat.

"Akh ...."

"Anin?" Arkan menoleh panik. Ia mendekat dan menyentuh kedua lengan perempuan itu. "Anin, kau kenapa?"

"S-sakit ...."

Seketika Arkan dibuat panik saat Anin tiba-tiba pingsan. Lelaki itu dengan cepat menggendong Anin menuju kamarnya.

Kean yang berada di kamar dan masih terjaga pun turut terkejut saat Papanya datang sambil menggendong Tante cantik nya yang tak sadarkan diri.

1
Paradina
kok belum up kak?
Aquilaliza
Sangat direkomendasi untuk dibaca. Selamat membaca.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!