Di khianati adik tiri dan pacar nya, Airin langsung memilih seorang Pria secara acak hari itu. Tanpa ia tahu, Pria itu adalah seorang narapidana yang sedang menghadiri sebuah acara penting. Airin pun terjebak. Ia tak bisa menghindar dan terpaksa menikah dengan laki-laki itu.
Bagaimana kah kehidupan Airin setelah menikah dengan seorang narapidana? Akan kah ia bertahan atau kah ia harus menyerah?
Selamat membaca. Jangan lupa tinggalkan komentar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Airin menelan liur nya dengan susah payah. Bahkan untuk bernafas pun ia kesulitan. Ia membayangkan bagaimana nanti mereka akan berbulan madu.
"Boleh aku pinjam ponsel mu?" Tanya Leo.
"Ponsel ku? Untuk apa?"
Airin tidak ingin memberikan ponsel itu pada suami nya. Banyak sekali foto dan video diri nya sejak tadi. Ia malu jika foto-foto dan video itu di lihat oleh Leo nanti nya.
"Ada sesuatu yang ingin aku periksa. Apa kamu keberatan?"
"Aku tidak selingkuh, kok. Sumpah. Jadi, jangan lihat ponsel ku, ya."
"Aku hanya meminjam nya sebentar saja. Tidak akan melihat hal pribadi milik mu."
"Kamu janji?"
"Iya. Aku janji."
Airin pun menyerahkan ponsel miliknya pada Leo. Setelah itu Leo mengambil sesuatu yang ada di dalam tas miliknya.
Entah apa yang ia lakukan pada ponsel milik Airin. Lalu kemudian, ponsel itu malah dibuang begitu saja, dan jatuh dari helikopter mereka.
Wajah Airin langsung terlihat kesal karena melihat ponsel satu-satunya telah dibuang oleh Leo.
"Kenapa kau membuang ponsel ku? Itu adalah ponsel kesayangan ku. Di dalam nya banyak kenangan, Leo."
Huhuhuhu
Airin menangis tersedu-sedu karena ponsel miliknya telah dibuang oleh Leo. Ia tak mungkin menyuruh Leo turun dari helikopter. Sedangkan saat itu mereka terbang begitu tinggi.
Airin padahal sudah bersusah payah mereka saat dirinya sedang melihat helikopter dan naik ke atas nya. Tapi saat ini, ponsel yang menjadi bukti, malah di buang oleh Leo.
"Dalam ponselmu diletakkan alat pelacak berkualitas tinggi. Dan jika sudah tersentuh dan diketahui maka ia akan meledak. Jalan satu-satunya ya harus di buang saja." Ucap Leo santai.
Dhuaaaar
Baru beberapa detik saja Leo mengatakan hal itu, ponsel milik Airin langsung meledak. Airin terkejut bukan main sampai memeluk Leo.
"Kenapa di ponsel ku ada bom? Siapa yang telah meletakkan nya?"
"Aku juga gak tahu. Sudah lah jangan nangis lagi. Nanti kita cari ponsel yang lebih bagus."
"Aku menangis bukan karena ponsel itu. Tapi semua kenangan yang ada di dalam nya."
"Apakah kenangan mu bersama Arman? Airin, dengarkan aku. Jika kau sudah menikah dengan ku, kau tak boleh lagi memiliki kenangan dengan masa lalu mu. Aku tak suka."
"Siapa juga yang punya kenangan sama laki-laki pelit itu. Cuma, di dalam galeri ponsel ku ada foto dan video penting."
"Sudah lah. Nanti jika kamu punya ponsel baru, aku akan menjadi fotografer mu dan memotret diri mu dimana saja."
Airin langsung berhenti menangis. Ia terpaksa merelakan ponsel itu. Jika terlambat sedikit saja, pasti ia dan Leo sudah berubah menjadi da-ging gosong.
Tidak lama kemudian, helikopter itu pun tiba di suatu tempat. Airin tidak tahu itu dimana. Mereka di jemput dengan mobil mewah dengan nomor plat yang tidak diketahui oleh Airin.
Airin masuk ke dalam mobil itu dan tempat pertama yang mereka datangi adalah sebuah mall terbesar yang menjual ponsel..
"Silahkan pilih ponsel termahal yang kamu suka. Ambil lah sesuka mu." Ucap Leo.
"Aku boleh ambil banyak?"
"Tentu saja."
"Apa kamu tidak takut, jika aku punya beberapa ponsel nanti aku akan selingkuh?"
"Airin. Jangan bicara yang macam-macam. Pilihlah mana yang kamu suka."
Airin benar-benar memilih ponsel yang paling mahal. Setelah itu, mereka pun kembali ke mobil dan ponsel Airin malah di ambil kembali oleh Leo.
"Untuk apa kamu mengambil ponsel ku?"
"Untuk melindungi mu. Ingat, kamu tidak boleh selingkuh dengan ponsel ini. Jika kamu selingkuh, maka ponsel ini akan meledak seperti tadi. Apa kamu mau?"
"Hah! Kau ini aneh sekali. Apa hobi mu memang seperti itu? Di mana ada kamu, pasti ada ledakan. Lama-lama, nama suami ku ini bukan lagi bang napi. Tapi Kang ledak."
"Kamu salah. Aku sekarang jadi buronan. Jadi, nama ku Bang Buron."
Airin menepuk jidat nya dan kepala nya menggelengkan kepala nya kesana kemari. Ia benar-benar tidak menyangka akan menikah dengan lelaki yang banyak profesi nya.
Saat itu, supir nya Leo malah tak bisa menahan tawa nya. Baru kali ini ia mendengar Leo bercanda seperti itu.
Selama ini, dengan wajah seram nya itu. Mana pernah Leo berkata hal lucu. Semua nya diam dan tak ada yang berani bicara di depan nya.
Seandainya ada ponsel dan bisa merekam apa yang dikatakan dan dilakukan oleh bos nya itu, pasti pak supir akan sangat bahagia.
"Oh ya suami, sekarang kita mau kemana?"
"Bukan nya kamu mengatakan ingin bulan madu yang indah? Aku membawa mu ke tempat yang hanya kita saja yang ada di sana."
"Tapi, kalau cuma ada kita nggak seru dong. Aku nggak mau masak sendiri. Capek."
"Tenang saja. Aku bisa masak dan juga memandikan kamu. Apalagi menggosok badan mu hingga ke sudut-sudut tertentu."
"Heh! Ngomong apaan sih. Mesum sekali kamu ini."
"Aku mesum cuma di depan mu saja."
"Bohong! Laki-laki kalau biasa menggombal, pasti sama siapa saja akan melakukan hal itu."
"Kamu cemburu, Airin?"
"Tidak!"
"Kalau begitu, duduk manis dan diam lah. Ni ponsel mu."
"Untuk apa aku ponsel yang tak ada isi nya ini."
"Apa aku buang saja?"
"Jangaaaaan! Dasar Bang Buron!"
Pak supir hampir saja terkencing di celana saat melihat kelakuan Leo dan Airin. Ia sudah tak sanggup lagi menahan diri nya.
Jika saja ia tak terlatih, ia pasti sudah di dor oleh Leo sejak tadi. Untung lah ia bisa menahan untuk tidak tertawa.
"Tuan, kita sudah sampai."
"Baik. Ayo istri ku kita turun. Ini vila keluarga kami. Untuk sementara, kita tidak bisa keluar negeri. Banyak yang mengincar mu yang saat ini jadi orang kaya baru."
"Iya deh. Terserah kamu saja."
Airin ingin turun dari mobil. Tapi ternyata Leo lebih dulu menggendong nya. Airin ingin melawan tapi ia tang sanggup.
Leo pun membawa nya naik. Masih ada dua ratus anak tangga untuk bisa mencapai villa milik keluarga Leo.
Di setiap anak tangga, ada beberapa pengawal yang berjaga. Airin hanya bisa melihat nya saja.
Untung saja ia tidak menolak. Jika saja ia harus naik dua ratus anak tangga, pasti sampai ke puncak ia sudah pegal.
"Istri ku, kamu tahu."
"Tidak. Aku tidak tahu karena kamu nggak bilang."
"Dengar dulu. Aku belum selesai bicara."
"Oke, lanjut kan suami ku."
"Villa ini adalah hadiah dari Ayah untuk Ibu. Saat bulan madu, Ayah juga menggendong Ibu untuk sampai ke puncak. Aku mau melakukan hal yang sama seperti Ayah."
"Tidak. Turunkan aku di sini."
"Kenapa?"
"Aku bilang turunkan. Kalau tidak, aku akan marah."
Leo dengan perlahan menurunkan Airin. Dan tidak lama kemudian, Airin pun naik tangga sendiri. Hanya tinggal sepuluh anak tangga. Pasti lah ia sanggup.
"Kenapa? Kamu marah?"
"Tidak. Aku tidak mau rumah tangga kita seperti Ayah dan Ibu mu. Aku tidak mau ada pelakor di antara kita."
"Airin, kamu tenang saja. Aku tidak akan membiarkan wanita mana pun mendekati ku."
"Ayah mu juga setia. Tapi, benih nya ada di wanita lain. Bagaimana jika apa yang terjadi pada Ayah mu dulu, malah terjadi pada mu?"
"Aku sendiri yang akan membu-nuh wanita itu. Ini janji ku."
"Kalau memang seperti itu, ayo gendong aku lagi. Aku capek."
Leo pun menggendong Airin. Dan Airin memberi kecupan mesra di pipi nya.
"Airin Istri ku, aku mau yang lebih dari ini."
"Baiklah. Ayo."
dasae manusia tak tau blas budi masih sj menyalahkan
terua saja di perbudak oelh ayah kandung sndri dan ibu tiri
wis kok yo g melek matane sih