Kisah seorang istri yang mencintai suaminya, namun di balas dengan penghianataan dan balas dendam kelurga nya.
Ella menyambut cinta Andrean yang selalu perlakuan dirinya bak seorang Ratu. Hingga akhirnya mereka menikah. Namun sayang, sikap peduli, perhatian dan kasih sayang Andrea menghilang begitu saja. Andrean perlakukan Ella bak orang asing di rumah nya sendiri.
Hingga perselingkuhan Andrean di ketahui Ella. wanita berparas cantik yang memiliki segudang prestasi itu mencoba bertahan. Ia Terus berbuat baik dan patuh pada sang suami. Tetapi kesabaran Ella ada batasnya, sampai akhirnya pertahanan Ella runtuh.
Ella membuat permohonan surat cerai dan mentalak Andrean.
Pria tampan penuh kharisma itu berkata "kau ingin bercerai? Tidak akan pernah bisa, selama pembalasan ku belum berakhir!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berusaha tegar
Dari arah pintu masuk bibi Helena membawa bubur panas dan susu putih. Ternyata Andre sudah kembali dan ia masuk kedalam kamar.
"Andre, kau temani Ella disini. Suapin dia, tangannya masih di infus."
"Baik nek, aku akan menjaga Ella disini."
Nenek Smith beranjak dari duduknya dan berkata sebelum benar-benar pergi dari kamar. "Untuk beberapa hari ini, Kamu tidak usah masuk kantor dulu. Tunggu sampai Ella sembuh!"
Andrean hanya mengangguk patuh tanpa bisa membantah. Kemudian nenek pergi bersama bibi Helena dan menutup pintu kamar.
Di dalam kamar aku terdiam, perasaan ku campur aduk. Sebenarnya aku malas bertemu dengan Andre, saat ini aku hanya ingin sendiri. Tak sadar aku mencium aroma parfum yang familiar di baju Andre. ku mundurkan tubuhku kebelakang, agar hawa parfum Vivian tidak terlalu menyengat di indra penciuman ku.
"Kamu harus makan sekarang, setelah itu minum obatnya." ucap Andre lembut, seakan tidak terjadi apa-apa semalam. Aku tercengang dan tak percaya, Andre bisa berubah dratis dalam sehari. Berubah baik dan lembut seperti yang pernah ia lakukan dulu padaku.
Andre meraih bubur yang masih panas di atas meja, saat ingin menyendok dan mengarahkan ke depan mulut ku, tiba-tiba ponselnya berdering. Pria itu merogoh ponsel kedalam saku celananya. seketika keningnya berkerut, Namun ia tidak mengangkatnya dan membiarkan bunyi ponsel itu menjerit-jerit seakan tidak terjadi apa-apa.
Andre menatap ku dengan Ekspresi yang tidak bisa ku tebak. Lalu kembali arahkan sendok berisi bubur itu kedepan ku. Aku terdiam tanpa membuka mulut sedikitpun.
"Ayo makan." ucapnya datar.
"Aku tidak lapar!" sahut ku tanpa menoleh kearahnya.
"Kamu harus minum obat, jangan sampai nenek kecewa."
Ku tatap wajahnya dengan ekspresi kesal "Kapan aku pernah kecewakan nenek?!"
"Aku hanya tidak ingin nenek khawatir padamu dan akhirnya Nenek juga sakit."
Ucapan Andre sungguh menyakiti hati ku. Jadi ia baik padaku karena tidak ingin neneknya khawatir dan sakit? Dadaku bergemuruh mendengar kata-katanya, pelan namun menyakitkan. Seakan disini akulah yang bersalah.
"Aku tahu kamu tidak akan pernah perduli pada ku." ucap ku datar, namun masih terdengar di telinganya.
Pria itu membuang nafas pelan "Tolong, kalau kamu masih sayang nenek. Makanlah dan minum obatnya."
Aku benar-benar kesal pada perkataan Andre, semua yang ia lakukan semata-mata hanya untuk neneknya,tanpa perduli dengan perasaan ku.
"Taruh saja bubur itu di meja, aku masih memiliki tangan untuk makan sendiri." kataku ketus, aku masih teringat kejadian semalam dan telepon dari wanita rubah itu.
"Kamu yakin? Pria itu menatap ku penuh tanya, lalu mengangguk "Baiklah, bila kamu butuh aku, panggil saja. Aku akan turun kebawah sebentar."
Andrean benar-benar tidak peka sama sekali. Ia menaruh mangkok bubur di atas meja nakas. Lalu berjalan kearah pintu. Saat ingin membuka handle pintu aku berseru.
"Andre .."
Pria itu menoleh "Ada apa? tanyanya, ia menatap ku penuh selidik.
"Andre, mari kita bercerai!" kataku terus terang.
Namun, kata-kata itu keluar dari dalam hatiku. Kenapa tiba-tiba bibir ku mengatup dan lidahku kelu saat ingin mengucapkan kata cerai pada pria yang sudah hidup bersama ku selama tiga tahun.
"Apa yang ingin kau katakan?" tanyanya lagi, tetapi mulut ku tetap bungkam "Ella, apa kamu berpura-pura sakit? satu alis tebalnya terangkat "Kau ingin aku tetap bersama mu di dalam kamar bukan?" sindir Andre, bibirnya melengkung keatas seakan sedang mengejek ku.
AKu terkejut dengan analis Andre, ku tatap tajam wajah pria yang berdiri di ambang pintu. "Lebih baik kau pergi dan jangan berharap aku akan meminta tolong padamu!" kataku akhirnya.
"Oke! Balasnya
Pria tampan bermata coklat itu tersenyum samar, lalu membuka handle pintu dan menutup rapat. Aku benar-benar emosi mendengar ucapan Andre. Penyesalan ku baru sekarang, kenapa dulu aku sangat bodoh, mencintainya dengan tulus dan menerima lamarannya. Ternyata pria itu hanya mencintai kelurganya dan tidak pernah perduli padaku yang benar-benar sakit.
Kebetulan aku memang lapar, ku paksakan diri memakan bubur sayur buatan bibi Helena. Setelah mangkok habis isinya, ponsel ku berdering. Aku lupa memberitahu Darren kalau hari ini tidak bisa masuk kantor. Ku geser tombol warna hijau dan memanggil "Iya Darren."
"Ella, Kamu di mana?"
"Darren maaf, aku tidak bisa masuk hari ini."
"Kamu sakit?"
"Iya."
"Baiklah aku akan datang kerumah mu."
"Enggak usah! cegah ku.
"Kenapa? Kamu sakit Ella. Aku akan antarkan ke rumah sakit."
"Aku berada di rumah nenek Smith. Dokter kelurga Smith sudah memberikan aku obat."
"Jadi kau berada disana? Terdengar suara Darren yang tidak suka.
"Kemarin sore nenek menelpon ku, dan menyuruh ku datang ke rumahnya."
Terdengar helaan nafas berat dari sebrang telepon "Kamu bersama Andre!"
Aku terdiam, mau menutupi juga percuma. Darren sudah tahu Andre pasti ada di rumah kelurganya.
"Iya." kataku pelan.
"Tunggu sampai kamu sembah, baru boleh masuk kantor."
"Besok aku sudah bisa masuk kerja."
"Jangan di paksa, tunggu sampai kamu benar-benar sembuh." suara Darren terdengar khawatir
"Darren.." panggil ku pelan, sungguh aku tidak enak bila tidak masuk kantor, apalagi perusahaan baru saja opening.
"Besok aku sudah sehat, hari ini hanya tidak enak badan." kata ku tidak ingin Darren khawatir.
"Baiklah, kalau ada apa-apa kabarin aku segera."
"Oke."
Setelah bicara aku mengakhiri panggilan. Aku meminum beberapa butir obat dari dokter Oscar dan tertidur. Aku hanya ingin sehat dan pulang ke rumah, agar besok bisa beraktivitas kembali.
💜💜💜💜