NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta CEO Duda

Mengejar Cinta CEO Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Diam-Diam Cinta
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: triani

Alya, gadis miskin yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di salah satu universitas harus bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya tertarik saat menerima tawaran menjadi seorang baby sister dengan gaji yang menurutnya cukup besar. Tapi hal yang tidak terduga, ternyata ia akan menjadi baby sister seorang anak 6 tahun dari CEO terkenal. kerumitan pun mulai terjadi saat sang CEO memberinya tawaran untuk menjadi pasangannya di depan publik. Bagaimanakah kisah cinta mereka? Apa kerumitan itu akan segera berlalu atau akan semakin rumit saat mantan istri sang CEO kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24, Curahan hati Tara

Setelah situasi tegang dengan Nadia di kantor, Aditya merasa butuh waktu untuk merenung dan berbicara. Menyadari bahwa Alya sudah terlalu banyak terlibat dalam konflik keluarga mereka, Aditya memutuskan untuk mengajaknya makan siang di sebuah restoran dekat kantor sebelum mengantarnya pulang.

"Aku lapar, bagaimana kalau kita makan siang dulu sebelum saya antar kamu pulang!?" ucap Aditya dengan nada datar.

Alya sebenarnya tidak begitu berminat untuk kemana-mana lagi setelah apa yang terjadi hari ini, tapi ia juga tidak kuasa untuk menolaknya,

"Baiklah, aku mau."

Aditya pun segera berbalik dan meraih jasnya yang menggantung di sandaran kursi dan segera memakainya,

"Ayo," ajaknya mempersilahkan Alya untuk berjalan lebih dulu setelah merasa penampilannya rapi.

"Mari pak," Alya merasa sungkan jika harus berjalan di depan, tapi tanpa di duga tiba-tiba Aditya menggandeng tangan Alya membuat Alya tidak bisa lagi berkutik selain membiarkan tanganya berada di genggaman tangan Aditya.

***

Restoran yang dipilih Aditya sederhana namun nyaman, dengan dekorasi kayu dan jendela besar yang menghadap taman kecil. Mereka memilih meja di pojok yang lebih sepi, memberikan suasana privat untuk berbicara. Alya tampak sedikit canggung duduk berhadapan dengan Aditya, terutama setelah apa yang terjadi sebelumnya di kantor.

Pelayan datang, dan mereka memesan makanan tanpa banyak bicara. Setelah pelayan pergi, Aditya membuka percakapan, suaranya lembut namun penuh dengan nada serius.

 "Alya, aku tahu semua ini tidak mudah untukmu. Kehadiran Nadia, situasi dengan Tara… Aku minta maaf kalau kamu merasa terbebani."

Alya tersenyum kecil, "Tidak apa-apa, Pak. Saya di sini untuk membantu, terutama untuk Tara. Dia anak yang luar biasa, dan saya senang bisa ada di dekatnya."

Aditya menghela napas, "Tara memang luar biasa, meskipun aku merasa sering mengecewakannya. Dia pantas mendapatkan keluarga yang lebih baik daripada yang aku berikan."

"Saya rasa Anda terlalu keras pada diri sendiri. Dari apa yang saya lihat, Anda adalah ayah yang sangat peduli."

Aditya terdiam sejenak, lalu menatap Alya dengan pandangan penuh pertimbangan.

"Alya, aku ingin jujur tentang sesuatu. Tentang pernikahanku dengan Nadia."

Alya menegakkan punggungnya, merasa percakapan ini akan menjadi serius.

"Tentu, Pak. Jika Anda merasa nyaman membicarakannya."

Aditya menundukkan kepala, mengaduk kopinya, "Pernikahanku dengan Nadia tidak pernah benar-benar bahagia. Di awal, aku pikir kami bisa menjadi pasangan yang kuat. Tapi seiring waktu, aku mulai menyadari bahwa Nadia lebih banyak memikirkan dirinya sendiri."

"Maksud Anda?" tanya Alya dengan hati-hati.

"Dia selalu menggunakan posisinya sebagai ibu Tara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Ketika kami berpisah, itu bukan hanya soal kariernya. Dia sering meninggalkan Tara, lalu kembali dan berpura-pura menjadi ibu yang sempurna hanya untuk menjaga citranya di depan orang lain."

Alya cukup terkejut, "Saya tidak tahu seburuk itu..."

"Ada masa-masa di mana Tara menunggu Nadia pulang selama berjam-jam, hanya untuk akhirnya tertidur di sofa. Dan saat Nadia datang, dia bahkan tidak mempedulikannya, seolah besok akan kembali baik-baik saja."

Alya menggigit bibirnya, merasa iba pada Tara dan juga Aditya.

"Pasti berat untuk Anda dan Tara." ucap Alya kemudian.

Aditya menganggukkan kepalanya pelan, "Itulah kenapa aku sangat protektif terhadap Tara sekarang. Aku tahu aku tidak sempurna sebagai ayah, tapi aku tidak ingin dia merasa ditinggalkan lagi."

Alya menatap Aditya dengan empati yang tulus.

"Dari apa yang saya lihat, Anda sudah melakukan yang terbaik untuk Tara. Dia tahu Anda peduli, meskipun mungkin dia belum mengatakannya secara langsung."

Aditya tersenyum kecil, matanya melembut.

"Dan kamu… kamu sudah banyak membantu, Alya. Aku tidak pernah menyangka seseorang yang awalnya hanya bekerja untuk keluarga kami bisa begitu berarti untuk Tara."

Alya terdiam sejenak, wajahnya memerah sedikit.

"Saya hanya ingin membantu. Tara pantas mendapatkan kebahagiaan."

"Kamu juga. Jangan lupakan dirimu sendiri dalam proses ini." ucap Aditya dengan suara rendah.

Saat makanan mereka datang, suasana menjadi lebih santai. Mereka berbicara tentang hal-hal kecil, dari kebiasaan lucu Tara hingga pekerjaan Alya sebelum bergabung dengan keluarga Aditya. Namun, di balik percakapan ringan itu, keduanya merasa ada sesuatu yang berubah. Hubungan mereka perlahan berubah dari profesional menjadi lebih personal, dengan kepercayaan yang mulai tumbuh di antara mereka.

Setelah makan siang selesai, Aditya mengantar Alya pulang. Di dalam mobil, mereka berdua tenggelam dalam pikiran masing-masing, tetapi ada rasa nyaman yang baru ditemukan dalam keheningan itu. Alya merasa bahwa, untuk pertama kalinya, ia benar-benar memahami Aditya dan perjuangannya. Sementara itu, Aditya mulai menyadari bahwa Alya adalah sosok yang berbeda—seseorang yang tidak hanya membantu, tetapi juga mengisi kekosongan di kehidupannya dan Tara.

****

Malam itu, Alya duduk di kamarnya dengan pandangan kosong menatap cermin. Pikirannya penuh dengan kata-kata tajam Nadia siang tadi. Setiap kalimatnya terasa menusuk, membuat Alya mulai mempertanyakan kehadirannya di rumah ini. Apakah benar ia pantas berada di sisi Tara? Apakah ia pantas menjadi bagian dari keluarga ini, bahkan hanya sebagai pengasuh?

Namun, sebelum Alya tenggelam lebih jauh dalam pikirannya, pintu kamarnya diketuk perlahan.

"Mama Alya? Boleh aku masuk?" ucap Tara dari luar.

Alya buru-buru menghapus air mata yang hampir jatuh.

"Tentu, sayang. Masuk saja."

Tara membuka pintu dengan senyuman kecil, tetapi senyumnya segera memudar saat melihat wajah Alya yang tampak lelah.

"Mama Alya, kamu baik-baik saja?" tanya Tara khawatir.

Alya tersenyum tipis, "Tentu. Ada apa, Tara?"

Tara mendekat dan duduk di sebelah Alya, memegang tangan Alya dengan kedua tangannya yang kecil.

"Aku tahu Mama Nadia sudah bicara kasar sama, Mama Alya."

Alya begitu terkejut, "Tara... itu tidak benar."

Tara menggelengkan kepalanya, "Enggak. Aku nggak suka cara Mama Nadia bicara sama mama Alya. Tara nggak suka sama mama Nadia."

Alya menghela nafas dalam, "Tara, mungkin Mama Nadia hanya ingin yang terbaik untukmu. Dia ibu kamu. Wajar kalau dia khawatir."

Tara menyela dengan cepat, "Tapi Mama Nadia nggak tahu apa yang terbaik buatku! Aku tahu mama Alya selalu ada buat aku. mama Alya sudah ngajarin aku banyak hal, dengerin aku, dan nggak pernah bohong."

Alya terdiam, matanya mulai berkaca-kaca.

"Tara, kamu tahu, aku hanya ingin kamu bahagia. Itu saja."

Tara menatap Alya dengan serius, "Aku bahagia kalau ada mama Alya. Kalau Mama Nadia nggak mau lihat itu, itu salahnya Mama Nadia."

Alya tersenyum kecil, tetapi ada kesedihan yang terselip di sana.

"Tara, mendengar kamu bilang itu... sangat berarti untukku. Tapi aku nggak ingin kamu membenci mamamu. Dia tetap bagian dari hidup kamu."

"Tapi aku lebih suka mama Alya. Kamu selalu ada buat aku, sementara Mama Nadia selalu sibuk." bisik Tara.

Alya memeluk Tara dengan erat, menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Terima kasih, Tara. Mama Alya sayang sama kamu. Tapi kamu juga harus beri kesempatan untuk Mama Nadia. Mungkin dia hanya belum tahu caranya menjadi ibu yang baik buat kamu."

Tara mengangguk pelan, "Tapi aku tetap ingin mama Alya di sini. Jangan pergi, ya?"

Alya tersenyum sambil membelai rambut Tara, "Mama janji, Mama akan ada di sini selama kamu masih butuh Mama Alya."

Tanpa disadari Alya dan Tara, Aditya berdiri di depan pintu, mendengar percakapan mereka. Dia tidak bermaksud menguping, tetapi langkahnya terhenti ketika mendengar suara Tara yang penuh emosi.

Melihat Alya memeluk putrinya dengan begitu tulus membuat sesuatu di dalam hati Aditya tersentuh. Selama ini, ia berpikir bahwa Nadia adalah satu-satunya sosok ibu yang dibutuhkan Tara. Namun, malam ini, ia menyadari bahwa Alya telah memberikan sesuatu yang Nadia tidak pernah bisa—kehangatan, perhatian, dan cinta yang tanpa syarat.

Bersambung

Happy reading

1
yuning
semoga Alya menerimamu
yuning
semangat Alya
yuning
ada yang mencair
yuning: hatiku say 😁
Tri Ani: tapi bukan es, apa tuhhhh😁
total 2 replies
yuning
aku ikutan menghangat
yuning
waalaikumsalam,sama sama Thor
Nursina
seru lanjutkan
Entin Fatkurina
so aweet
Tri Ani: makacihhhhhh
total 1 replies
yuning
calon istri idaman
yuning
menjadikan Alya istrimu solusinya
SRI JARWATI
Mama alya ....uuh pasti happy banget si tara , mwmiliki mama pengganti yg lpsmuh kasih sayang
SRI JARWATI
Semengat Tara , kamu memang anak yg cerdas.
SRI JARWATI
Bagus banget ceritanya, aqu suka
SRI JARWATI
Dasar manusia es , nyebelin
SRI JARWATI
Jangan menyerah alya , kamu pasti bisa mencairkan manusia dingin itu , semangat
SRI JARWATI
Terus semangat alya
SRI JARWATI
Semangat alya , kamu bisa
SRI JARWATI
Tuan CEO nya dingin banget ya , iihh serem
SRI JARWATI
Ceritanya bagus , selalu bikin penasaran dan menambah wawasan bagi yg belum berpengalaman
SRI JARWATI
Bagus banget cara merayunya /Good/
yuning
sarangheo
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!