"kenapa kamu setujui mereka angkat rahim aku?" teriak Nindi pada Juna sang suami. Nindi telah menikah dengan idola tampan, yang merupakan aktor terkenal. Ia harus menghadapi kenyataan pahit saat rahimnya di angkat. "Punya rahim ataupun tidak. Kamu tetap istriku" kata Juna. Itu hanya kata-kata penenang yang akhirnya hilang bersamaan tuntutan cucu dari keluarga besarnya. Punya istri simpanan atau jujur menikah untuk yang kedua kalinya adalah pilihan yang harus Juna ambil. Tapi dari kedua pilihan tersebut sama sekali tidak ada yang menguntungkan untuk Nindi. Jadi apakah yang harus juna lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Talak
Suara Tama menghentikan langkah kaki Juna, ia berbalik menatap adik iparnya.
"Jangan gantung status mbak Nindi lagi, jika memilih Tiara berarti silakan lepaskan kak Nindi" kata Tama.
"Bagus kamu bicara begitu" kata mamanya.
"Jika Mas pergi dari rumah ini, berarti mas sudah siap meninggalkan mbak" kata Tama
"Jangan bicara gak masuk akal tam" juna terlihat kesal.
"Juna, sudahlah. Kalau kamu pilih Tiara dan anak kamu. Maka ceraikan Nindi" kata mamanya.
"Juna kan sudah bilang sama mama, Juna gak akan bercerai dari Nindi"
"Tapi mas memilih Tiara kan, lalu mbak Nindi gimana?" tanya Tama
"Mbak Nindi belum setuju untuk dimadu"
"sudahlah Jun, Tiara sudah makin kesakitan ini" kata mamanya.
"Silakan jatuhkan talaknya kalau memang mas Juna memilih Tiara" tantang Tama.
Nindi hanya menatap Juna dengan pandangan sendu, Nindi berusa menahan tangis sekuat tenaganya.
"Mas ayo pergi, sudah sakit kali" ringis Tiara.
"Ayolah Jun, Tiara perutnya sakit kali. Kalau kamu gak mau pergi biar mama yang pergi bawa Tiara"
Juna menatap istri keduanya yang terlihat sangat ketakutan.
"Nindi mustika Putri"ucap Juna kemudian berhenti menarik nafasnya dalam.
Nindi menggenggam tangan ibuknya erat, ia mencoba menguatkan hatinya.
"Nindi mustika Putri saya jatuhkan kepada engkau talak, dan sekarang kamu bukan lagi istri saya" lanjut Juna.
Air mata Nindi tak sanggup ia tahan lagi, air matanya menetes membasahi wajahnya.
"Maaf" kata Juna kemudian memapah Tiara menuju mobilnya.
Nindi berlari menuju kamarnya, menangis sesenggukan. Ibuk masuk ke kamarnya menyusul Nindi, Nindi berbaring di tempat tidurnya, menangis sesenggukan.
"nak, sabar ya" kata Ibuk mengusap punggung Nindi. Ia menguatkan hati putrinya, sungguh berat cobaan putrinya. Nindi patah hati 2 kali, di khianati suaminya dan di tinggalkan ayahnya untuk selamanya.
Tama menatap kepergian mobil Juna dengan penuh kebencian, ia sangat kesal melihat keluarga itu.
......................
"Juna dikabarkan telah menjatuhkan talak pada Nindi"
"Juna sudah menikah siri"
Dan banyak lagi gosip yang beredar, Nindi mengunci rapat-rapat mulutnya dari wartawan. Nindi meminta pengertiannya sampai selesai 40 harian bapaknya baru dia akan menjelaskan semuanya.
Dan benar setelah acara 40 hari Bapaknya Nindi mendaftarkan perceraian ke pengadilan agama.
Melalui pengacara didapatkan keterangan bahwa Nindi sudah di talak oleh Juna tepat 3 hari setelah ayahnya meninggal.
"Benar kalau klien kami sudah di talak sebelumnya"
"Kalau soal alasan bercerai, klien meminta untuk menutupnya"
"Apa? Menikah siri? Kalian bisa tanya Juna" itu lah jawaban si pengacara saat di todong wartawan dengan pertanyaan.
Nindi baru selesai sholat magrib saat ibunya berdiri di ambang pintu. Ia menatap Nindi yang sedang melipat sajadahnya.
"Ayok makan nak" ajak Ibuk.
Nindi mengangguk, ia mengikuti langkah ibu menuju meja makan.
Tama sedang menghidangkan makanan, dan menyusun gelas dan piring.
"Masak apa tam" tanya Nindi duduk di kursi.
"Tuh... " Tama malas menjelaskan acara basa basi kakaknya, ia menunjuk makanan yang tersaji dengan dagunya
"kayaknya ibuk bakal makan nambah nih kalau Tama yang masak" kata ibuk ikut menggoda Tama
"Ibuk jangan ikutan mbak lah" pinta Tama kesal karena di goda.
"Ayo makan, mbak udah lapar" kata Nindi memakan hidangannya.
"Nin"Panggil ibuk lagi.
"Hmmm" kata Nindi menatap ibuknya.
"Kamu baik-baik aja kan" tanya Ibuk.
"Kenapa ibuk bertanya seperti itu? Ibuk pernah bilang, ikhlas susah. Nindi sedang belajar ikhlas buk" jelas Nindi.
"Mbak, jangan pernah merasa sendiri. Mbak punya kami" kata Tama
"Iyah tau.."
Nindi tak mungkin tak merasa sedih, jika mengingat yang terjadi air matanya tak mampu ia tahan.
Paling tidak ini lebih baik dari pada berpura-pura baik-baik saja.
Nindy menatap ibuk dan Tama bergantian kemudian tersenyum menikmati makan malam mereka
......................
...****************...
Jadi yu buruan gabung karena kapasitas kami terbatas
Caranya hanya cukup Follow akun saya, maka saya akan undang kalian masuk. Terima Kasih