DENDAM SEORANG ANAK

Setelah berbicara dengan Lita Ferry buru-buru masuk ke dalam rumah karena takut dia akan kembali goyah dengan keputusannya.

" Kamu kenapa mas kok lari-larian begitu? " Vera bertanya dengan wajah yang bingung saat melihat suaminya.

" Astaga kamu ngagetin Mas tahu nggak. " Ferry amat terkejut saat mendengar suara istrinya di saat dia yang baru saja akan melangkah menaiki anak tangga.

" Kamu lebay deh Mas aku kan hanya bertanya kamu kenapa kok lari-larian begitu seperti bertemu setan aja. " ujar Vera mengulang pertanyaannya.

" Ini lebih seram dari setan sayang udah yuk buruan kita ke kamar nanti setannya nyusul lagi? " Ferry menggandeng tangan istrinya lalu mengajaknya naik ke lantai atas untuk beristirahat.

Keesokan harinya...

Tepat pukul 07.00 pagi Lita sedang duduk di teras rumahnya sambil membawa sebuah hadiah berupa kotak persegi panjang yang akan dia berikan pada Ferry. hadiah itu sudah Lita persiapkan tadi malam setelah dirinya diputuskan oleh Ferry begitu saja.

" Apakah setelah melihat hadiah ini kamu akan tetap meninggalkan aku Mas Ferry! " Lita berucap sembari tersenyum menyeringai.

Lita terus menunggu dan terus menunggu hingga pukul 07.30 Lita melihat Ferry yang keluar dari dalam rumahnya tanpa ditemani sang istri. Tanpa membuang-buang waktu Lita segera melangkahkan kakinya mendekat ke arah Ferry yang baru saja akan membuka pintu mobil.

" Mas Ferry tunggu sebentar? " Lita memanggil sambil mempercepat langkah kakinya.

" Astaga kamu mau apa lagi sih Lita? bukannya tadi malam sudah Mas katakan jika Mas ingin mengakhiri hubungan kita jadi mulai sekarang jangan pernah temui Mas lagi? " ujar Ferry yang berbicara dengan nada yang pelan namun dari ekspresi wajahnya sangat terlihat tidak suka.

" Aku tahu kok mas kedatanganku ke sini bukan untuk mengganggu kamu, aku ke sini hanya ingin memberikan hadiah ini padamu? aku mohon terimalah hadiah ini hitung-hitung kenang-kenangan terakhir dariku karena besok pagi aku akan pindah dari sini, terima kasih untuk segalanya dan terima kasih karena kamu sudah memberikan kenang-kenangan yang terindah untukku, walaupun hanya sebentar tapi aku sudah cukup bahagia walaupun pada akhirnya aku harus terluka karena merelakan laki-laki yang aku cintai kembali pada istrinya, jangan lupa dibuka ya Mas semoga kamu menyukainya? oh iya sekalian aku juga mau pamit karena ini yang terakhir kalinya aku menemui kamu, selamat tinggal Mas Ferry terima kasih atas segalanya? " Lita berbicara sambil mengeluarkan air matanya lagi, setelah itu Lita memberanikan diri untuk mencium pipi kanan Ferry dan ia segera berlalu meninggalkan Ferry yang masih diam mematung.

Saat mendengar bahwa esok pagi Lita akan pindah dan ini adalah momen terakhir kalinya mereka bertemu, entah mengapa dari dalam hatinya Ferry merasa sedih, tidak ikhlas, sekaligus berat untuk melepaskan Lita.

Dia memang sudah memutuskan untuk kembali menjadi suami yang setia tetapi dia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri jika dia masih sangat mencintai Lita. Namun untuk kembali menjalin hubungan dengan Lita itu juga tidak mungkin karena Vera pasti akan kembali nekat untuk bunuh diri dan satu-satunya yang bisa Ferry lakukan hanyalah menatap kepergian Lita dengan nanar.

Di saat kedua matanya terus melihat ke arah Lita yang berjalan semakin jauh lalu masuk ke dalam rumahnya, tiba-tiba ponselnya yang ada di dalam saku celan berdering dan hal itu membuat Ferry tersadar dari keterpakuannya.

" Astaga aku terlambat. " ucap Ferry yang baru teringat jika pagi ini dia ada meeting penting dengan seorang klien yang akan membantu perusahaannya bangkit kembali.

Dengan terburu-buru Ferry langsung masuk ke dalam mobil lalu meletakkan hadiah yang diberikan oleh Lita di jok samping kursinya, setelah itu Ferry segera memacu laju roda empatnya dengan kecepatan tinggi menuju ke sebuah perusahaan yang untungnya perusahaan tersebut tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya.

Siang harinya...

Setelah semalam mereka melakukan pemeriksaan untuk proses program kehamilan, hari ini Ferry dan Vera membuat janji untuk bertemu di rumah sakit mengambil hasil pemeriksaan mereka.

Karena Ferry yang sedang sibuk di kantornya jadi dirinya meminta Vera untuk bertemu di rumah sakit saja karena dia sama sekali tidak sempat jika harus menjemput dan Vera pun tidak mempermasalahkan hal itu.

" Hai sayang sudah lama sampainya? " Vera menyapa suaminya yang sedang menunggunya di depan pintu masuk rumah sakit.

Tanpa rasa malu Vera langsung berhambur memeluk tubuh suaminya lalu mencium pipi kanan dan pipi kirinya dengan mesra.

" Jangan begitu Vera malu ah diliatin? " ujar Ferry mengingatkan karena semua orang yang ada di depan rumah sakit tersebut melihat ke arah mereka berdua.

" Biarin aja dong memangnya salah kalau aku mau bermesraan dengan suamiku yang paling tampan ini. " Vera menjawab sambil bergelayut manja di lengan suaminya.

" Ya sudahlah terserah kamu saja kalau begitu ayo kita masuk Mas sudah tidak sabar melihat hasilnya seperti apa. " sahut Ferry sambil mencolek hidung mancung milik istrinya.

" Iya Mas aku juga sudah tidak sabar tapi aku yakin sih kalau kita berdua pasti subur dan kita bisa segera punya anak deh. " Vera berkata dengan begitu yakin dan percaya.

Setelah itu mereka berdua melangkah bersama-sama menuju ke ruang praktek dokter kandungan yang semalam mereka datangi, karena mereka sudah membuat janji terlebih dahulu jadi mereka langsung masuk ke dalam ruangan tanpa harus mengantri seperti yang lainnya.

" Selamat siang dokter. " Vera dan Ferry menyapa dokter kandungan tersebut bersama-sama.

" Silakan duduk Bapak Ferry dan Ibu Vera. " sahut dokter kandungan yang bernama dokter Ayu.

" Wah bapak dan Ibu wajahnya berseri sekali ya pasti sudah tidak sabar nih ingin mendengar hasilnya. " ucap dokter Ayu yang dengan sengaja menggoda Ferry dan juga Vera.

" Iya dong dok, kami berdua sudah tidak sabar sekali ingin mendengar hasilnya tapi kalau saya yakin sih kalau kami berdua ini sehat dan juga subur. " Vera berkata dengan begitu percaya diri dan dokter Ayu pun hanya tersenyum.

Setelah itu dokter Ayu segera membuka sebuah amplop putih yang di dalamnya terdapat surat hasil pemeriksaan Vera dan juga Ferry, saat membuka dan membaca surat tersebut dokter ayu cukup terkejut namun setelah itu dokter Ayu langsung mengubah ekspresi wajahnya agar kedua pasien yang ada di hadapannya tidak curiga.

" Bagaimana dokter saya dan istri saya baik-baik aja kan? kami berdua subur kan? " Ferry bertanya dengan tidak sabaran.

Sebelum menjawab pertanyaan pasangan suami istri yang ada di hadapannya, dokter Ayu melipat kembali surat tersebut lalu menyimpannya di amplop seperti semula, setelah itu dokter Ayu memandang wajah Vera dan Ferry secara bergantian lalu dia tersenyum dengan lembut.

" Bagaimana dokter apa hasilnya? " ucap Vera yang ikut bertanya karena dia sama tidak sabarnya dengan sang suami.