HANA HUMAIRAH ALDRICK gadis cantik berhijab yang sangat ahli dalam bela diri dan juga sangat pintar terpaksa menjadi bodyguard seorang CEO karna permintaan dari orang yang telah membesarkannya.
ARGA MAHESYA PUTRA ADMADJA
seorang CEO diperusahaan milik ayahnya. Semenjak menjadi CEO ia selalu mendapatkan teror bahkan ada yang melakukan percobaan pembunuhan terhadapnya. Karna hal itu orangtuanya mencarikannya seorang bodyguard yang akan selalu bersamanya.
"Hahaha ... mama pasti bergurau bukan? aku dijaga oleh seorang perempuan? yang benar saja"
"Sombong sekali anda tuan, dengan sekali gerakan aku bisa mematahkan kaki anda itu" batin Hana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatma Yulita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu kebenaran
Hana sekarang sudah berada disebuah kafe menunggu seseorang. Hana yang sedang sibuk menatap ponselnya mendongak kala mendengar teriakan seseorang.
"Mai!" teriak seorang pria.
Hana melambaikan tangannya pelan. Karna teriakan dari pria tadi sekarang mereka menjadi pusat perhatian pengunjung kafe. Pria itu menghampiri Hana dan segera duduk di depan Hana.
"Selamat siang Mai cantik" ucap pria itu dengan memasang senyum manisnya.
"Berhentilah bersikap kekanakan seperti itu Dim" Ucap Hana memperingati pria itu. Pria itu adalah Dimas, ia salah satu murid di Aldrick Martial Academi (AMA) yang dekat dengan Hana. Memang Dimas sifatnya penuh humor, tapi jangan pernah main main dengannya. Ia tau memposisikan dirinya, ada saat dimana ia bisa bercanda dan ada pula saatnya dimana ia harus serius.
"Hal baru apa yang kau temukan?" ucap Hana langsung to the point.
"Hehehe ... santai bu bos, apa bisa saya memesan minuman terlebih dahulu, saya juga lapar, bu bos pikir tak butuh tenaga untuk datang kesini?" Ucap Dimas.
Hana tak merasa tersinggung dengan ucapan Dimas, karna dari dulu Dimas itu memang suka sekali bercanda dan menggodanya. Dimas sudah masuk kedalam AMA sejak berusia 12 tahun, Dimas seumuran dengan Hana membuat Hana merasa nyaman dengannya walaupun dengan tingkahnya yang sedikit diluar dugaan, menurut Hana. Dimas juga merupakan orang kepercayaan keluarga Aldrick.
Hah ... Hana menghembuskan nafas kasar. "Pesanlah yang kau mau, aku yang traktir" ucap Hana
"Wiih ... banyak uang sekarang bu bos?" Ucap Dimas sembari terkekeh.
"Cepat pesan atau aku akan menarik kembali ucapanku" Hana menetap tajam Dimas. Dimas bergidik ngeri menatap tatapan tajam Hana.
"Eh? jangan, baiklah aku akan memesannya sekarang" Dimas kemudian memanggil satu pelayan yang berada didekat mereka. Ia memesan banyak makanan, Hana yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala sedikit menyunggingkan senyumannya yang berada dibalik cadar itu.
Setelah memesan semua yang ia inginkan, Dimas kembali menatap Hana. Ia cengengesan menatap Hana.
"Hehe selagi gratis, kenapa tidak, aku akan memakan semuanya nanti" Ucap Dimas menampilkan cengirannya.
"Selalu saja begitu" ucap Hana memutar bola matanya malas.
"Apa kau tidak akan mulai mengangsur memberitahuku informasi yang kau dapatkan?" lanjut Hana.
Dimas yang tadinya terkekeh seketika berubah serius. Ia menegakkan tubuhnya, kemudian mengeluarkan benda pipih yang berada disaku celananya. Dimas mengotak-atik ponselnya mencari sesuatu. Setelah mendapatkannya ia menyodorkan ponselnya pada Hana.
"Apa ini?" tanya Hana heran.
"Dengarlah itu" ujar Dimas.
"Baiklah" Hana
Hana Mendengarkan rekaman suara itu dengan seksama. Setiap kalimat yang ia dengar, membuatnya benar-benar tersulut emosi. Dimas yang mengerti dengan keadaan Hana sekarang mencoba menenangkannya.
"Aku harap kau jangan gegabah Hana, kita belum tau dia bekerja untuk siapa dan apa alasannya melakukan semua itu" Jelas Dimas.
Hana mengepalkan tangannya kuat seraya memejamkan matanya, berusaha untuk meluapkan emosi yang menyelimutinya.
huuuum....haaaaah...Hana menarik dan menghela nafasnya. Kemudian ia membuka matanya.
"Ya kau benar dimas, aku tidak boleh gegabah, terima kasih Dimas" ucap Hana.
"Iya sama-sama, oh ya? karna kerjaku bagus, aku bisa dapat traktiran lebih ya?" Dimas berusaha menghibur Hana. Dimas tau kalau Hana sedang tersenyum kearahnya walau tertutupi oleh cadar. Itu membuatnya tersenyum lega. Hana menganggukkan kepalanya.
"Tentu saja kau boleh makan sepuasnya hari ini" ucap Hana sambil terkekeh kecil menatap Dimas yang mengepalkan tangannya ke udara.
Yessss
"Sudah hentikan, kau dilihat oleh banyak orang karna tingkahmu itu" ucap Hana masih terkekeh.Dimas menatap Hana yang masih terkekeh menertawainya.
Aku senang melihatmu bahagia seperti ini Hana, seakan-akan kau adalah kebahagiaanku, entah kapan kau akan membalas perasaanku, saat kau mengatakan kau sayang padaku, aku sungguh bahagia sekali tapi, ternyata sayangmu padaku hanyalah sebatas kakak. Kau hanya menganggapku kakakmu, tapi tidak masalah bagiku, selagi kau tersenyum dan bahagia aku akan ikut bahagia. Walau suatu hari nanti kau akan bersama dengan pria lain.
Hana mengernyit heran, kenapa Dimas menatapnya seperti itu.
"Dimas!" panggil Hana, namun tak mendapat sautan dari Dimas, Hana melambaikan tangannya didepan wajah Dimas, tetap saja dia tak menyahut.
"Dimas!" Panggil Hana sambil memukul punggung tangan Dimas yang berada diatas meja menggunakan ponselnya.
"Hah?" Seketika Dimas kaget, ia tersadar dan segera mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Kenapa?" tanya Hana singkat.
"Hah? aku..aku hanya memikirkan makanan enak yang akan aku makan sebentar lagi. Kenapa mereka lama sekali ya?" Dimas pura pura melihat jam yang melingkar ditangan kirinya. Hana percaya, ia terkekeh kecil.
"Tentu saja mereka lama karna kau memesan makanan terlalu banyak" Ledek Hana.
"Hahaha..kau benar juga" Dimas tertawa canggung berusaha menghilangkan ingatan yang baru saja ia pikirkan.
Setelah urusan Hana selesai dengan Dimas, Hana kembali ke kediaman keluarga Admadja. Hana telah sampai di depan rumah besar keluarga Admadja. Setelah memarkirkan mobilnya dengan rapi Hana langsung masuk kedalam rumah besar tersebut. Para pengawal yang berjaga didepan pintu sedikit menundukkan kepala saat Hana melewati mereka dan Hana hanya membalasnya dengan anggukan kecil.
Saat memasuki rumah, hanya tampak ruangan yang kosong. Hana tidak melihat Maryana ataupun Rosalina.
"Ah, mungkin nyonya besar sedang istirahat dan sepertinya nyonya Rosalina sudah pergi"
Hana berjalan menuju kamar Arga namun terhenti saat seseorang bersuara dari arah belakang.
"Dari mana saja kau?"
Hana membalikkan tubuhnya kearah sumber suara.
"Selamat siang tuan muda" sapa Hana seraya sedikit membungkukkan badannya memberi hormat. Orang itu adalah Arga.
"Dari mana saja kau?" tanya Arga dengan nada dingin. Namun, Hana sudah terbiasa dengan sikap dingin Arga hanya saja ia bingung, ada apa dengan Arga biasanya ia berbicara dingin hanya ketika ia marah, lalu apa kesalahannya lagi?.
"Saya bertemu dengan seseorang tuan, bukankah saya sudah meminta izin pada anda tuan?" Hana bingung dengan Arga kenapa ia bertanya seperti itu, seperti menanyai istri yang telat pulang saja, pikir Hana.
"Ya kau tidak boleh sembarang bertemu saja dengan orang asing, apalagi itu laki-laki, bisa saja dia itu musuhku" Ucap Arga tapi sudah tak sedingin tadi melainkan datar.
Hah...Hana menghela nafas kasar, ia juga tahu itu, lagipun ia tak bertemu dengan orang asing.
"Tuan muda, saya tidak akan melakukan kecerobohan seperti itu, saya tau harus bertemu dengan siapa, mana mungkin saya akan bertemu dengan sembarang orang, lagi pun saya ha--eh? tunggu-tunggu, dari mana tuan bisa tau kalau saya bertemu dengan seorang laki-laki?"
"Aku hanya menebak saja" jawab Arga santai. Hana merasa aneh dengan Arga.
"Tidak usah menatapku seperti itu, apa kau mau matamu aku keluarkan, hah?" Arga menatap tajam Hana yang menatap curiga padanya.
"Apa anda cenayang tuan?" pertanyaan itu spontan saja keluar dari mulut Hana.
"Kau gila!!" Setelah mengucapkan itu Arga langsung melenggang pergi dari tempatnya meninggalkan Hana yang tercengo dengan kata katanya.
Bersambung ...