TOO BEAUTIFUL

Semua perhatian yang ada di sana langsung terpusat pada Marilyn.

"Marilyn? Oh putriku sayang," ucap Seline dan memeluknya dengan air mata yang berderai karena sudah bertahun-tahun tak bertemu dengan sang putri.

Marilyn menahan dada Seline dan melepaskan tangan Seline yang melingkar di tubuhnya.

"Katakan padaku, DAD!!!" teriak Marilyn marah.

"Daddy mengarang cerita padaku seakan-akan dia mencampakkanku dengan begitu kejam di saat aku sedang hamil. Bagaimana bisa daddy melakukan hal ini padaku??!!" teriak Marilyn.

Seline memeluk Marilyn dan berusaha menenangkannya.

Blue melihat situasi yang cukup panas di sini dan dia tetap memegang tangan Honey agar tak terbawa emosi.

"Aku menyumpahinya dan mengutuknya selama ini!! Aku sangat membenci pria yang seharusnya tak kubenci. Mengapa daddy begitu jahat padaku??" Marilyn menangis dan meraung seolah begitu menyesal dengan hidupnya yang selama ini dijalaninya.

"Mengapa mommy tak mengatakan hal ini padaku?" Marilyn duduk bersimpuh seakan tak kuat menanggung beban perasaannya.

"Mom ..." Honey mendatangi Marilyn dan memeluknya.

"Lihatlah betapa kakekmu begitu jahat pada kita, Sayang," ucap Marilyn tersedu-sedu.

"Dan semua yang sudah kulakukan begitu sia-sia," lanjut Marilyn menangis.

"Semua hanya untuk kebaikanmu," ucap Leonardo yang masih dengan karakter kerasnya.

"Kau memisahkanku dari pria yang kucintai hanya karena keegoisanmu, Dad. I hate you," sahut Marilyn.

Lalu Honey membantu sang ibu berdiri dan memapahnya ke dalam bersama Seline.

Blue mengikuti mereka dari belakang.

Setelah mendudukkan Marilyn di sofa, Honey kembali memeluk sang ibu yang pasti membutuhkan dukungannya.

Marilyn tak mengatakan apapun lagi dan hanya diam. Dia benar-benar shock dengan kenyataan menyakitkan yang baru diketahuinya setelah puluhan tahun berlalu.

Dia merasa begitu bodoh mengapa begitu mudahnya ditipu oleh sang ayah. Seharusnya dia tak begitu saja mempercayai ucapan Leonardo ketika itu.

"Kita harus pergi dari sini, Honey. Kau tak ingin terpenjara lagi, bukan? Kakekmu bukan orang baik," ucap Marilyn akhirnya.

"Tidak, Sayang. Kalian tak boleh pergi dari sini. Jangan meninggalkan kami lagi," ucap Seline yang memegang tangan Marilyn.

"Mommy sama jahatnya seperti daddy. Mengapa mommy menyembunyikan hal ini padaku dulu?" marah Marilyn.

"Mommy tak punya pilihan lain, Sayang. Tapi untuk sekarang mommy tak akan lagi membiarkanmu pergi," sahut Seline.

Leonardo tampak berjalan dan masuk ke kamarnya. Marilyn melihat ke arahnya dengan padangan marah.

"Dia tak pantas disebut ayah," ucap Marilyn.

"Dia terlalu menyayangimu, Sayang. Seperti yang kau lakukan pada Honey. Seperti itulah rasa sayangnya padamu meskipun sebenarnya itu adalah cara yang salah," kata Seline.

Marilyn menutup wajahnya dengan tangannya.

"Maafkan mommy, Honey. Maaf. Mommy menjadi seperti kakekmu karena hal ini," ucap Marilyn dengan lirih.

Honey memeluk Marilyn dan mengusap punggungnya.

"I love you, Mommy," bisik Honey di telinga Marilyn.

Marilyn semakin menangis mendengar hal itu. Dia merasa bersalah dengan apa yang dilakukannya pada Honey selama ini.

Hanya karena dendamnya pada ayah Honey, membuatnya melampiaskan semuanya pada Honey -- putri semata wayangnya.

"Jangan pernah membenci mommy, Sayang," kata Marilyn lagi dan melihat ke arah putri cantiknya itu.

"Aku tak pernah membenci mommy. Aku sangat mencintai mommy," ucap Honey.

Honey mengusap air mata ibunya dengan perlahan dan mencium pipinya.

Marilyn melihat ke arah Blue dan tersenyum.

"Terima kasih sudah menjaganya dengan baik," kata Marilyn pada Blue.

Blue hanya tersenyum menanggapinya. Dia berharap drama di dalam keluarga Honey cepat membaik dan semuanya berjalan dengan damai kembali.