Di suatu hari paling terpuruk di hidup Dinda, dia bertemu dengan seorang wanita paruh baya. Wanita tua yang menawarkan banyak bantuan hanya dengan satu syarat.
"Jadilah wanita bayaran."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WB&CEO Bab 24 - Pengamatan Derick
"Mengertilah Al, melihat mu seperti ini bukannya membuatku merasa lebih baik. Tapi malah semakin membuat ku jijik dengan hidupku sendiri. Jadi aku mohon, pergi dan jangan pernah lihatkan wajah mu lagi ..."
"Kamu tenang saja, aku tidak akan hamil anak mu ..."
"Kalaupun aku hamil, aku sendiri yang akan menggugurkannya."
Dinda menarik satu tangannya yang di cekal oleh Alden. Saat itu Alden dengan terpaksa melepaskan. Terpaksa diam saja melihat Dinda pergi.
Mereka berdua tidak menyadari jika di ujung jalan Liora melihat dengan jelas interaksi di antara keduanya. Setelah Alden pergi dari rumahnya Liora dengan segera mengikuti, ingin memastikan apakah Alden benar-benar akan melupakan wanita bayaran itu.
Tapi ternyata inilah yang dia dapatkan.
Meski tidak bisa mendengar apa pembicaraan di antara Alden dan Dinda, namun tetap saja Liora merasa kesal, juga merasa sangat marah.
Bingung harus bagaimana lagi, akhirnya saat itu Liora menghubungi sang nenek, Gaida.
"Nek, Alden kembali menemui wanita itu. Kita harus bagaimana?" tanya Liora, pikirannya saat ini sudah buntu. Hanya pada neneknya lah dia menggantungkan semua harapan.
"Tetaplah disana, setelah Alden pergi, kita sembunyikan wanita bayaran itu."
"Baik Nek."
Panggilan di antara mereka putus, saat itu juga Liora langsung mengemudikan mobilnya untuk sedikit menjauh dari rumah Dinda. Tidak ingin Alden melihat keberadaannya di sini.
Sementara itu Alden masih betah berada di depan rumah Dinda. Dia masih belum bisa pergi, karena hatinya berat sekali untuk meninggalkan rumah ini.
Alden lantas duduk di pinggiran teras rumah Dinda dan coba menghubungi sang paman, Daniel Lincoln. Hanya ada nama pamannya lah yang kini tersirat di dalam kepalanya.
Tanpa mengulur waktu lebih lama lagi dia langsung menghubungi sang paman, pemilik Five Season Hotel. Tempat dimana kesalahan terbesarnya tercipta.
Untunglah saat itu di panggilan pertamanya dia langsung mendapatkan jawaban dari Daniel.
"Halo Al," jawab Daniel.
"Paman."
"Kenapa? ada sesuatu yang terjadi? penyamaranmu terbongkar?" tanya Daniel bertubi, tapi Alden belum mampu menjawab dan menjelaskan semua yang terjadi. Masih bingung memulai cerita darimana.
Sementara Daniel yang merasakan kebingungan sang keponakan pun akhirnya menerka-nerka sendiri.
"Katakan ada apa Al? kamu tidak ingin kedua orang tua mu tau? paman akan menyimpannya sendiri," ucap Daniel lagi, meskipun sebenarnya itu hanyalah sebuah kebohongan. Diantara dia dan Alex kini tidak pernah ada yang ditutup-tutupi. Bahkan hal sekecil apapun. Berseteru di masa lalu membuat kedua pria itu kini sudah seperti saudara, kakak adik.
"Maafkan aku Paman, tapi aku mohon jangan sampai mommy dan Daddy tau."
"Katakan lah."
Saat itu Alden langsung menceritakan semuanya pada sang paman tentang apa yang terjadi di hotel. Tentang kesalahan terbesar yang pernah dia buat. Alden hanya menceritakan separuh, bagian Liora dan Gaida tidak dia ceritakan pada sang paman.
"Ada sebuah kejanggalan dan aku ingin mencari tahunya, jadi aku mohon berikan aku akses masuk ke bagian keamanan hotel," ucap Alden, mengakhiri bicaranya yang panjang lebar.
Sementara diujung sana Daniel masih terkejut. Alden adalah anak baik, titisan Jia. Namun dia tak menyangka jika Alden pun akan melakukan kesalahan se fatal ini. Rayden yang seorang Casanova mengikuti jejaknya pun selalu bisa menahan diri.
"Baiklah lah, minta Derick untuk datang kesini dan mengambil kartu akses itu. Dengan kartu itu kamu bisa bebas mengakses informasi apapun di hotel."
"Terima kasih Paman, aku mohon jangan sampai mommy dan Daddy tahu tentang ini."
"Percayalah pada paman, siapa nama wanita itu tadi? Dinda?"
"Adinda Holscher."
"Baiklah, selesaikan masalah mu dengan cepat. Jangan lari dari tanggung jawab." terang Daniel pula, sebelum akhirnya panggilan diantara mereka putus.
Tanpa mengulur waktu lagi, Alden langsung memerintahkan Derick untuk mendatangi rumah sang paman. Sementara dia pergi lebih dulu ke hotel. Nanti Alden dan Derick akan langsung bertemu di Five Season Hotel.
Jam 9 pagi Alden sudah berada di ruang kemananan Five Season Hotel.
Seorang petugas keamanan itupun kembali memutar rekaman CCTV di jam yang Alden sebutkan.
Alden masuk di kamar hotel 6001 pukul 8 tepat.
Kemudian terlihat seorang pelayan bagian restoran masuk membawakannya minuman. Alden ingat betul setelah meneguk minuman itulah tubuhnya langsung panas.
"Panggil kan pelayan itu kesini," titah Alden kemudian, dengan tatapan yang masih lurus menatap layar monitor.
"Baik Tuan," jawab seorang penjaga yang juga ada di ruangan itu.
Derick pun masih setia berdiri di belakang sang tuan.
"Putar lagi," ucap Alden. Petugas yang lantas kembali menekan tombol play dan rekaman kembali berlanjut.
Jam 8 lewat 15 Dinda masuk ke dalam kamar itu dan semuanya terjadi begitu saja.
Jam 12 malam Dinda keluar dari dalam kamar itu mengunakan kemeja putihnya.
Tak lama kemudian Alden melihat Liora dan Gaida datang bersamaan dan masuk ke dalam kamar hotel. Namun tak butuh waktu lama kedua wanita itu kembali keluar dan pergi entah kemana.
Sampai akhirnya hampir jam 5 pagi, Liora dan Gaida kembali mendatangi kamarnya. Namun saat itu hanya Liora yang masuk seorang diri.
"Cukup," ucap Alden.
Hati dan pikirannya kini kembali beradu, tentang Liora yang tak mungkin sepicik Gaida. Wanita itu begitu tulus mencintainya selama ini.
Masih bingung dengan pikirannya sendiri. Petugas keamanan yang bertugas memanggil karyawan bagian restoran pun datang.
"Siapa yang meminta mu mencampurkan obat perangsang dalam minuman ku?" tanya Alden dengan suaranya yang dingin. Karyawan itu bahkan langsung bersimpuh memohon ampun.
Memiliki akses masuk ke dalam ruangan ini dia yakin jika Alden bukanlah orang sarangan, pastilah kerabat dari sang CEO Daniel Lincoln.
"Ampuni saya Tuan! saya sungguh tidak tahu apa-apa. Seorang nenek meminta bantuan padaku untuk mengantarkan minuman itu ke kamar 6001," terangnya apa adanya, tentang kandungan di dalam minuman itu dia sungguh tak tau apa-apa.
Alden tak lagi menjawab, dia cukup tau jika nenek itu pastilah Gaida. Alden lantas menggerakkan tangan kanannya memberi isyarat agar semua orang keluar.
Di dalam ruangan itu kini hanya tinggal Alden dan Derick saja.
"Maaf Tuan, bolehkah saya bicara?" tanya Derick, memecah keheningan diantara mereka.
"Katakan."
"Nenek Gaida selama ini tidak menyukai Anda, bahkan di sampai menggunakan cara apapun untuk memisahkan anda dan Nona Liora. Tapi kenapa di pagi hari mereka merubah semua rencana itu, disaat Anda dan Nona Liora bisa pisah, tapi nenek Gaida malah membuat kalian kembali bersama," ucap Derick, menyampaikan pula pengamatan yang dia lakukan.
"Maafkan saya harus mengatakan ini, tapi nenek Gaida hanya akan merestui Anda jika Anda adalah seorang CEO. Apa ini artinya mereka sudah mengetahui siapa anda?"