Mantan pembunuh bayaran jadi pengasuh 4 anak mafia?
Selena Dakota, mantan pembunuh bayaran, mencoba mengubur masa lalunya dengan bekerja sebagai babysitter. Tapi pekerjaan barunya justru membawanya ke mansion Charlie Bellucci — mafia bengis yang disegani, sekaligus ayah angkat dari empat anak dengan luka masa lalu yang kelam.
Di balik peran barunya sebagai pengasuh, Selena harus berjuang menyembunyikan identitasnya. Namun semakin lama ia tinggal, semakin kuat tarikan gelap yang menyeretnya: intrik mafia, rahasia berdarah, hingga hubungan berbahaya dengan Charlie sendiri. Selena terjebak dalam dunia di mana cinta bisa sama mematikannya dengan peluru.
Bisakah Selena melindungi anak-anak itu tanpa mengorbankan dirinya… atau ia justru akan tenggelam dalam romansa terlarang dan permainan maut yang bisa menghancurkan mereka semua?
“Lakukan apa saja di sini, tapi jangan libatkan polisi.” Tegas Charlie Bellucci.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MMF — BAB 33
PARA JANTAN MENYEBALKAN
Selena masih berdiri di tengah ruangan itu, menatap pintu kamar Charlie yang baru saja tertutup rapat. Suara langkah kakinya yang berjarak pelan masih terdengar di lantai marmer. Jantungnya berdetak cepat. Ia tidak tahu kenapa perintah pria itu bisa membuat dirinya begitu gelisah.
“Apa yang sebenarnya kau rencanakan, Mr. Bellucci…” gumamnya lirih, kemudian menatap meja di mana dua gelas beer masih tersisa—satu kosong, satu belum tersentuh sama sekali.
Sambil menarik napas dalam-dalam, Selena mengambil gelasnya, menatap bayangan wajahnya di pantulan kaca. Tatapan itu goyah, namun bibirnya melengkung samar. “Menikah? Dengan pria sepertimu? Dunia ini memang gila…”
Dia meletakkan gelas itu kembali, lalu perlahan melangkah ke arah balkon ruangan. Angin malam yang dingin menampar wajahnya lembut, membawa aroma laut yang samar dari kejauhan. Langit malam itu gelap, hanya diterangi cahaya petir sesekali.
Namun suara berat dan tenang itu tiba-tiba terdengar di belakangnya.
“Masih di sini?”
Selena menoleh cepat. Charlie sudah berdiri di ambang pintu, tanpa kemeja, hanya mengenakan celana hitam, bertelanjang dada sehingga tatto yang indah terlihat jelas di mata Selena saat ini. Bayangan tubuhnya terlihat kontras dengan cahaya lampu kuning temaram di belakang.
“Tidak menyangka kau keluar lagi,” jawab Selena berusaha tenang, meski nadanya sedikit bergetar.
“Karena aku tahu kau tidak akan pergi sebelum mendapatkan jawaban.”
“Benar,” balas Selena cepat. “Kau bilang aku boleh pergi. Tapi aku tidak bisa meninggalkan anak-anak itu tanpa tahu apa yang akan terjadi pada mereka.”
Charlie melangkah mendekat. Setiap langkahnya terdengar berat dan mantap. Hingga jarak mereka tinggal satu langkah saja, udara di antara mereka terasa menegang.
“Tidak ada yang akan menyakiti mereka, selama aku masih hidup.”
“Dan jika sesuatu terjadi padamu?” Selena membalas, menatap tepat ke mata hijau itu.
“Kau pikir dunia bawah yang kau bangun akan melindungi mereka?” Charlie menatap tajam, seolah menembus pikirannya.
“Kau terlalu banyak bertanya, Nona Dakota. Itu bukan peranmu.”
“Tapi aku hidup di bawah atap mu. Aku merawat mereka, menjaga dan menemani Alma setiap hari, memantu Damian dan Clara untuk berhenti meniru sikap dingin mu, bahkan memastikan Miles tidak ikut gila karena dunia gelap mu. Dan kau bilang itu bukan peranku?”
Nada suara Selena meninggi, tapi matanya bergetar menahan emosi.
Charlie mendekat lebih dekat, jarak mereka kini hanya sejengkal. Tatapan mata mereka saling menekan, saling menantang.
“Kalau begitu, jadikan peranmu resmi,” ucap Charlie pelan namun tajam. “Jadilah istri seorang mafia, dan ibu dari empat anak itu.”
Selena menelan ludah, nyaris kehilangan kata. “Okay! Why me? (Kenapa aku?)”
“Karena kau satu-satunya yang berani menatapku seperti itu.”
Suasana hening. Hujan mulai turun di luar jendela, mengetuk kaca dengan ritme lambat. Selena tak mampu berpaling. Tatapan hijau Charlie terasa begitu dekat, hampir menyentuh napasnya.“Kau tidak takut padaku?”
“Harusnya?” jawab Selena, bibirnya sedikit bergetar tapi ia tetap menatap lurus.
“Karena aku sudah membunuh orang hari ini. Karena tanganku masih membekas darah, Selena.”
Charlie mengangkat tangannya perlahan, memperlihatkan bekas noda di pergelangan. Tapi Selena justru melangkah mendekat. Tangannya terulur, menyentuh ujung lengan pria itu. “Darah bisa dicuci. Tapi hati yang dingin… belum tentu bisa.”
Charlie menatapnya lama. Nafas mereka kini begitu dekat, hangat bercampur di udara dingin ruangan itu. Lalu ia berbisik, “Kau tidak tahu seberapa berbahayanya bermain dengan bara.”
“Dan kau tidak tahu seberapa sering aku terbakar,” balas Selena perlahan.
Mereka saling menatap, diam, hanya detak jam dinding dan suara hujan yang menjadi saksi. Ada getar halus di dada Charlie, sesuatu yang jarang ia rasakan—ketertarikan yang ia coba tahan, tapi justru makin kuat saat melihat keberanian wanita itu.
Akhirnya ia berbalik, berjalan menuju lemari kecil, menuangkan lagi minuman ke dalam gelas. “Kau membuatku tidak bisa fokus, Selena.”
“Bukankah itu hal baik?”
“Tidak, jika fokusku adalah bertahan hidup.”
Wanita itu tersenyum samar. “Kau takut aku menghancurkan mu?”
“Tidak ada yang bisa menghancurkanku. Tapi kau bisa membuatku kehilangan kendali.”
Selena diam. Jantungnya berdetak cepat, tak tahu apakah harus bangga atau takut mendengarnya. Charlie meminum birnya setengah, lalu menatapnya lagi.
Dengan menahan kekesalan, Selena menatap tajam dan lekat. “Aku tunggu pernikahan nya, aku tidak sabar mengetahui alasanmu Mr. Charlie. Good night!”
Wanita itu berbalik pergi dan keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan Charlie yang masih menikmati minumannya sendirian.
Saat keluar dari ruangan, dia sudah disambut oleh Damian yang bersandar miring di tiang dinding Mansion seraya menyeringai kecil. “Aku tidak melihat kepuasan di wajahmu.” Katanya.
Melihat keberadaan pria itu, Selena menarik napas dalam-dalam. “Kenapa masih di sini? Di mana yang lain?”
“Mereka ada di ruang perapian!” jawab Damian.
Mereka sama-sama diam saat Selena menatap ke arah lain dengan pikiran yang kalut akan ucapan Charlie. Sementara Damian berkerut alis memperhatikan nya.
“Jadi... kapan pernikahan itu akan terjadi?”
Selena kaget saat Damian bertanya soal itu. Tidak ada yang tahu selain dia dan Charlie. Namun Damian? Bagaimana dia tahu?
“Kau menguping? Apa para penjaga kau sogok?”
Pria itu terkekeh kecil dan berjalan mendekatinya, “Untuk apa aku susah-susah melakukan itu.” Tangan kanannya bergerak kebelakang Selena dan sekilas menyenggol pantat Selena saat dia mencoba meraih sebuah cip kecil dari saku belakang celana wanita itu.
“Aku mengandalkan nya!” kata Damian memperlihatkan benda kecil nan tipis itu yang merupakan rekaman kecil.
Oh yang benar saja, Selena tak percaya dan menatap pasrah. “Ya, aku akan menikah dengannya. Dan lain kali berhenti melakukan itu.”
“Why?!” tanya Damian yang masih tersenyum nakal.
“Karena kau akan menyesalinya.” Kata Selena yang menepuk dada Damian sebelum akhirnya dia melenggang pergi.
Sementara Damian hanya menyeringai kecil melihat kepergiannya. Entah apa yang ada di pikirannya, namun dia memiliki ketertarikan untuk berinteraksi dengan Selena meski dalam pertengkaran ataupun tidak.
dia gag rela kepunyaannya diliat orang di luar sana ya Thor? 😄