AFFAIR WITH UNCLE

Di dalam kamar Leanna sedang mondar mandir, berpikir bagaimana caranya bilang pada Ravindra untuk meminta ijin bekerja. Karena tidak mungkin dia bekerja tanpa ijin Ravindra, ada perjanjian diantara mereka.

“Sebaiknya aku ke ruang kerja om saja," ucapnya

“Tapi sebelum itu, lebih baik aku membuatkan kopi dulu.”

Leanna pergi ke dapur untuk menyeduh kopi, ia tahu Ravindra pasti sedang berada diruang kerjanya. Jadi membuatkan kopi agar tidak mengantuk dalam bekerja, selesai Leanna langsung menuju keatas dimana ruang kerja Ravindra.

Tok.Tok.Tok.

“Masuk.” ucap Ravindra dari dalam.

Mendengar ucapan Ravindra menyuruh untuk masuk, Leanna segera masuk ke dalam ruang kerja Ravindra.

Berjalan menghampiri Ravindra yang sangat fokus dengan kerjaannya tanpa menoleh kearah Leanna.

“Ini om kopinya," ucap Leanna.

Ravindra menoleh.”Saya tidak minta untuk dibuatkan kopi," ucapnya.

“Iya om tidak memintanya, Lea hanya berinsiatif untuk membuatkan dan ada yang mau lea bicarakan sama om," ujar Leanna.

“Apa?" tanya Ravindra singkat padat jelas.

“Begini om lea mulai besok mau kerja, kebetulan temannya lea nawarin pekerjaan buat jadi pelayan café," jelas Leanna memberitahu.

“Ya terus, urusannya sama saya," ucap Ravindra

“Emm, lea minta ijin mau kerja om?"

“Saya ijinin kamu kerja, tapi ingat dengan perjanjian kita.”

“Iya om lea ingat dan lea selalu siap kapan pun om butuh.”

“Yasudah, kembalilah ke kamar!"

“Om tidak ingin lea pijit.”

“Tidak.”

Setelah mendengar jawaban dari Ravindra, Leanna bergegas kembali kekamarnya ia juga merasa senang diberi ijin untuk berkerja. Ravindra sama sekali tidak mengekangnya.

Setelah Leanna menghilang dibalik pintu, Ravindra mengambil ponsel dan menelpon Samuel.

“Sam saya minta besok kamu awasi Leanna dan cari tahu ia berkerja dimana.”

“……….”

“Sudah kamu tidak perlu tahu siapa dia, nanti saya kirim fotonya. Kamu cukup mengawasinya dan melaporkan pada saya.”

“……….”

“Yasudah itu saja.”

Ravindra mematikan sambungan telpon. Ia kembali lagi fokus dengan kerjaannya sampai jam menunjukkan pukul 00:00 dan memutuskan menyudahinya, lalu pergi kekamarnya untuk beristirahat dimana dikamar sudah ada Sheilla istrinya.

Sampai dikamar ternyata Sheilla belum tidur dan masih berbaring sambil memainkan ponselnya.

Sheilla masih belum menyadari kedatangan Ravindra, ia masih asik dengan ponselnya. Entah lagi chattingan sama siapa, semakin kesini Sheilla mulai menunjukkannya terang-terangan.

“EHEM!" Ravindra berdehem sangat keras.

Sheilla yang mendengarnya pun menoleh dan sedikit terkejut. Mukanya menjadi tegang dan gugup, takut akan ketahuan.

“Lagi chattingan sama siapa?” tanya Ravindra

Dengan cepat Sheilla merubah raut mukanya jadi biasanya saja.”Oh ini lagi chattingan sama klien aku, lagi bahas pakaian pesanannya.” ucapnya berbohong padahal lagi chattingan dengan Bondan.

Mendengar jawaban Sheilla, Ravindra mengangguk saja lalu menuju ke walk-in closet untuk mengganti bajunya dengan baju tidur agar lebih nyaman.

“Sayang maafin aku yang tadi pagi," ucap Sheilla meminta maaf, lalu memeluk Ravindra yang sudah berada disampingnya.

“Emm!"

“Sayang kita udah beberapa hari loh ga berhubungan.”

“Ya, terus," ucap Ravindra sedikit tidak suka dengan pembahasan Sheilla. Lagian dia paham yang dimaksud istrinya tetapi ia sedang tidak ingin melakukannya, saat melihat Sheilla sudah dijamah sama pria lain dan itu membuatnya sama sekali tidak ingin melakukannya lagi.

“Aku kangen sama kamu vind." dengan manja Sheilla membawa tanganny ke wajah Ravindra mengelus, lalu menurunkan tangan sampai kebawah dan menyentuh milik suaminya.

Sebelum Sheilla makin menjadi, Ravindra menangkap tangan istrinya lalu menghempaskannya sedikit kasar. Sheilla menjadi terkejut dengan perlakuan Ravindra yang kasar.

“Saya tidak mau melakukannya.”

“Kenapa vind? Kamu berubah ya sekarang ga kayak dulu.”

Ravindra menyadari perlakukan.’tidak, ia harus sabar. Bukan sekarang, waktunya belum tepat.' batinnya.

“Ravindra," seru Sheilla membuyarkan lamunan suaminya.

“Tidak, mengertilah Sheilla. Saya tidak ingin melakukannya.”

“Iya, tapi kenapa?"

“Saya hanya sedang lagi banyak kerjaan.”

Sheilla menganguk mengerti, ia juga tidak bisa memaksa Ravindra.”Vind aku mau butik yang sedang ku pegang menjadi atas namaku," ucapnya membahas topik lain.

“Tidak bisa Sheilla, saya baru akan memberikannya setelah butik itu bener-benar sangat maju dan memilik cabang dimanapun.”

“Kenapa tidak bisa vind, kamu ga percaya sama aku. Kalau aku bisa menjalankannya, memang sih butiknya belum membuka cabang. Tapi nanti akan ku pastikan membuka cabang baru," ujar Sheilla kesal terhadap Ravindra yang masih belum mau memberikan sepenuhnya butik yang ia pegang padanya.

“Bukan masalah saya percaya atau tidak. Setelah butik itu bener-bener membuka satu cabang saja, saya akan memberikan hak sepenuhnya butik itu atas nama kamu," jelas Ravindra, karna dia sudah tahu akal busuk istrinya.

“Oke kalau begitu, aku akan membuktikannya.” ucap Sheilla, ia akan memikirkan caranya nanti bagaimana. Karna memang butik itu belum terlalu maju ia pegang masih dalam pengawasan Ravindra.

****

Bersambung. . .

Follow juga ya!!

Like, comennt, rate 5. jangan lupa gifts+vote nya.