NovelToon NovelToon
Pasukan Kharisma Jagat 2

Pasukan Kharisma Jagat 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Mafia / Matabatin / Iblis
Popularitas:53.1k
Nilai: 4.9
Nama Author: Muka Kanvas

Seira Adam Hanida adalah Ayi Mahogra atau Ratunya Kharisma Jagat yang harus memimpin pasukan kharisma jagat di zaman modern untuk melawan Bagaskara yang menggunakan makhluk ghaib untuk mengendalikan manusia agar menyembah iblis yang dia sembah.

Untuk melawan balik, Bagaskara hendak menculik anak kedua Ayi dan menggunakannya agar bisa mewujudkan kutukan kuno, kutukan itu adalah, setiap Ayi Mahogra atau ratunya kharisma jagat, kerajaannya akan runtuh digulingkan oleh anak perempuannya sendiri. Karena itu Ayi Mahogra meminta suaminya Malik Rainan dan juga pasukan kharisma jagat membawa kabur anaknya agar selamat dari penculikan dan dia bisa menjaga umat manusia dan kerajaannya dari serangan Bagaskara.

Selama proses pelarian ini, Malik dan pasukan kharisma jagat menemui banyak kesulitan karena serangan dari Bagaskara dan pasukannya, lalu apakah mereka berhasil melindungi anak perempuan Ayi Mahogra atau dia akan menjadi anak yang terkutuk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muka Kanvas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 34 : Mayat Tenggelam 6

“Dita, saya boleh nggak minta kamu fokus, kenapa kamu suka terlambat gini ya?” Dokter Hanan bertanya pada Dita, dia telah selesai menemani Dokter itu untuk visit tadi, baru saja mereka hendak kembali ke pekerjaan masing-masing, tapi tiba-tiba Dokter Hanan menegurnya.

“Iya Dok, maaf ya.”

“Ada apa Dita?” Biasanya Dokter Hanan tidak terlalu detail, dia hanya marah dan pergi begitu saja, tapi kali ini dia malah bertanya.

“Tak ada apa-apa Dok, hanya memang sedang kelelahan saja, jadinya suka bangun kesiangan.”

“Dita, saya dengar dari teman-teman kamu, katanya kamu sedang menyelidiki suatu kasus, kasus mayat yang ditemukan di sungai, apakah itu benar?”

Dita terperanjat, dia tidak mengira kalau Dokter Hanan pada akhirnya akan tahu, tapi jujur dia juga tak suka kalau ditanya, ini kan urusan pribadi, tapi karena Dokter Hanan senior, tentu Dita tak boleh bersikap kasar.

“Tidak Dok! Tidak menyelidiki kasus, saya ini kan Dokter, bukan detektif, teman-teman saya salah tangkap aja.

Jadi gini loh, saya kan kasihan ya sama Reisa, saya merasa kami punya persamaan, ditinggal oleh orang yang kami sayang, kalau Reisa oleh ibunya, kalau saya oleh ayah saya, jadi pas denger soal mayat ibu itu yang punya anak, saya memaksa Dokter Bari untuk menemaninya pergi melayat bersama, hanya ingin memberi dukungan saja Dok.

Tapi pas ke sana, ternyata Reisa itu sangat terpuruk, dia hanya tinggal dengan ibunya, ayahnya sudah nikah lagi dan para saudara tinggal jauh, jadi saya menemani dia, saya juga mengajaknya menginap di rumah untuk ditemani ibu saya, kan kalau saya sibuk di rumah sakit, ibu saya sendirian, karena kakak saya kerja di luar pulau, jauh.

Begitu Dok, nah soal kasus ibunya Reisa yang banyak orang tidak percaya kalau beliau meninggal karena bundir, Reisa tak mau ambil pusing, jadi saya ngapain ambil pusing juga Dok? Saya hanya sekedar ingin menjadi teman Reisa, agar dia tak larut dalam kesedihan dan akhirnya mengambil keputusan yang salah.

Dia pernah loh bilang kalau dia rasanya nggak punya tujuan hidup, makanya saya ….”

Dokter Bari lalu pergi tanpa membiarkan Dita menyelesaikan perkataannya, Dita jadi lega, meski sedikit tersinggung karena kok bisa dia ditinggal begitu saja tanpa menyelesaikan perkataannya.

Dita lalu kembali ke UGD jadwalnya memang di sana setelah kunjungan pasien menemani Dokter Hanan tadi.

Sementara di belakang rumah sakit, tempat yang jarang dilalui oleh orang, Dokter Hanan kembali menelpon.

[Perempuan bodoh itu masuk jebakan!] itu yang Dokter Hanan katakan.

[Kau yakin dia sudah masuk jebakan?]

[Ya, kita hanya menunggu waktu sampai dia masuk jauh lebih dalam, tapi apakah kita perlu memastikan lagi?] Dokter Hanan bertanya.

[Tidak, hanya pantau saja dan pastikan dijalankan sesuai rencana.]

[Baiklah.] Dokter Hanan lalu menutup telepon, tapi saat dia hendak pergi dari tempat itu, dia melihat seorang lelaki memakai jas putih berdiri melihat ke arahnya.

“Bari, ada apa?” Hanan bertanya.

“Kau yang ada apa, untuk apa kau di sini, menelpon siapa kau?” Dokter Bari melemparkan pertanyaan dan tatapan yang menyelidik.

“Apa aku perlu melapor padamu tentang siapa yang aku telepon? Apakah kita berdua sedekat itu?” Dokter Hanan tidak akan memberitahunya atau semua rencana yang sudah dia buat akan berantakan.

“Jangan ganggu Dita.” Dokter Bari mengatakannya dengan kasar.

“Aku tidak mengganggunya, kau saja urus dirimu dan istrimu itu.” Dokter Hanan berkata dengan lebih kasar.

“Apa kita sudah sedekat itu sampai kau harus mengingatkanku tentang rumah tanggaku sendiri?” Dokter Bari mengembalikan kata-katanya Dokter Hanan.

Dokter Hanan mendekati Dokter Bari hingga jarak mereka sangat dekat, Dokter Hanan melakukan itu karena tidak ingin perkatannya didengar oleh orang lain, lalu dia berkata, “Bekerjalah dengan baik, itu yang jauh lebih penting, jangan mengerjakan hal yang di luar dari urusan rumah sakit ini, kalian berdua ingin kuadukan dan akhirnya dikeluarkan?” Dokter Hanan berkata dengan penuh penekanan.

“Adukan saja, kau pikir kau itu hebat? Kau hanya pegawai seperti kami semua, jadi jangan besar kepala!” Dokter Bari mendorong tubuh Dokter Hanan dan akhirnya pergi dari tempat itu.

Dokter Hanan sangat kesal karena Dokter Bari mendorongnya, dia bersumpah akan segera mengeluarkan Dita dari tempat itu.

“Kamu nggak apa-apa tidur di sini? Ala kadarnya banget nih.” Reisa bertanya pada Dita.

“Emang kamar rumahku sebegitu mewahnya, justru kamarmu itu yang lebih besar dan bagus di rumah, kau nggak apa-apa tidur di rumah kontrakan petakan gini hanya pakai kasur lipat, kamar mandi ember kecil.”

“Nggak apa-apa, yang penting bisa ketemu mama.” Reisa tiba-tiba berkata dengan sedih.

“Untung aja ada rumah kontrakan kosong ini, kita bisa sewa harian untuk tidur, walau kosong dan kita harus bawa kasur lipat sendiri, lumayanlah dari pada harus tidur di pos ronda, nanti kita disangka orang perempuan malam lagi.” Dita mencoba mencairkan suasana.

“Ya, untunglah.” Reisa akhirnya tiduran di samping Dita.

“Kita akan tunggu sampai tengah malam, baru kita jalan ke arah jembatan itu kan, Dit?” Reisa memastikan lagi.

“Iya betul.” Dita setuju.

Lalu mereka berdua menunggu waktu tengah malah itu tiba.

“Senternya nyalain.” Dita meminta Reisa menyalakan senter yang mereka bawa, lalu berjalan menuju jembatan.

Benar kata pak RT kalau malam mereka semua tidak ada yang keluar, bahkan di pos ronda saja tak ada orang.

“Reisa sebentar.” Dita menahan Reisa dengan memegang bahunya agar Reisa berhenti berjalan.

“Ada apa? Kau melihat mamaku?” Reisa bertanya dan melihat ke arah sekitar.

“Tidak, belum, maksudku, bagaimana jika akhirnya kita melihat tapi … tapi wujudnya ….”

“Tenanglah, aku tidak akan ketakutan, biar bagaimanapun, dia kan ibuku. Jadi, aku takkan keberatan melihatnya dalam wujud apapun.” Reisa berkata dengan wajah yang sedih lagi.

Dita lalu akhirnya melepaskan bahu Reisa dan akhirnya mereka berjalan menuju jembatan.

Berbeda dengan Reisa yang berani, jujur Dita merasa takut, karena gelap dan sepi, hanya terdengar suara jangkrik dan suara serangga lainya yang bersahutan.

Dita merapatkan dirinya ke Reisa, dia memegang tangan kanan Reisa.

“Kenapa? Takut?” Reisa bertanya.

“Sedikit.”

“Apa rupa ibuku itu menakutkan, Dit?” Reisa akhirnya bertanya, mereka sudah berjalan di jembatan.

“Hmmm, tidak sih, tidak semenakutkan itu.”

“Bohong, kau itu bahkan teriak-teriak minta tolong waktu malam kemarin lalu itu. Nanti kalau takut, kau pejamkan mata saja ya, biar aku yang berinteraksi dengan mamaku.”

Dita mengangguk, dia tak mau sok berani, karena dalam hatinya dia sangat takut, Reisa tidak takut kan karena dia mamanya, sedang Dita kan tidak kenal, ruh itu tetap saja terlihat sepeti setan baginya.

Mereka berjalan sudah hampir tengah jembatan, senter menyorot ke bagian depan, dari kejauhan, Reisa melihat sosok wanita yang sedang berdiri menghadap ke sungai di jembatan itu.

“Dit!” Reisa memanggil Dita dengan berbisik.

“Itu ibumu?” Dita bertanya.

“Ya, dari jauh saja aku tahu itu perawakan ibuku, tapi bajunya, tidak … gaun serba putih itu aku tidak pernah melihatnya pakai itu.” Reisa terlihat ragu.

“Kau mau samperin, atau kita urungkan saja niat itu?” Dita bertanya, Dita masih terus memegang tangan Reisa.

“Aku rindu padanya, kalau kau takut, tunggulah di sini, biar aku yang mendekatinya.” Reisa hendak melepaskan tangan Dita.

“Tidak, aku lebih baik ikut kamu sambil menutup mata, biarkan aku ikut, aku tidak mau sendirian.” Dita memilih ikut Reisa.

Akhirnya mereka berjalan perlahan mendekati sosok berbaju putih itu di tengah jembatan.

Saat sudah dekat, Reisa semakin yakin kalau itu memang benar mamanya.

“Ma ….” Reisa memanggil ibunya dengan hati-hati, jujur meski dia yakin, tapi dia juga takut, kalau ini bukan ibunya dan hanya menyerupai saja bagaimana? Mereka berdua bisa celaka, karena sedang ada di atas jembatan, kalau kaget terus nyemplung gimana?

Sosok wanita itu tidak menoleh.

“Ma!” Reisa kembali memanggil wanita itu, yang dia harapkan adalah ibunya.

Wanita itu menoleh perlahan, tapi hanya bagian kepalanya saja, sedang tubuhnya masih menghadap ke arah sungai, kepala wanita itu tidak hanya menoleh ke samping seperti manusia tapi sampai ke belakang, wajahnya menghitam dan sekujur tubuhnya basah kuyup, meski melayang, bagian bawah jembatan itu ikut basah.

“To … looonggg!” Suara lirih dari mamanya Reisa itu terdengar, Dita menutup kuping karena pada kata tolong itu, terdengar lengkingan yang sangat kuat, membuat telinga Dita terasa pekak.

Reisa yang melihat ibunya dalam wujud itu akhirnya pingsan, meninggalkan Dita yang sendirian di sana, Dita mau tidak mau membuka mata dan melihat Reisa yang terjatuh, sementara di hadapan mereka masih ada mamanya Reisa.

Dita menatap wanita itu yang melayang mendekat, Dita ketakutan, tapi insting seorang tenaga medisnya tetap jalan, sambil kembali menutup mata, Dita memeriksa leher Reisa, memastikan kalau Dita masih hidup, tapi saat dia fokus menutup mata dan memeriksa Reisa, Dita kembali merasakan air jatuh ke wajahnya, sial! Mamanya Reisa pasti ada di atasnya.

Dita tak mau membuka mata, Dita menarik tubuh Reisa dengan sekuat tenaga, masih dalam keadaan menutup mata, setelah tubuh Reisa ditarik, Dita berbalik hendak menggendong Reisa di punggungnya, tapi setelah Reisa berhasil naik ke punggung Dita, rasanya berat sekali, tidak mungkin kalau hanya Reisa yang dia gendong menjadi seberat ini, Dita reflek melihat ke belakang dan benar saja, ternyata di belakang tubuh Reisa, mamanya ikut menggendong, Dita yang melihat wajah mamanya Reisa dengan jelas (lagi) akhirnya tak dapat menahan diri dan ikut pingsan karena ketakutan.

________________________________________________

Catatan Penulis :

Maaf ya kemarin tidak up part baru, karena kemarin itu harus lembur di hari libur, tidak sendirian, hampir semua pegawai kantor masuk kerja karena pendingan kerjaan yang harus segera selesai, begitu sampai rumah, banyak hal yang harus dikerjakan dan akhirnya tidak sempat menulis karena kelelahan.

Aku tidak ingin bolong-bolong menulisnya, tapi apa boleh buat, terkadang tidak mampu memaksakan diri. Memang sesuatu yang dipaksakan akan berakhir buruk.

Ngomong-ngomong dipaksakan, aku jadi ingat kisah kedua orang tuaku.

Papaku itu sakit sejak kami kecil, sebelum ada alat nebulizer mini, papaku dulu selalu bawa tabung oksigen karena dia asma, sayangnya penyakit itu diwariskan padaku, tenang saja, aku sudah berdamai dengan hal itu.

Lalu saat aku remaja, papaku stroke setengah badan, meski tak tinggal bersamanya, aku dapat kabar itu dari banyak orang. Lalu papaku sembuh dan tubuhnya kembali sehat, berjalan normal, berbicara normal.

Papaku sudah sakit sejak aku kecil, tapi dia selalu mampu bertahan hidup dengan baik lagi, meski aku tak tahu banyak soal bagaimana dia sembuh karena kami tak tinggal bersama, mama dan papaku berpisah sejak aku kelas 4 SD.

Lalu tahun 2018 mamaku meninggal dunia, papaku sehat, dia bahkan mengunjungi makam mantan istrinya yang belum dia ceraikan secara resmi itu, aku dengar kabar dari kakaku soal ini, papaku sehat.

Tapi, lucunya, hanya butuh waktu 1 tahun sampai papaku akhirnya menyusul mamaku, meninggalkan 2 istrinya yang lain.

Tidak dapat dipungkiri, memang sebenarnya mungkin, cinta sejati papaku adalah mamaku, mereka hidup terpisah lama, tapi hanya butuh waktu setahun untuk bergabung di alam yang sama.

Padahal papaku itu sakit sejak lama, tapi dia selalu berhasil sembuh, tapi mungkin jauh di lubuk hatinya, ada rasa kosong ketika mamaku tak ada. Mungkin juga ada penyesalan, karena kau tidak akan pernah menemukan orang tulus dua kali dalam hidupmu, sekali kau melepaskannya, maka yang berikutnya bukan orang yang jauh lebih baik.

Pada waktu seminggu mamaku meninggal, aku bermimpi, ada di sebuah ruma yang sangat besar, mamaku turun dari tangga rumah itu, seluruh tubuhnya memakai emas, bahkan hingga kepalanya dihiasi mahkota emas, aku memanggil mamaku tapi dia tak dengar, maka kusimpulkan, dia sangat bahagia di sana.

Meski aku selalu saja rindu.

I love you all, media healingku adalah pembacaku, semoga tulisanku bisa jadi media healing kalian.

PKJ 2 akan publish setiap hari jam 19:00 (InsyaAllah)

Jangan lupa like, coment dan follow akun Noveltoonku ya.

Jangan lupa untuk follow aku juga di :

IG : @mukakanvas

Tiktok : mukakanvas_horor

Youtube : @mukakanvas

1
Lina Suwanti
makin penasaran Thor.....kmrn Raisa sempat cerita klo pernikahan orang tuanya karena perjodohan adat,,apakah orang tua Raisa termasuk kharisma jagat....berarti seharusnya Raisa itu jg seorang kharisma jagat bukan? apakah dokter Hanan termasuk orangnya Bagaskara,,dokter Bari jgn² jg seorang kharisma jagat?banyak ya Thor pertanyaan saya😄
semoga kakak author sehat selalu jd bisa up tiap hari, aamiin 🤲🏻🤲🏻
Elmi yulia Pratama
dit peka dit peka. adikmu lagi jadi incaran musuh
Zuhril Witanto
duh kenapa sih Adit gak mau bantu Dita... kerisnya jadi ilang
Zuhril Witanto
yah kerisnya dah hdi curi
Mumtaz Zaky
mungkin dr Hanan salah satu penyebab kematian ibu nya raisa
Candra Fitriana
sudah kuduga tidak akan semudah itu menunjukkan kerisnya pada kakek dokter bari,orang tua reisa ini apa keturunan kharisma jagad ya,kok pas bertengkar ngomong jodoh adat,,kalau iya harusnya kan reisa juga jadi kharisma jagad,tapi malah tidak tau,,apa hanya adat biasa
🖤❣ DeffaSha ❣🖤
kadang pingin rasany ngegetok kepala si adit nih biar rada pinteran dikit....masak adekny cerita begitu gak curiga atau penasaran kenapa tu melati bisa awet /Speechless/
Sulis Wati
jadi lier thoorrr
Zuhril Witanto
jadi daG Dig dug...semoga di Dita Dan reisa gak papa
Zuhril Witanto
jodoh adat?apa ibu reisa kharisma jagad juga?tapi kenapa reisa gak Bisa liat ghaib
Zuhril Witanto
pada pingsan
Elmi yulia Pratama
tetap waspada dit, dita lagi jadi incaran kroconya bagaskara
Zuhril Witanto
duh jangan bilang dit
Elmi yulia Pratama
orang tua raisa karisma jagad kah kok masih ikut jodoh adat
kalo ibunya termasuk karisma jagad berarti akan ada karuhun yg menurun
Nunuk Bunda Elma
duh...kak Adit nyemprot diduluin
coba amati Dita dari jauh
sapa tau ngerti ttg Dita yg diawasi
oleh dokter Hanan
dan juga didatangi ruh mama Reisa
Nunuk Bunda Elma
sepertinya orang tua Reisa kharisma Jagat
ksrna ada kata nikah karna jodoh adat
Nunuk Bunda Elma
masih kak
Mumtaz Zaky
yaaaaahhhhhh... kok Adit nya cuek,, gimana dong???
yg di suka dita dr Bari kali ya...
Depressed: mampir kak, kali aja suka sama cerita buatan ku
total 1 replies
Mumtaz Zaky
kayaknya mereka karisma jagat deh.. orang ada jodoh adat nya
Nunuk Bunda Elma
kerennnn
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!