“Coba kamu tidur dengan wanita lain. Lakukan itu sampai dia hamil!” ucap Kirana menahan kesal.
Tak kuat menahan omongan orang lantaran dua tahun pernikahan belum ada tanda-tanda kehamilan, membuat Kirana menuduh Yusuf sang suami mandul. Terlebih di pernikahan Yusuf sebelumnya, Yusuf sempat kurang subur, hingga mantan istrinya tidak bisa hamil. Padahal setelahnya, Yusuf sengaja menjalani pengobatan dan dinyatakan sembuh.
Selain itu, bukannya sama-sama menjalani konsultasi dengan dokter seperti yang Yusuf sarankan, Kirana malah nekat berhubungan sek-s dengan Zico mantan terindahnya. Kirana melakukannya guna membuktikan bahwa dirinya bisa hamil anak laki-laki lain. Karena di masa lalu pun, Kirana pernah hamil anak Zico, tapi selain sengaja digugurkan, Kirana juga sengaja merahasiakannya.
Di lain sisi, ada Lalisa istri Zico yang ditinggalkan begitu saja di malam pertamanya. Zico hanya mau menerima harta Lalisa, tapi tidak dengan Lalisa yang baginya menjijikkan. Tak beda dengan Yusuf, Lalisa yang berkulit hitam mengkilap, bersuara cadak, sekaligus berpenampilan culun, juga dikirimi video sek.s Zico dan Kirana.
Selain tidak merasa bersalah, Kirana dan Zico malah menantang Yusuf untuk menghamili Lalisa sebagai bukti bahwa Yusuf tidak mandul. Namun, alih-alih melakukan tindakan zina seperti yang Kirana dan Zico lakukan, Yusuf sengaja meminta Lalisa untuk melakukan pembatalan pernikahan dengan Zico.
Tukar tambah pasangan, Yusuf sungguh melakukan itu meski ia belum tahu bahwa di balik kulit hitam dan penampilan jelek Lalisa, ada kecantikan yang sengaja Lalisa sembunyikan demi menemukan cinta sejati. Selain itu, Yusuf juga menikahi Lalisa secara Sah, setelah menceraikan Kirana. Padahal, Yusuf belum tahu bahwa Lalisa yang ia ketahui hanya seorang pembantu, justru merupakan nona muda kaya raya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Dua
“Kamu enggak ngabarin mamaku, kan. Kalau aku begini?” tanya Yusuf serius. Napasnya agak sesak. Ia juga tidak tahu kenapa.
Yusuf menolak dirawat inap. Apalagi baginya, ia hanya perlu urut kemudian istirahat cukup.
“Iya, Om. Takut mama Om jadi kepikilan bahkan jadi ikut sakit. Jadi ya, bial aku yang melawat Om saja,” ucap Lalisa ragu membantu Yusuf.
Yusuf tengah mencoba duduk. Sebenarnya Lalisa ingin membantu, tapi Lalisa ragu karena takut dianggap agresif. Karenanya buru-buru Lalisa mengambil pulpen dari tad di pundak kanannya. Ia menyodorkannya ke Yusuf.
“Buat apa?” tanya Yusuf heran.
“Pegangan. Takut salah kalau aku sentuh Om, tapi kita belum nikah!” jujur Lalisa.
Mendengar itu, Yusuf jadi mengernyit menatap heran calon istrinya. Baginya, Lalisa masih terlalu polos. Mirip anak ABG yang hanya berkeliaran di dalam rumah saja.
“Maaf, aku belum menikahi kamu karena posisinya, kamu masih urus proses pembatalan pernikahan,” ucap Yusuf yang akhirnya berhasil duduk. Ia juga sampai pegangan ke pulpen Lalisa. Hal yang baginya konyol, tapi ia merasa harus melakukannya demi menghargai perasaan Lalisa.
“Umur kamu berapa, sih?” tanya Yusuf.
Alih-alih menjawab, Lalisa buru-buru mengambil barang dari dalam tasnya. Awalnya ia nyaris kebablasan mengeluarkan dompet mahalnya. Namun ia yang menyadarinya, buru-buru menaruhnya dan hanya mengambil KTP dari selipan dompet. Ia memberikannya kepada Yusuf.
“Lalisa seumuran Kirana. Kok lembut banget ya, orangnya? Lembut-lembut manja. Semoga sih, memang bisa diarahkan dan ke anak-anak kami, maupun mamaku, Lalisa bisa lembut,” batin Yusuf yang kemudian berkata, “Simpan baik-baik KTP kamu. Takutnya disalahgunakan. Intinya, jangan sembarangan menyimpan kartu identitas. Wajib disimpan baik-baik, takut disalahgunakan. Soalnya mamaku pernah, KTP dan KK-nya dipake buat pinjol sama orang.”
Lalisa segera menyimpan KTP penyamarannya yang memang berfoto dirinya dengan kulit hitam.
Alasan Yusuf berusaha menjaga sekaligus menghargai Lalisa, tentu karena Lalisa akan menjadi istrinya. Yusuf belajar dari pernikahannya yang sebelumnya. Ditambah lagi jika diberi rezeki, nantinya Lalisa juga yang akan mengandung anak-anaknya. Karenanya, Yusuf sengaja memperlakukan Lalisa penuh kelembutan agar hal yang sama juga Lalisa lakukan kepada anak-anak mereka, maupun kepada ibu Mimi.
“Masya Allah, ... Om Yusuf sweet banget. Caranya menatapku juga lembut banget. Mirip cara menatap seorang ayah kepada putri kesayangannya. Jadi penasaran, memang Om Yusuf tipikal yang sangat lembut begini. Apa memang ada kesalahan fatal yang pernah dia lakukan, hingga dia belajar menjadi orang yang lebih baik lagi? Jadilah, dia menjadi Om Yusuf luar biasa seperti sekarang? Jangan lupa, posisiku akan menjadi istri keempat. Bisa jadi sih, sebelum ini dia memang pernah merasakan kesalahan fatal dan bikin dia merasakan apa itu penyesalan. Namun untuk keseluruhan, ... buat aku Om Yusuf luar biasa. Dia mau belajar dan membuktikannya dengan perubahan menjadi orang yang lebih baik lagi,” batin Lalisa diam-diam mengawasi Yusuf. Namun kemudian ia membalas Yusuf. Ia mengatakan bahwa dalam satu minggu, sebenarnya semuanya sudah beres.
“Secala agama, aku sudah langsung diizinkan batal nikah setelah aku membebelkan bukti-bukti kelakuan Zico—” Belum selesai berbicara, Lalisa dikejutkan oleh teriak kesakitan seorang pria, dari tirai depan.
Namun ternyata, yang kaget bukan hanya Lalisa. Karena Yusuf juga refleks menatap Lisa.
“Sepeltinya ada yang telluka palah,” ucap Lalisa yang kemudian maju. Ia menarik tirai di ruang IGD ia dan Yusuf berada.
“Suaranya mirip siapa gitu. Aku rasa aku kenal,” lirih Yusuf yang kemudian ingat. Bahwa tadi, ia diselamatkan oleh seorang wanita cantik dan baru ia ingat merupakan nona Lisa, si pemilik perusahaan besar yang memberinya kesempatan memenangkan proyek kerja sama.
“Iya bener. Dia nona Lisa yang sudah kasih pengajuan kerja samaku kesempatan. Kan kelupaan enggak bilang, bahwa sekarang bukan lagi aku yang mengurus proyek itu. Karena memang, aku sudah enggak di perusahaan milik orang tua Kirana lagi,” pikir Yusuf.
“Om, di depan ada polisyi. Eh, polisyinya ke syini,” lirih Lalisa mengabarkan.
“Sudah sini kamu duduk. Enggak usah lihat-lihat. Nanti yang ada kamu dimarahi suster maupun dokter. Orang sakit bukan buat tontonan—mereka pasti bilang gitu,” lirih Yusuf sengaja mengarahkan.
“Meleka benelan ke syini. Polisyinya!” yakin Lalisa dan dibalas anggukan paham oleh Yusuf yang menyimak.
Tiga orang polisi memang mendatangi mereka untuk mencari Yusuf. Mereka melakukannya karena ingin memastikan keadaan Yusuf yang sudah menjadi korban tabrak Zico. Ketiga polisi tersebut pula yang membuat Yusuf maupun Lalisa mengetahui. Bahwa Zico yang sebelumnya menabrak Yusuf, juga mengalami kecelakaan fatal.
Tak lama kemudian, Lalisa yang terbawa emosi dan yakin Zico sengaja menabrak Yusuf, bergegas membuka tirai di hadapannya selebar mungkin. Hingga dengan leluasa, ia melihat Zico tengah kesakitan di ranjang ruang depan. Seperti yang polisi tadi katakan, Zico terlihat terluka parah.
Tak lama kemudian, seseorang yang amat mereka kenal, juga memasuki IGD keberadaan mereka dari pintu depan. Orang itu tak lain Kirana. Kirana melangkah buru-buru dan sampai lari. Kirana tak datang sendiri karena Kirana ditemani seorang wanita seksi. Wanita seksi tersebut merupakan Paramita.
Awalnya Lalisa apalagi Yusuf berpikir, bahwa alasan Kirana ke sana murni untuk menjenguk Yusuf. Terlebih, Kirana sempat ngebet tidak mau Yusuf cerai. Namun tanpa mencari-cari ke tempat lain, Kirana sudah langsung mengikuti satpam yang menuntunnya.
“B—Beb ... kok bisa gini?” sergah Kirana yang langsung menghampiri Zico, memperlakukannya amat sangat penuh kepedulian. Hingga semua orang yang mendengar terlebih Yusuf sangat yakin bahwa Kirana sangat mencintai Zico.
“Wanita munafik!” batin Yusuf sambil tersenyum miris.
“Kemarin kayaknya tuh betina enggak mau dicerai Om Yusuf. Enggak mau cerai kok BAB BEB BAB BEB. Kalau gini caranya aku makin yakin, bahwa otaknya ada di dalam ampela. Makanya campur sama ta*i! Ih ... malu sendiri kalau ada manusia gini!” batin Lalisa sampai merinding karena memang terlalu jij*k kepada Zico maupun Kirana.
Di belakang Kirana, Paramita yang enggan dekat-dekat dengan Zico, justru tak sengaja melihat Yusuf. Senyum langsung mengembang di bibir tebal seksi ala-ala jedor miliknya yang dipoles lipstik merah menyala.
“Mas Yusuf ... dia di sana. Ya ampun ... jadi gerogi deg-degan begini. Aku deketin ah. Tutup tirai di ruangannya mas Yusuf saja biar Kirana enggak tahu!” batin Paramita begitu semangat. Ia yang memakai dress putih di atas lutut hingga sebagian paha mulusnya kelihatan, tanpa ragu menghampiri Yusuf.
Seperti rencana, Paramita langsung buru-buru menutup tirai ruangan Yusuf. Apalagi kebetulan, tiga polisi tadi juga baru saja pergi. Sementara untuk Lalisa, sengaja ia dorong sekaligus usir.
“Eh, itu wanita kenapa?” batin Lalisa ketar-ketir.
genre apapun kyknya sdh dikuasai...pertama cerita Excel,helois,Kim,heira, aqwa,Alina,lanjut kesini ...cerita anak heira dimana kak? aku cari belum nemu2...