Tukar Tambah Pasangan (Gara-Gara Dituduh Mandul)
Wajah masam langsung Yusuf dapatkan dari Kirana sang istri, ketika ia memasuki kamar mandi. Kirana yang ada di depan tengah dua wastafel, menatap pantulan bayangan Yusuf pada cermin di dinding hadapannya.
Pagi ini Yusuf bangun agak telat karena merasa kurang enak badan. Pekerjaan yang menumpuk di perusahaan dan kurangnya waktu istirahat maupun asupan gizi, menjadi alasannya. Terlebih, akhir-akhir ini Yusuf jarang tidur. Malahan sekitar pukul setengah empat pagi tadi saja, Yusuf baru tidur dan itu saja karena ketiduran.
Dengan pandangan masih agak kabur dan kedua mata terus saja menyipit, Yusuf mendekap pinggang Kirana. Andai bisa mengeluh, Yusuf ingin melakukannya. Ia ingin berkata bahwa dirinya kelelahan. Pria bertinggi tubuh 177 senti meter itu butuh semangat khusus dari sang istri. Masalahnya, Yusuf tak mungkin melakukannya karena tak mau Kirana ikut terbebani.
Kini, Yusuf memilih menaruh kepalanya di pundak kiri Kirana seiring kedua matanya yang terpejam. Berharap, dengan begitu, ia bisa menemukan kedamaian meski hanya sebentar.
“Coba kamu tidur dengan wanita lain. Lakukan itu sampai dia hamil!” ucap Kirana menahan kesal.
Seperti yang Yusuf khawatirkan, bukannya menemukan kenyamanan, ia malah mendengar bisikan horor dari sang istri. Yusuf langsung menarik diri dan menatap Kirana yang masih memakai gaun malam seksi sangat transparan warna merah. Jantung Yusuf menjadi berdetak sangat kencang, tapi bukan karena ia bergairah pada istrinya yang sangat cantik sekaligus selalu tampil seksi. Melainkan, ini mengenai permintaan sang istri yang baginya sudah di ambang wanita waras.
Istri waras mana yang rela membiarkan suaminya tidur bahkan menghamili wanita lain? Jangankan melakukan hal gila barusan, jika bisa semua wanita pasti maunya suaminya tidak pernah memiliki urusan dengan wanita lain, apalagi wanita yang sampai membuat sang suami tergoda!
Tak ada sedikit pun keraguan yang Yusuf dapati dari tatapan maupun ekspresi sang istri. Seolah, Kirana sudah tidak memiliki cara lain untuk solusi atas momongan yang belum hadir. Bagi Yusuf, ada dan tidaknya anak dalam pernikahan mereka bukan masalah. Namun itu tidak berlaku untuk sang istri yang sudah sangat menginginkannya.
“Jangan bermain api kalau kamu enggak mau kebakar apalagi terluka lebih dalam!” tegas Yusuf, tapi masih dengan suara tenang.
Dengan cepat, Kirana yang awalnya membelakangi Yusuf, berangsur balik badan kemudian menghadap Yusuf. “Aku enggak apa-apa. Beneran. Sumpah, Sayang! Karena aku akan melakukannya juga dengan laki-laki lain. Aku akan minta dihamili laki-laki lain agar akhirnya terbukti, siapa yang mandul!” tegas Kirana berucap lirih sekaligus tegas sambil tetap bersedekap. Di hadapannya, Yusuf yang jadi menatapnya kecewa, berangsur menggeleng berat.
“Dulu kamu pernah kurang subur, tapi katamu sudah sembuh setelah menjalani pengobatan. Atau memang, ... justru aku yang mandul!” berat Kirana yang kemudian melempar sesuatu dari tangan kanannya ke hadapan mereka.
Yang Kirana lempar itu test pack. Alat tes kehamilan itu hanya dihiasi satu garis. Hasil yang masih sama selama dua tahun terakhir di setiap Kirana melakukan tes kehamilan.
Yusuf yang melihatnya refleks menghela napas dalam sekaligus berat. “Alasan kita nikah bukan anak, kan, Ki? Sayang kamu harus ingat! Bahwa dulu, kamu yang ngebet banget ngajak aku nikah! Dulu kamu yang selalu berusaha meyakinkanku buat menjalani pernikahan setelah aku yakin, menjadi orang tua tunggal untuk Oskar merupakan satu-satunya kebahagiaanku!” ucap Yusuf masih berusaha tenang.
“Kita cukup bahagia saja!” Kali ini Yusuf melakukannya sambil menahan tangis sebab di hadapannya, Kirana sudah menangis parah.
“Kalau kamu ingin anak, ayo kita adopsi. Kita pilih, dan aku terserah kamu. Aku ikut kamu saja yang penting kamu bahagia. Karena kebahagian kamu menjadi alasanku bisa bahagia juga. Kamu cukup terima beres. Semua urusan perusahaan, biar aku yang urus. Kamu enggak usah setres. Mau belanja, mau jalan-jalan, ... sudah kamu lakuin saja ajak mama papa kamu!” Yusuf membingkai wajah sang istri menggunakan kedua tangannya. Ia mengelap setiap air mata Kirana menggunakan kedua jemari tangannya.
“Sumpah demi apa pun, aku lebih suka kamu begitu daripada kamu stres begini!” lembut Yusuf masih berusaha meyakinkan sang istri.
Yusuf mengecup mesra bibir Kirana, tapi tangis sengaja ditahan dari wanitanya itu makin terdengar menyakitkan. Dadanya terasa sangat sesak mendengarnya. Kedua matanya dan awalnya sulit dibuka karena masih sangat mengantuk, juga jadi terasa sangat panas sekaligus basah.
“Masalahnya enggak segampang itu. Beneran enggak segampang itu loh, Sayang! Terlebih ketika dalam sebuah pernikahan sampai tidak ada anak, yang disalahkan selalu istri!” raung Kirana meronta-ronta. “Aku ... aku yang disalahkan termasuk oleh orang tua kita apalagi mama kamu! Akuuuuh yang disalahkan, beneran aku! Mereka terus menuduhku mandul!”
“Rasanya sakit sekali, meski enggak sampai berdarah-darah, Sayang! Malahan kadang aku sampai takut hanya buat keluar dari kamar. Karena saat mereka melihatku, dari cara mereka menatapku saja sudah jelas, oh itu istri mandul. Dia pasti sengaja enggak mau hamil biar tetap perawan. Biar dia enggak mengalami turun mesin apa malah payudar.a kendor!”
“Kira—na ... kamu menikahnya dengan aku, bukan dengan kata orang maupun pandangan orang! Bagiku, seumur hidupku hanya hidup dengan kamu saja sudah sangat cukup!” sergah Yusuf masih bertahan membingkai wajah Kirana menggunakan kedua tangannya. Namun baru saja, Kirana menyingkirkan kedua tangan Yusuf dengan sangat kasar.
“Katakan kepada semuanya. Bahkan aku juga akan mengabarkannya, jika memang dalam hubungan kita tetap tidak anak, ... AKU ... AKU YANG MANDUL!”
Yusuf menatap tak percaya, sekaligus penuh terka Kirana yang tampak jelas tidak bisa percaya kepadanya. Karena sedikit banyaknya, sebagai suami Kirana yang sudah terbiasa menghabiskan waktu bersama, ia sudah paham watak istrinya itu.
“Sebelum kamu berbicara, biarkan aku melakukannya lebih dulu.” Yusuf berusaha membuat mental Kirana kembali stabil.
“Ayo kita menjalani hubungan dengan orang lain seperti—” Kirana tidak bisa melanjutkan ucapannya karena Yusuf menahan ucapannya.
“Aku enggak butuh bukti. Percaya kepadaku, yang mandul aku. Kamu sehat, ... sumpah!” berat Yusuf, tapi Kirana malah meledak-ledak.
“Ketimbang melakukan hal sin.ting begitu, lebih baik kita ke dokter. Kita sama-sama konsultasi. Andai ada yang enggak beres ya diobati!”
“Temanku juga sudah membuktikannya, Sayang!”
“Enggak, Kiiiiii, aku enggak mauuuuu! Kalau kamu terus memaksa, lebih baik kita CERAI SAJA! AKU IKHLAS! AKU YANG MANDUL, AKU YANG SALAH, DARIPADA AKU MEMBIARKANMU TERJERUMUS DOSA. JIKA AKU BUKAN LAGI SUMBER SEKALIGUS ALASAN KAMU BAHAGIA, AKU SIAP MUNDUR!”
“Masalahnya, aku enggak bisa tanpa kamu, Suuufff! Aku enggak bisaaaa!” Kirana histeris dan memeluk tengkuk Yusuf sangat erat. Ia sungguh tidak bisa tanpa Yusuf, hingga ia nekat menampung sederet tips dari teman-temannya.
Namun, percaya tidak percaya, penilaian demi penilaian yang kadang kita berikan kepada orang lain, memang menjadi alasan mental seseorang terluka. Karena pada dasarnya, lingkungan tumbuh memang menjadi alasan seseorang berproses. Begitu juga yang sedang Kirana alami saat ini.
Mampukah Kirana bertahan, jika pada kenyataanya dirinya tidak bisa tanpa Yusuf?
❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
💞pejuang🤑🤑🤑
aku hadir kembali kak ros. hallo
maaf baru hadir nunggu tamat takut ngerusak retensi nya.
2024-10-15
1
Nurr Amirr🥰💞
Aku hadir di sini bund... Baru habis baca karyq bunda di sebelah ... Akina dn Zeedev🥰🥰🥰..
2024-09-12
0
Heri Wibowo
baru gabung tor
2024-08-06
0