5 jiwa yang tertransmigrasi untuk meneruskan misi dan mengungkap kebenaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kurukaraita45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Kehilangan
Petunjuk :
"Semua yang terjadi bukanlah kebetulan. Pasti ada sebab tertentu bagi hidupmu."
...ΩΩΩ...
Keadaan Neofourfive saat ini kacau. Berita perlakuan Renjana dan Alesya tersebar dimana-mana, bahkan hingga ke pelosok. Tentunya berita tersebut sampai kepada kedua pelaku tersebut. Membuat keduanya murka, ingin sekali memakan si penyebar hidup-hidup.
"Gimana bisa ada yang tau?" Alesya khawatir, dia tengah berduaan bersama Renjana.
Renjana menggelang tak percaya. "Gak! Gak mungkin ada orang yang tau kelakuan kita waktu itu, semuanya udah gue atur. Termasuk dari cctv dan juga resepsionis hotel itu."
Mereka berfikir beberapa saat. "Apa ini ulah mereka?" Alesya bertanya.
"Memang kurang ajar! Lain kali jangan beri mereka celah untuk maju. Gak bisa! Gue akan rencanain ini sama yang lain, kamu mau ikut?" Renjana bertanya.
Alesya menggeleng. "Gak! Aku cape banget hari ini, nanti kabarin aja ya hasilnya."
Renjana mengangguk, tersenyum lalu pergi dari depan Alesya. Setelah dirasa Renjana cukup jauh dari rumahnya, Alesya mengungkapkan rencananya.
"Mending gue cari tau sendiri, dan habisin orang yang udah berani lakuin itu."
Alesya segera keluar rumah, dia mengunjungi di mana pamplet-pamplet tersebut banyak tersebar. Di jalanan-jalanan kecil, ia berusaha menemukan orang yang berada di sana untuk bertanya. Tak lupa sebelumnya ia telah mencari foto-foto yang ia rasa berkaitan dengan pihak utama Bina Garuda.
"Pak! Permisi, apa bapak tau siapa yang menyebarkan pamplet itu?" Alesya menunjuk pampletnya. Dalam gambar tersebut memang tidak jelas wajahnya, sehingga orang lain tidak tau jika Alesya yang terpajang dalam pamplet buruk tersebut.
"Duh maaf mbak, saya bukan asli sini. Jadi gak tau," katanya.
Alesya tak menyerah, ia terus mencari siapa yang dapat dijadikan informasi. Hingga orang yang keempat, dia dapat menemukan sedikit informasi.
"Maaf pak, kira-kira ciri-cirinya bagaimana ya?" Tanyanya.
"Dia seorang perempuan. Rambutnya sebahu, warna rambutnya hitam. Tingginya ya, setinggi mbaknya. Itu aja mbak yang saya tau."
Alesya mengangguk, dia segera mengeluarkan ponselnya untuk memperlihatkan foto-foto dari perempuan Bina Garuda.
"Apa orangnya ini pak?" Tanya Alesya, memperlihatkan foto Evelyn.
Orang di depannya menggeleng. Alesya terus bertanya, foto Bercelly, Callisany, Sila, Dila bahkan Asri bapaknya terus menggelang.
Hingga satu harapannya, yang menurutnya pun mirip dengan ciri-ciri yang disebutkan. "Jika ini pak?" Tampak bapak tersebut menganggukan kepala, kala melihat wajah orangnya di ponsel tersebut.
ΩΩΩ
"Ghea!"
Ghea menoleh kala Bercelly memanggilnya. "Iya, Celly!"
"Lo mau pulang bareng gue gak?"
Ghea berfikir sejenak. "Engga deh, gue lagi mau cari sensasi, gue mau jalan kaki aja."
"Lo serius?"
"Iya serius, lo duluan aja ya! Nanti kalo gue udah sampai rumah, Ghea akan kabarin lo lagi deh."
Celly mengangguk, "Bener ya? Gue duluan nih!"
Ghea mengangguk dengan yakin. "Okei!"
Celly segera pulang dari sekolah, yang dijemput oleh supirnya. Sedangkan Ghea dia memang memilih jalan kaki, dia ingin menikmati suasana.
Neofourfive memang salah satu kota yang paling indah. Bina Garuda mendapat view yang sangat indah, karena diperjalanannya dapat terlihat gunung nan hijau dengan sawah-sawahnya nan indah di ujung sana.
"Duh gak salah gue sekolah di sini, view-nya indah banget." Ghea berjalan, langkahnya terus menjauh dari sekolahnya. Karena langkahnya yang semakin cepat, namun pemandangan itu tidak hilang, bahkan ketika Ghea memasuki area yang sepi.
Dia masih senang menikmati suasana yang ia rindukan, hingga tidak menyadari ada seseorang di elakangnya yang sigap dengan pisaunya. Tapi ia punya feeling, jika ada seseorang dibelakangnya. Ia menoleh, tepat sebelum pisau itu ditusukkan ke punggungnya.
"Lo ngapain?" Ghea mundur ketakutan, sedangkan orang itu terus mendekat dan bersiap menusuk orang di depannya.
"Busuk lo!" Dari suaranya, sepertinya dia seorang wanita.
"Apa salah gue?"
"Bodoh!" Semakin kencang sosok itu mengejar, Ghea membalikan badannya dan mulai berlari sekencang mungkin.
Jalanan kecil tersebut, terdapat jurang yang cukup curam. Ghea terpeleset, hampir saja dia masuk ke jurang tersebut. Tapi orang dibelakangnya tidak menyadari hal itu, ia terus berlari hingga benar-benar terpeleset jauh. Dirinya jatuh ke jurang yang amat curam tidak dapat tertahan apapun lagi.
Dirinya langsung jatuh, bahkan tidak terlihat sama sekali oleh Ghea. Ghea menoleh saat mendengar suara teriakan saat orang tersebut terpeleset. Ghea menutup mulutnya, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
"Apa..."
...ΩΩΩ...
...R...
enjana telah menyelesaikan pertemuannya dengan keempat rekannya yang lain, ia menghubungi kekasihnya untuk memberikan informasi jika mereka akan mencari tau siapa penyebar tersebut.
Namun, chat yang Renjana kirimkan tidak di balas. Renjana menelponnya pun tidak diangkat. Tentunya hal tersebut membuat Renjana panik, tidak seperti biasanya Alesya seperti itu.
"Apa gue ke rumah dia aja ya?"
Setelah mengucapkan perkataan tersebut, Renjana tak berpikir panjang dia langsung mengunjungi rumah Alesya.
Namun ia tidak mendapati keberadaan Alesya di sana. Renjana pun bertanya kepada pembantu rumah Alesya. "Bi, tadi lihat Alesya keluar atau enggak?"
"Tadi sih non Alesya gak bilang mau kemana, tapi bibi lihat sendiri kalo non Alesya pake pakaian serba hitam dan sudah 2 jam yang lalu perginya."
Setelah mendapat informasi dari bibi, Renjana langsung keluar untuk mencari Alesya. Ia benar-benar takut terjadi apa-apa dengan kekasihnya, karena kejadian sebelumnya juga Alesya yang jarang keluar rumah.
Renjana mencarinya kemana-mana, bahkan hujan pun telah turun deras dari langit. Tapi cintanya untuk Alesya besar, tak cukup sampai di situ. "Lesya! Aku harus cari kamu kemana lagi?"
Air mata mengalir dipipinya. Bahkan sudah 1 jam lamanya ia mencari keberadaan Alesya. Jauh dengan kondisi Ghea saat ini, Ghea baru saja sampai dirumahnya saat hujan mulai deras. Bukannya menepati ucapannya untuk langsung menghubungi Celly, tapi dia seperti orang ketakutan kegelisahannya amat nampak wajahnya.
"Duh gimana..."
Ponselnya berdering, ternyata itu panggilan dari Celly. Dia mengangkatnya dengan tangan gemetar. "I-iya Cell!"
"Lo udah nyampe 'kan? Perasaan gue gak enak, inget lo terus, soalnya lo gak biasanya jalan kaki."
"G-gue baik-baik aja kok!"
"Lo kenapa? Kok kayak gemetaran gitu?" Tanya Celly dari sebrang.
"Em, lo boleh ke sini gak?"
"Sekarang nih?"
"Iya, bisa?"
"Gue OTW!"
Panggilan ditutup oleh Ghea, saat ia mendengarkan kalimat on the way dari Celly. Mungkin sepertinya, ia harus menceritakan semuanya ke Celly, karena bisa jadi kejadian tadi ada sangkut pautnya dengan Bima Nasional, dan akan menjadi informasi yang penting bagi Celly juga yang lainnya, seperti memang itu yang terbaik.
...-ToBeContinued- ...