Saat semua mahasiswi mencari muka di hadapan Revan, si dosen tampan tapi dingin. Ayunda justru sudah kehilangan mukanya. Setiap kali bertemu Revan, Ayunda selalu dalam masalah yang membuatnya malu di hadapan dosennya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Terima kasih, pak." ucap Ayunda setelah mereka tiba Velvet Hotel.
Ayunda pikir Pak Revan akan langsung pergi, tapi ternyata dosennya itu malah masuk ke dalam hotel. Untung saja Ayunda masuk dari pintu khusus karyawan. Lagi pula apa yang akan dilakukan oleh Pak Revan di hotel bukanlah urusannya.
Revan langsung masuk ke dalam ruangannya. Di ikuti oleh sang manager. Revan hanya datang beberapa kali dalam satu bulan untuk melihat laporan hotel. Dan sampai saat ini Ayunda tidak tahu jika hotel tempatnya bekerja adalah milik sang dosen.
Pukul delapan malam jam kerja Ayunda berakhir. Saat Ayunda keluar dari hotel, lagi-lagi dia bertemu dengan Pak Revan.
"Ayo, pulang." ajak Revan yang sengaja menunggu Ayunda.
"Terima kasih, Pak. Tapi saya sudah memesan ojek online." ucap Ayunda menolak dengan halus.
Selain untuk menghindari dosennya, Ayunda memang sudah memesan ojek sejak dia masih di dalam tadi. Dan benar saja, beberapa saat kemudian seorang pengendara ojek online datang.
"Pesanannya batal. Pergilah." Revan memberikan uang kepada pengendara ojek online itu sebagai kompensasi.
Dan tukang ojek itu pun langsung pergi.
"Tapi pak.. " Ayunda tidak bisa berkata-kata melihat keputusan sepihak oleh dosennya.
"Saya akan mengantar kamu pulang. Sekalian saya ingin mengambil sesuatu di apartemen." kata Revan beralasan.
Ayunda hanya bisa pasrah dan menurut. Mau tidak mau dia masuk ke dalam mobil.
Revan sendiri tidak mengerti mengapa dia memaksa untuk mengantarkan Ayunda. Padahal dia bisa langsung pergi saat ojek yang di pesan oleh Ayunda tiba. Tapi Revan malah menyuruh ojek itu yang pergi.
Sejak di gosipkan menjadi simpanan Pak Revan, Ayunda sungguh merasa enggan untuk bertemu dengan dosennya itu. Apa lagi jika harus satu mobil begini. Ayunda sudah berusaha untuk menghindar. Tapi mengapa Pak Revan yang malah selalu datang menghampirinya.
"Pak." panggil Ayunda ketika Revan sudah menjalankan mobilnya.
Revan menoleh saat mendengar panggilan Ayunda.
"Terima kasih bapak telah memberikan tumpangan kepada saya. Tapi.. "
Ayunda menjeda ucapannya. Dia merasa takut untuk meneruskan kalimatnya. Namun Ayunda tetap harus mengatakannya. Dari pada dia merasa tertekan dan tidak nyaman sendiri.
"Tapi maaf pak, sebaiknya bapak tidak perlu memberikan saya tumpangan lagi." lanjut Ayunda.
"Kenapa ?" tanya Revan ingin tahu.
"Saya hanya tidak mau merepotkan bapak." jawab Ayunda.
Dan jawaban Ayunda itu membuat Revan tersenyum tipis. Tipis sekali sehingga Ayunda tidak akan menyadarinya.
"Saya tidak merasa direpotkan sama sekali." balas Revan.
Meski bicara dengan nada datar, tapi dalam hati Revan merasa senang. Setidaknya alasan Ayunda bukan karena menolaknya.
Astaga. Seharusnya aku mengatakan yang sebenarnya. Aku tidak nyaman dan takut. Batin Ayunda merutuki dirinya sendiri.
Tapi karena takut membuat Pak Revan tersinggung, jadi mulut Ayunda malah mengatakan tidak mau merepotkan dosennya.
Tak terasa mobil yang dikendarai Revan sudah tiba di depan gedung apartemen.
"Terima kasih, pak." ucap Ayunda seperti biasa sebelum keluar dari mobil.
"Sama-sama."
Untuk pertama kalinya Revan membalas ucapan terima kasih Ayunda.
"Bapak tidak jadi mengambil barang ?" tanya Ayunda karena dosennya itu tidak mematikan mesin mobil dan juga tidak memarkirkan mobilnya.
"Tidak. Kamu istirahatlah." ucap Revan.
Mungkin jika wanita lain akan baper mendengar ucapan Revan. Seorang pria yang biasanya dingin tiba-tiba memberikan perhatian. Tapi tidak dengan Ayunda.
Ayunda benar-benar tidak peka. Dia bahkan tidak menyadari perubahan sikap Revan. Dari seorang yang dingin, cuek dan irit bicara sekarang menjadi seorang yang banyak bicara dan perhatian.
Ayunda bahkan tidak pernah berpikir jika hari ini Revan sengaja menunggunya. Saat di minimarket dan saat pulang kerja. Itu mustahil.
Apa lagi jika sampai dosennya itu menyukainya. Mati balik hidup pun itu tidak mungkin terjadi. Bahkan dalam mimpi pun itu sangat mustahil dan sangat sangat sangat tidak masuk akal.
Revan pasti mau melanjutkan pengobatan kakinya apabila Ayunda sudah bersamanya...
ko pindah kota macam mana cerita ma dosennya