NovelToon NovelToon
Menikahi Pengawal Pribadi

Menikahi Pengawal Pribadi

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cinta setelah menikah / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Titin

Jelita Sasongko putri satu satunya keluarga Dery Sasongko dipaksa menikah dengan Evan Nugraha pengawal pribadi ayahnya. Jelita harus menikahi Evan selama dua tahun atau seluruh harta ayahnya beralih ke panti asuhan. Demi ketidak relaan meninggalkan kehidupan mewah yang selama ini dia jalani dia setuju menikahi pengawal pribadi ayahnya. Ayahnya berharap selama kurun waktu dua tahun, putrinya akan mencintai Evan.

Akankah keinginan Dery Sasongko terwujud, bagaimana dengan cinta mati Jelita pada sosok Boy?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 22

Evan bangun pagi-pagi sekali, menyiapkan sarapan pagi lalu membangunkan Jelita yang masuk tertidur pulas.

"Sayang bangunlah kita ada pertemuan penting hari ini." Evan mengguncang tubuh Jelita dengan gerakan lembut. Terlihat geliat halus dari tubuh Jelita dibalik selimut, lalu perlahan membuka matanya menatap Evan.

Jelita menggeliat malas. Dia masih ingin menambah durasi tidurnya. Selain masih mengantuk, seluruh tubuhnya terasa remuk redam, sakit semua.

"Sayang bangun, mandi." bujuk Evan sembari menarik selimut Jelita melepas dari tubuhnya.

"Van..." rengeknya sembari mengelung tubuhnya

"Sayang ayolah," bujuk Evan dengan sabar.

"Aku tidak percaya kau menyiksaku begini Even."

"Maaf sayang, tapi hari ini kita ada pertemuan penting."

"Baiklah-baiklah." walau malas Jelita tetap menuruti perintah Evan.

Satu jam kemudian Jelita sudah bersiap. Hari ini Jelita tampil elegan. Atasan putih dipadu rok span berwana hijau botol, membalut tubuhnya dengan sangat sempurna. Jelita terlihat sangat cantik.

Evan bahkan sampai terpana melihat tampilan istrinya hari ini. Jelita menjelma bak wanita karir.

"Ayo pergi." ujar Evan sembari menggandeng jemari Jelita masuk kedalam mobil.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju ke gedung perkantoran milik sasongko. Disanalah pusat pengendalian bisnis Sasongko yang tersebar di seluruh wilayah.

"Ada apa, kenapa gelisah?" tanya Evan. Jelita yang resah mengundang perhatiannya.

"Aku gugup, ini pertama kalinya aku menghadiri rapat penting." sahut Jelita dengan raut tak bersemangat. Dia memang tidak berminat berkecimpung didunia bisnis. Apalagi sampai mengelola prusahaan yang sangat besar seperti milik papanya.

"Sayang hanya perlu menjadi pendengar disana nanti. Catat apa yang menjadi garis besar dirapat nanti. Tidak perlu ikut bicara kalau kalau memang tidak tau apa yang harus dibicarakan. Untuk sementara aku yang ambil alih sampai sayang benar-benar mampu." ujar Evan menjelaskan. Mendengar itu Jelita baru bisa bernapas lega.

Dia bukan tak tau dasar-dasar bisnis. Selain kuliah dibidang itu, Evan juga sudah memberinya bekal tentang mengelola prusahaan. Tapi tetap saja dia tidak percaya diri dihadapan peserta rapat lainnya.

Ruang rapat sudah di penuhi oleh peserta rapat. Wajah-wajah yang tak asing terlihat memenuhi ruangan mewah ini. Sebab sebagian besar dari mereka sering berkunjung kemansion papa Jelita.

Evan dan Jelita duduk berdampingan, sementara kursi pemimpin prusahaan di tempati tuan Sasongko.

Jelita awalnya menduga papanya lah yang akan memimpin rapat, tapi ternyata dugaannya salah. Sasongko menunjuk Evan sebagai orang yang mewakili dirinya memimpin jalannya rapat.

Evan terlihat begitu berkarisma di depan para peserta rapat. Suami yang di kenalnya sebagai seorang pengawal pribadi, hari ini menjelma menjadi orang lain. Evan menjelma bak CEO muda yang begitu memahami bisnis. Jelita juga baru sadar kalau Evan datang dengan memakai tukedo lengkap. Dia sibuk dengan kegugupannya menghadiri rapat samapai tak memperhatikan penampilan Evan yang begitu sempurna.

Jelita tidak lagi focus pada agenda rapat, dia terlena dengan pesona Evan. Dia kini bahkan tak yakin kalau Evan hanyalah seorang pengawal pribadi. Bicaranya gesturnya memperlihatkan betapa bisnis adalah keahliannya.

"Hey, masih ingin disini? Rapat sudah selesai. Papamu sedang menunggu kita untuk makan siang," tegur Evan pada Jelita yang masih diam ditempatnya. Sementara netranya tak lepas dari sosok suaminya.

"Evan, sebenarnya kau siapa?" tanya Jelita sembari menautkan alisnya.

"Aku suamimu, jangan bilang kau sudah lupa!" jawab Evan dengan nada sedikit meninggi diakhir kalimat.

"Candaan mu gak lucu Van." sungut Jelita. Dia masih begitu penasaran dengan Evan. Saat berbicara didepan peserta rapat, Jelita seakan tak mengenali Evan.

"Ayo cepat pergi. Papa sudah menunggu kita untuk makan siang." Evan meraih jemari istrinya membawanya keluar ruang rapat. Sesampainya di luar Evan melepas genggamannya, dia berjalan dibelakang Jelita seperti seorang pengawal.

Manik hitam Jelita sempat melihat binar dimata karyawan wanita saat melihat Evan dibelakangnya. Membuat hati Jelita terasa panas terbakar.

Jelita memperlambat langkahnya agar sejajar dengan Evan, lalu menautkan jemari lentiknya menggengam jemari kokoh Evan dengan erat. Evan kaget tapi juga senang.

"Kita masih dikantor," bisik Evan mengingatkan istrinya.

"Kenapa, ada yang salah aku menggandeng mu di kantor?" tanya Jelita sengit. Evan menggeleng.

Jelita tak melepas genggamannya hingga menemui papanya. Melihat putrinya masuk kedalam restauran bergandeng tangan dengan suaminya, Sasongko menyunggingkan senyum di bibirnya.

"Maaf membuat papa menunggu lama," ucap Evan dengan sopan.

"Tidak, aku juga baru santai. Ayo duduk."

Jelita melepas genggamannya, lalu duduk di samping Sasongko.

"Bagaimana kesan mu mengikuti rapat penting siang ini?" tanya Sasongko sembari mengeusap punggung putrinya.

"Aku merasa di bohongi," sungut Jelita, sekilas dia melirik Evan lalu menatap tajam bola mata papanya.

"Oh ya, siapa yang berani melakukan itu pada putri papa semata wayang ini?" tanya Sasongko memasang tampang serius.

"Ck, gak usah sandi wara deh pa. Gak mungkinkan papa gak tau kedudukan Evan di prusahaan papa?"

Sasongko tergelak." Papa dan Evan tidak bohong soal pekerjaannya sebagai pengawal pribadi papa. Dia pernah menjabat itu selama tiga tahun." jelas Sasongko.

"Itu dulu kan? Terus kenapa memperkenalkan Evan masih dengan pekerjaannya yang dulu. Kalian berdua sekongkol menyiksaku dengan uang belanja sepuluh juta sebulan, sadis!" sungut Jelita sembari menatap Evan. Terbayang olehnya bagaimana sakitnya harus berhemat karena membeli gaun seharga tiga puluh juta. Setiap hari harus membawa bekal kekampus.

"Maaf sayang," ujar Evan dengak tampang bersalah. Jelita mencebik kesal, bisa-bisanya mereka menyiksanya selama beberapa bulan ini, apa benar mereka menyanginya.

"Sudah ayo makan nanti nasinya keburu dingin." titah Sasongko.

Sasongko mengawali makan siangnya dengan perasaan hangat. Hubungan yang terjalin atara Jelita dan Evan membuatnya tenang. Dia tau penyakitnya bisa merenggut nyawanya kapan saja. Dengan adanya Evan di sisi Jelita dia tak kawatir bila suatau saat harus meninggalkan Jelita.

Selesai makan siang Evan kembali kekantornya. Diikuti oleh Jelita. Dia duduk disofa dengan wajah ditekuk.

"Masih marah?" tanya Evan dengan suara lembut.

"Masih!" sahut Jelita galak. Evan terkekeh, dengan lembut dia meraih jemari jelita lalu memberi kecupan hangat dijari-jari lentiknya.

"Mau dengar cerita sesungguhnya?" tanya Evan dengan senyum mengembang dibibirnya. Jelita mengangguk setuju.

"Aku besar dipanti asuhan semenjak bayi. Karena prestasi akademis di sekolah lumayan bagus, aku mendapat beasiswa kuliah di universitas. Disanalah aku bertemu papamu dan memulai karir sebagai pengawal. Sebagai pengawal tentu saja aku selalu mengikuti papa kemanapun dia pergi. Suatau saat salah satu cabang prusahaan papa mendapat masalah serius, dan aku berhasil membantu mengatasinya. Sejak itu papa memintaku membantunya mengelola bisnisnya dikantor cabang. Dan aku sudah lama suka pada nona muda Jelita, sebelum tawaran menikah dari tuan Sasongko." Jelas Evan. Netranya mengunci manik hitam Jelita, menyelami perasaannya. Hati Jelita bergetar saat mendengar kalimat terakhir.

"Sejak kapan kau menyukai ku?" tanya Jelita dengan suara pelan.

"Sejak nona muda Jelita menangis di tengah jalan, berniat kabur dari mansion tuan Sasongko, tapi tak punya tujuan," sahut Evan sembari mengusap pipi istrinya penuh kasis sayang.

"Saat SMA?!" pekik Jelita kaget. Dia berusaha mengulang memori dikepalanya, mengingat kejadian waktu itu. Dia ingat saat menangis ditepi jalan, pria berjaket memberinya pertolongan, mengantarnya kerumah temannya. Dia tak menyangka pria itu adalah Evan.

"Hemm."

"Kenapa tidak mendekatiku, berusaha menyatakan isi hatimu?" tanya Jelita.

"Saat itu aku merasa kita tak sepadan. Saat papa memintaku membantunya merubah sipatmu dengan cara menikahimu, aku setuju. Saat itu aku berpikir, bisa menjagamu disisiku sudah lebih dari cukup sebagai bentuk cintaku padamu. Tapi siapa sangka aku malah mendapatkan hati nona muda Jelita, tentu saja aku tidak bisa menolak." ujar Evan sembari merengkuh tubuh Jelita memeluknya erat.

"Sayang ada satu rahasia lagi yang aku miliki," bisik Evan.

"Apa itu?"

"Ayahku ternyata masih hidup, dia bangsawan di pulau D. Aku juga baru tahu dua tahun ini, ayahku secara langsung menemuiku dan melakukan tes DNA terhadapku." ada getar pada nada suara Evan saat berbicara tentang ayahnya.

"Lalu apa yang terjadi? Apa hubungan kalian sudah membaik?" tanya Jelita sembari menengadahkan wajahnya menatap manik hitam Evan.

"Sudah, tapi aku tidak berniat tinggal disisinya. Sejak awal dia sudah membuangku, tiba-tiba mengakuinya sebagai ayah dan tinggal disisinya, terasa canggung bagiku. Lagi pula dia sudah memiliki dua orang putra yang begitu dia sayangi. Nereka pasti bisa menjaganya." jelas Evan.

"Tidak apa, kau memiliki aku disini. Aku hanya punya ayah dan suamiku tersayang. Tapi..pandangan karyawan wanitamu menggangguku. Aku mau mengadakan pesta pernikahan secepatnya, biar statusmu sebagai sumiku diketahui semua orang." pinta Jelita.

"Pesta?"

"Iya, kenapa? kebertan?"

"Tentu tidak sayang, tapi waktunya belum tepat saat ..."

"Pokoknya harus!"

"Dengar sayang.."

"Gak mau, pokoknya harus segera dilaksanakan. Jangan bilang kamu mau tebar pesona dengan status lajangmu ya Evan!" sungut Jelita garang. Evan terbahak, sejak kapan dia memiliki kemampuan seperti itu. Dimatanya cuma ada satu wanita, cuma Jelita.

To be continuous.

1
andhist82
Ceritanya apik banget,feelnya dapat..asli suka novelnya,terima kasih karyanya..💖🙏
Wy Ky
keren
Yantik Purwati
Luar biasa
George Lovink
Cih...saat Evan bersama Kiara dia mencibir...apa saat bersama Boy pernah ia berpikir perasaan Evan...
RaFa
karya ini sungguh saya suka karena tokohnya lelaki setia dan cerita tidak bertele-tele.
Juprianto
Luar biasa
Heriah Riduan Nasir
kayka nya suami tenang aja pas di tlp jelita bilang ada yg kepung mobil nya 😀
Sarah Yuniani
Evan cool banget .. bikin visual nya dong thooor
Sarah Yuniani
seru ceritanya ..
Sarah Yuniani
soo suuwiiiit
Sarah Yuniani
suka di part awal , kisahnya lucuuuu
Sarah Yuniani
meleleh oi ... rasa sayang mereka nggak lebay ❤️
Sarah Yuniani
MasyaAllah... selalu suka dengan halal ❤️
Sabaku No Gaara
hehhh...dtng lagi 1 kutu kupret
Sabaku No Gaara
wow ...daebak 👏👏👏👏👏
Sabaku No Gaara
makax jgn mancing²...sdh terpancing nyahok loe
Juna Dong
luar biasa
Jamilah Hidirmanto
kisah cinta yang luar biasa krennnnnnnn aq suka 💘💘💘
Sabaku No Gaara
Luar biasa
George Lovink
Apa semua perempuan sama ...jaman sekarang yach...itu kenyataan yang terjadi...mencintai orang lain tapi tidur dan hamil dengan pria lain...ini murahan...saya lebih respek kepada seorang pelacur.Mereka tidak munafik...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!