NovelToon NovelToon
Limit Unlock

Limit Unlock

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Epik Petualangan / Bullying dan Balas Dendam / Murid Genius / Mengubah Takdir / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Jin kazama

Jaka, seorang siswa SMA yang biasa-biasa saja, seketika hidupnya berubah setelah ia tersambar petir. Ia bertemu dengan makhluk asing dari dunia lain, hingga akhirnya memahami bahwa di dunia ini ada kekuatan yang melebihi batas manusia biasa. Mereka semua disebut Esper, individu yang mampu menyerap energi untuk menembus batas dan menjadi High Human. Ada juga yang disebut Overload, tingkatan yang lebih tinggi dari Esper, dengan peluang mengaktifkan 100% kemampuan otak dan menjadi Immortal.

Lalu, takdir manakah yang akan menuntun Jaka? Apakah ia akan menjadi seorang Esper, atau justru seorang Overload?

Ikuti perjalanannya dalam kisah Limit Unlock.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21. Jaka Yang Mendominasi (Bagian 2)

Bab 21. Jaka Yang Mendominasi (Bagian 2)

“UHUK!”

Tanpa bisa dicegah, Jimmy memuntahkan seteguk darah. Tangan kanannya hancur dan organ dalamnya mengalami luka yang cukup berat.

Sementara itu, Jaka tetap berdiri kokoh di tempatnya tanpa kakinya bergerak sedikit pun.

Semua orang membelalakkan mata, tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Beberapa ahli bela diri yang menjadi pengawal para tuan muda kaya dari keluarga masing-masing juga memiliki ekspresi bermartabat di wajah mereka.

Hanya dengan sekali pandang mereka bisa melihat perbedaannya. Meskipun memiliki ledakan energi yang sama, akan tetapi pondasi milik Jaka terlihat jauh lebih solid dan stabil.

Di kejauhan, seorang pemuda berusia 18 tahun duduk di sebuah sofa tunggal. Dia adalah Bagaskara Halim, sang pendiri organisasi A.S.E.

Kemudian, dia menoleh ke samping untuk menatap pria paruh baya yang ada di sampingnya. Namanya Leon, berusia 50 tahun, seorang pengawal yang sudah mendampingi Bagaskara sejak dirinya berusia delapan tahun.

“Kakek Leon, bagaimana menurutmu kekuatan anak itu?”

Mendengar itu, Leon sedikit menggelengkan kepalanya.

“Dia tidak sederhana, Tuan Muda. Bahkan aku yang sudah mencapai tingkat grand master tahap menengah pun tidak bisa melihat berada di mana tingkat kekuatannya.”

“Oh... apakah begitu?” seru Bagaskara dengan penuh minat.

Mengangguk, Leon kembali berkata dengan hormat,

“Ya, ini juga baru pertama kalinya bagiku tidak bisa melihat tingkat kekuatan dari seseorang yang usianya masih sangat muda.”

“Hehe... menarik! Aku tidak menyangka pertemuan kali ini akan menemukan kejutan yang cukup besar,” kata Bagaskara yang matanya lurus menatap pada bentrokan antara Jaka dan Jimmy.

Kembali Ke Cerita.

Semua orang terkejut. Mereka tidak menyangka jika Jaka bisa menang dengan mudah. Bahkan seorang ahli bela diri tingkat master bisa terlempar sangat jauh.

Salah satu orang di kerumunan berseru dengan heboh pada teman yang ada di sampingnya,

“Gila! Apakah kau melihatnya? Orang tua itu setidaknya adalah seorang ahli bela diri tingkat master. Tapi orang seperti itu bisa dikalahkan dengan mudah olehnya!”

“Sttt... pelankan suaramu, bodoh. Bagaimana jika dia sampai tersinggung dan melihat ke arah kita? Bisa-bisa kita digeprek sampai mati!” kata temannya.

Mendengar itu, orang yang sebelumnya berseru buru-buru menutup mulutnya.

Namun yang tidak mereka sadari adalah pendengaran Jaka sangat tajam, dan pembicaraan sekecil apa pun bisa terdeteksi olehnya. Namun ekspresinya tetap datar dan acuh tak acuh.

Setelah mengalahkan Jimmy, tatapan mata Jaka kembali beralih ke William.

Seketika tubuh William bergetar hebat. Jika pengawal yang selalu menjadi andalannya selama ini saja kalah, apalagi dirinya.

Sekarang dia dipenuhi oleh penyesalan.

Kenapa dia harus memprovokasi iblis dingin yang haus darah ini?

Jika dia tahu, bahkan jika diberi sepuluh ribu nyali sekalipun, dia tidak akan berani untuk mengusiknya.

Tubuhnya terus mundur. Dengan suara yang bergetar, dia berkata dengan terbata-bata,

“A-Apa yang kamu inginkan? T-tempat ini adalah A.S.E! Ada peraturan tidak boleh membunuh orang secara sembarangan di sini!” ucapnya dengan sangat gugup.

Mau menyesal pun juga percuma. Dan saat nyawanya berada di ujung tanduk, sebuah suara tepuk tangan pun terdengar menggema di seluruh ruangan.

“PROK! PROK! PROK!”

Tanpa sadar, pandangan mata semua orang tertuju pada pusat suara itu. Dan dari kejauhan, seorang pemuda perlahan bangkit dari tempat duduknya.

Seorang pemuda berjas putih dengan tatapan elegan dan aura yang tidak biasa pun melangkah maju selangkah demi selangkah.

Wibawa dan kharisma yang khas terpancar dari dalam tubuhnya.

Rambutnya tersisir rapi, senyumnya tenang, tetapi di balik ketenangan itu, di kedalaman matanya tersimpan ketajaman yang membuat semua pria menunduk dan tidak berani menatap terlalu lama, seolah mereka berada di dunia yang berbeda.

Sementara untuk para wanita, mereka memandangnya dengan ekspresi mabuk dan penuh pemujaan yang fanatik.

Dialah Bagaskara Halim, yang akhirnya mengambil tindakan.

“Menarik sekali! Sudah lama pertemuan A.S.E tidak punya tontonan semeriah ini,” katanya dengan nada santai.

Semua orang terdiam. Tidak ada yang berani bersuara sedikit pun.

Bahkan Rama, Nathan, Alex, dan Dava yang sebelumnya berfokus kepada Jaka, kini mengalihkan pandangannya kepada sosok pemuda yang sangat terkenal di dalam organisasi.

Nathan berseru pelan kepada teman-temannya,

“Ah... tidak salah lagi, itu pasti dia, Bagaskara Halim, sang pendiri A.S.E.”

Setelah berbicara, Bagaskara melangkah menghampiri Jaka, dan saat keduanya sudah berhadapan, dia mengulurkan tangan.

“Perkenalkan, namaku Bagaskara Halim, pendiri A.S.E.”

Mendengar itu, seberkas keterkejutan melintas di mata Jaka. Dia tidak menyangka jika dirinya akan dihampiri langsung oleh sang pendiri organisasi.

Namun keterkejutan itu hanya sekilas sebelum ekspresinya kembali berubah menjadi tenang.

Menyambut uluran tangan Bagaskara, Jaka pun juga memperkenalkan dirinya.

“Namaku Jaka, pemimpin geng RPJ dari Kota Blue Star.”

Bagaskara hanya tersenyum dan mengangguk.

“Oh, Jaka, kah? Baiklah kalau begitu. Sebagai pendiri organisasi, aku ucapkan selamat datang di perjamuan A.S.E. Dan juga... untuk masalah kali ini, bisakah kau memberiku wajah dan membiarkan ini berlalu? Jika kamu melakukannya, aku sangat berterima kasih,” ucapnya dengan nada tenang sambil mempertahankan senyumnya.

Seketika, Jaka menyipitkan matanya ke arah William. Melihat ekspresi ketakutan yang menyelimuti seluruh wajahnya, ekspresi jijik pun langsung muncul begitu saja.

Setelah menghela napas, tatapan matanya beralih ke arah Bagaskara.

“Baiklah, untuk menghormatimu aku akan membiarkan ini berlalu. Dan juga aku mewakili geng RPJ meminta maaf atas hal memalukan ini mengingat ini adalah pertama kalinya aku datang ke pertemuan A.S.E.”

Mendengar itu, Bagaskara terkekeh.

“Haha! Itu sama sekali tidak masalah,” ucapnya sambil menepuk bahu Jaka.

Kemudian dia berbalik dan menatap semua orang.

“Semuanya, aku sebagai pendiri organisasi meminta maaf atas keributan kecil ini. Kekacauan ini sebentar lagi akan segera diurus, dan semoga kalian semua tidak terganggu.”

Setelah itu, dia berseru dengan cukup lantang,

“Nyalakan kembali musiknya!”

Detik berikutnya, alunan musik pun kembali terdengar.

Mengarahkan pandangannya ke semua orang, Bagaskara kembali berkata,

“Semuanya, silakan nikmati pestanya. Tidak lama lagi acaranya akan segera dimulai.”

Membalikkan badannya, dia kembali menatap Jaka.

“Oh iya, jika kau tidak keberatan, aku ingin mengajakmu bergabung dengan beberapa orang. Bagaimana menurutmu?”

Merasa mungkin ini adalah kesempatan yang baik, Jaka tersenyum dan mengangguk.

“Baik, aku tidak masalah dengan hal itu.”

Memandang Rama dan yang lainnya, Jaka memberi isyarat.

Dan seolah memahami isyarat tersebut, Rama, Nathan, Alex, dan Dava mengangguk tanda jika mereka tidak masalah. Justru itu merupakan hal yang bagus.

Di mana lagi ada kesempatan bisa diundang langsung oleh Bagaskara Halim, sang pendiri A.S.E.? Itu adalah cara tercepat untuk naik ke langit dengan satu kali lompatan.

Singkat cerita, akhirnya Jaka pun berjalan mengikuti Bagaskara ke arah tertentu di bawah tatapan mata iri dari semua orang.

1
adi ambara
KEMBALI KE CERITA LA..FLASBACK LA..apa thor ni berapa kali ko nak ulang cerita...jangan jadi thor yg bodoh..kalau tak ada idea jangan menulis...bodoh..
adi ambara
cerita yg banyak basa basinya..skip je cerita yg perlu..jangan jadi thor yg bodoh..walaupun cerita pendek tapi padat..jgn banyak basa basi...tolol
Was pray
wah.... tujuan kepala sekolah menunjuk Jaka sebagai ketua kedisiplinan malah jadi gak. selamat sesuai Krn Jaka malah jadi ketua fraksi geng...
Bollong
saran aja Thor,jangan terlalu kebanyakan flashback Thor,dan jangan terlalu naif,kalo bisa langsung bantai bantai aja.🙏
Was pray
sesudah dianugerahi suatu kelebihan terus jangan lupa diri Jaka...gunakan anugrah yg kamu terima untuk kebaikan diri dan orang2 di sekitarmu, jangan malah timbul sifat sombong
Was pray
up nya lebih rajin biar banyak peminatnya Thor..
Pakde
lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!