*** Menjadi pemuas nafsu suami sendiri tetapi mendapat bayaran yang sangat besar. Itulah yang keseharian dilakukan Jesica Lie dan suaminya yang bernama Gavin Alexander. Status pernikahan yang di sembunyikan oleh Gavin, membuat Gavin lebih mudah menaklukan hati wanita manapun yang dia mau sampai tak sadar, jika dirinya sudah menyakiti hati istrinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gustikhafida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"Apa? Tapi kenapa alasannya?" tanya Boy lalu mencoba mengetuk pintu kamar Jesica.
"Jesica, ini aku, Boy!" teriak Boy. "Buka pintunya, aku mau bicara denganmu." ucapnya lagi.
'Oh iya, kedatanganku kesini karena aku mau minta maaf bukan menambah masalah baru lagi. Pasti teriakkanku membuat Jesica semakin marah padaku.' gumam Boy dalam hati.
"Hiks … hiks …." suara tangis Jesica terdengar sampai telinga Boy dan Tania.
"Dia menangis." gumam Boy lalu menatap curiga Tania. "Kalian bertengkar?"
Sedangkan di kantor.
Setelah selesai memijat pundak Gavin sampai tertidur, kini Blade memulai aksinya. Dia memastikan jika bekas merah di leher Gavin adalah lipstik.
"Aku harus tanyakan ke sekertaris Gavin. Mungkin dia tahu sesuatu." gumam Blade yang berjalan keluar ruangan untuk mencari sekertaris Gavin.
Sesampainya di luar ruangan, Blade melihat wanita cantik yang berjalan kearahnya.
'Siapa itu? Itu bukan sekertaris Gavin, kan?' gumam Blade, ekor matanya melirik saat wanita itu melewatinya.
Tok … Tok ….
"Tuan Gavin!" teriak manja wanita yang sedang dalam pantauan Blade.
'Nada teriakannya manja sekali. Apa jangan-jangan wanita itu yang menjadi selingkuhan Gavin?' gumam Blade dalam hati.
Gavin terbangun saat mendengar suara ketukan pintu.
"Astaga, aku sampai ketiduran." ucapnya lirih.
"Masuk!" teriaknya.
"Dimana Blade? Apa dia sudah pergi? Baguslah, kalau dia pergi. Aku jadi tidak perlu susah payah mengusirnya."
Krek …
Gavin menatap wanita yang baru saja datang.
"Clara." gumam Gavin.
"Hai, Tuan. Maaf sudah mengganggu waktu Tuan Gavin." ucap Clara yang berjalan lenggak lenggok di depan Gavin.
"Ada apa?" tanya Gavin dengan dingin.
"Tuan, model pria kita mengundurkan diri. Dan kita butuh model pria sekarang juga. Kira-kira, Tuan bisa bantu tidak?" tanya Clara yang berdiri di samping Gavin, rok nya yang sangat pendek memperlihatkan jelas paha putih dan mulus Clara.
"Hubungi sekertarisku, biar dia yang mengurusnya." pinta Gavin.
"Tapi, sekertaris Tuan sedang tidak ada di kantor. Bagaimana kalau Tuan Gavin saja yang mengurus semuanya. Atau begini saja, Tuan Gavin yang menggantikan model pria perusahaan ini." ucap Clara memainkan ujung rambutnya.
"Aku yakin, pasti akan menjadi trending topik di kalangan perusahaan lainnya. Apalagi, yang menjadi model wanitanya itu aku." ucapnya lagi lalu tak sengaja melihat kotoran di rambut Gavin.
"Tuan sebentar, ada kotoran di rambut anda." Clara mencondongkan setengah tubuhnya ke depan Gavin.
Gavin menelan salivanya dengan susah saat melihat buah daddda Clara yang sangat besar dan sehat.
'Aku yakin, Tuan Gavin tidak akan tahan kalau aku goda seperti ini. Aku tidak boleh kalah dengan wanita yang di belikan rumah oleh Tuan Gavin. Selama ini, aku yang menyukai Tuan Gavin dan aku juga yang harus mendapatkannya.' gumam Clara dalam hati.
Blade mengintip dari pintu dan dia sangat emosi saat melihat kedekatan Clara dengan Gavin.
'Oh jadi, lipstik itu milik wanita itu?' gumam Blade.
"Cepat bersihkan kotoran di rambutku! Dan pergi!" pinta Gavin membuat Clara mengusap lembut rambut pendek dan wangi Gavin.
"Sudah—" ucapan Clara terhenti saat tak sengaja melihat bekas lipstik merah yang menempel di leher Gavin.
'Astaga, lipstik siapa itu? Kenapa aku bisa kecolongan? Apa jangan-jangan wanita yang aku temui di luar ruangan tadi? Aku melihat wajah wanita itu tampak lelah. Ini tidak bisa di biarkan!' gumam Clara dalam hati.
"Ekhem!" Blade masuk kedalam ruangan.
Gavin dan Clara menatap Blade yang baru datang.
"Sayang, dia siapa?" tanya Blade yang berjalan menuju Clara dan mendorongnya.
Clara terdorong dan hampir saja jatuh. 'Dia siapa? Berani-beraninya dia mendorongku di depan Gavin.' gumam Clara dalam hati.
Blade menjatuhkan pantatnya di pangkuan Gavin.
Gavin terkejut saat Blade duduk di pangkuannya dengan tangan yang melingkar di leher Gavin.
"Sayang, siapa dia?" tanya Blade lagi dengan senyuman yang sangat manis.
"Dia model di perusahaan ini." jawab Gavin.
"Oh, hanya seorang model?" ucap Blade menatap sinis Clara. "Tapi menurutku, sangat tidak pantas kalau seorang model berusaha menggoda atasannya."
"Apa maksud ucapan anda? Saya tidak pernah menggoda Tuan Gavin. Kedatangan saya menemui Tuan Gavin karena urusan pekerjaan." jawab Clara.
"Dan sikap anda sangat tidak sopan." ucapnya lagi.
"Apa kamu bilang? Aku tidak sopan?" teriak Blade.
"Blade, apa yang dikatakan Clara memang benar. Kamu tidak boleh mendorong Clara atau karyawan lainnya. Kita di sini sedang bekerja bukan main-main." tegas Gavin meminta Blade bangkit dari pangkuannya.
"Sayang! Kamu kok bela wanita itu, sih! Aku ini, calon istri kamu! Seharusnya, kamu bela aku, dong!" kesal Blade menghentakkan kedua kakinya bergantian.
'Yes, Tuan Gavin membelaku di depan wanita itu. Dan itu artinya, aku masih ada kesempatan untuk merebut hatinya.' gumam Clara dalam hati.
"Pergilah!" pinta Gavin kepada Clara.
"Hus … kau tidak pantas berada di ruangan calon suamiku! Cepat pergi!" usir Blade membuat Clara keluar ruangan.
"Sekarang, kamu juga pergi dari ruanganku, Blade! Jangan ganggu aku bekerja!" pinta Gavin.
"Gavin, sayang! Kenapa sih, sikap jutekmu itu tidak bisa dihilangkan? Aku datang dari luar negeri hanya untuk menemuimu." ucap Blade yang duduk di meja kerja Gavin.
"Apa karena sebenarnya, kamu sudah ada wanita lain? Dan wanita lain itu adalah dia? Model perusahaanmu?" tuduh Blade lagi.
"Asal kamu tahu, sayang! Aku sangat mencintaimu. Dan aku tidak akan melepaskanmu begitu saja. Aku berharap, bisa menikah denganmu."
"Pernikahan kita batal!" tegas Gavin. "Aku tidak akan melanjutkan pernikahan ini. Tolong terima keputusanku dan pergi dari kehidupanku. Masih banyak, pria di luar sana yang mau menerima mu."
"TIDAK GAVIN!" teriak Blade.
"Aku tidak mau pria manapun selain kamu!"
"Wanita itu? Wanita itu penyebab kamu membatalkan pernikahan kita, kan? Jawab, Gavin!" Blade menarik kerah kemeja Gavin.
"Lepas, Blade! Jangan sampai aku bersikap kasar kepadamu!" pinta Gavin, emosinya muncul begitu saja.
"Berjanjilah kepadaku kalau kamu tidak akan membatalkan pernikahan ini." pinta Blade dengan mata berkaca-kaca. "Aku tidak bisa kehilangan kamu. Seharusnya, kamu tahu itu! Kita sudah lama menjalani hubungan ini."
"Tapi kita bisa berteman, Blade. Setidaknya, sampai semua kebenaran terungkap." ucap Gavin.
"Kebenaran?" gumam Blade melepas cengkramannya. "Apa maksudmu? Kamu sudah melakukan kebohongan apalagi di belakangku, hem?" tanya Blade.
"Pergilah, jangan ganggu aku bekerja!" ketus Gavin membuat Blade pergi dari ruangan Gavin.
Blade melangkahkan kakinya dengan lebar menuju tempat resepsionis.
"Dimana ruangan model itu?" tanya Blade dengan emosi menggebu.
Sedangkan di sisi lain.
"Hitungan ke tiga, kamu tidak mau membukakan pintu, terpaksa aku akan mendobrak pintu kamarmu, Jes!" teriak Boy yang sudah bersiap-siap.
"Satu!"
"Dua!"
"Ti—" Boy berlari.